Sabtu, 28 Mei 2016

Vaksin dan Imunisasi

Vaksin dan Imunisasi
Vaksin adalah suspensi mikroorganisme atau substansi mikroorganisme yang dipergunakan untuk menginduksi sistem imunitas. Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan imunitas seseorang terhadap invasi mikroorganisme patogen/toksin, dapat terjadi secara alamiah dan buatan, dan dapat diperoleh secara aktif dan pasif.
Imunisasi dibagi menjadi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dibagi menjadi aktif buatan dan alamiah, yang termasuk aktif buatan adalah vaksinasi, dan yang termasuk aktif alamiah adalah infeksi virus dan bakteri. Sedangkan imunisasi pasif dibagi menjadi alamiah dan buatan. Yang termasuk imunisasi imunisasi pasif alamiah adalah antibodi yang didapat melalui plasenta dan kolostrum, sedangkan yang termasuk imunisasi pasif buatan adalah pemberian antioksidan dan antibodi.
Imunisasi aktif adalah pemberian suspensi, substansi atau toksin mikroorganisme yang sudah dimatikan atau dilemahkan untutk merangsang agar tubuh memproduksi antibodi sendiri. Faktor pemilihan vaksin:
´ Efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme patogen.
´ Stabil dan imunogenitasnya tidak mudah berkurang.
´ Mudah didapat dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas.
´ Vaksin harus memenuhi persyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan.
Jenis-jenis imunisasi aktif buatan diantaranya :
-   Imunisasi BCG
´ Kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mengandung bakteri Mycobacterium bovis (Bacillus Calmette Guerin = BCG) yang telah dilemahkan.
´ Imunisasi sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, waktu yang terbaik adalah sebelum 2 bulan (hanya sekali)
-   Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis,Tetanus)
´ Mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni, dan bakteri pertusis yang diinaktivasi.
´ Diberikan tiga kali (karena suntikan pertama belum memberikan perlindungan) yaitu sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu penyuntikan minimal 4 minggu.
´ Imunisasi ulang pertama dilakukan 1-2 tahun setelah suntikan dasar yang ketiga, dan imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun dan pada 12 tahun.
-   Difteri, disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.
-   Pertusis (Batuk Seratus Hari), disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
-   Tetanus
´ Disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang memproduksi toksin tetanospamin.
´ Dicegah dengan pemberian imunisasi, dianjurkan setiap interval 5 tahun
-   Polio
´ Merupakan vaksin trivalen yang mengandung suspensi dari tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 virus polio hidup galur sabin yang telah dilemahkan.
´ Cara pemberiannya melalui oral, yaitu dengan meneteskan vaksin polio sebanyak tetes ke dalam mulut bayi.
´ Imunisasi dilakukan sejak bayi baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu sebanyak 4 kali, dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian imunisasi BCG, Hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulang dapat diberikan pada sebelum usia 5-6 tahun, dan 12 tahun.
´ Dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
´ Jenis vaksin polio di Indonesia: sabin (kuman yang dilemahkan), pemberian oral.
-   Campak
´ Vaksin mengandung virus Measles yang telah dilemahkan.
´ Imunisasi campak diberikan pada bayi yang berusia 9 bulan
-   Hepatitis B
´ Vaksin yang digunakan merupakan vaksin rekombinan.
´ Mengandung antigen virus Hepatitis B, HBsAg, yang tidak menginfeksi yang dihasilkan oleh sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA.
´ Contohnya adalah antigen dihasilkan oleh Hansenula polymorpha, dimurnikan dengan metode ultra sentrifugasi, kromatografi kolom, dan diinaktivasi dengan formaldehid.
´ Imunisasi dasar Hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, dengan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
´ Imunisasi ulang dapat diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar
-   Imunisasi MMR
´ Untuk memberikan kekebalan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella.
´ Diberikan 1 kali setelah bayi berumur 15 bulan.
´ Imunisasi ulang dilakukan setelah anak berusia 12 tahun.
-   Imunisasi Tifoid
´ Sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella.
´ Terdapat 2 jenis vaksin demam tifoid: vaksin oral dan vaksin suntikan.
´ Vaksin suntikan diberikan sekali pada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
´ Vaksin oral dapat diberikan pada anak 6 tahun atau lebih.
-   Imunisasi Hib
´ Untuk mendapatkan kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B, yang sering menimbulkan radang selaput otak pada bayi 6-12 bulan.
´ Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada usia 2-14 bulan dengan selang waktu 2 bulan.
´ Bila dosis yang kedua diberikan pada usia dibawah 12 bulan, maka imunisasi ulangan harus diberikan paling cepat 2 bulan setelah suntikan kedua.
´ Untuk anak yang baru mendapat imunisasi setelah umur lebih dari 15 bulan makan imunisasi cukup diberikan 1 kali tanpa ulangan.
-   Imunisasi Hepatitis A
´ Vaksin Hepatitis A mengandung virus Hepatits A (HAV) yang telah dilemahkan.
´ Imunisasi dasar dengan vaksin hepatitis A diberikan 2 kali dengan selang waktu 2-4 minggu.
´ Dosis ke 3 diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.
´ Sebaiknya mulai diberikan pada bayi yang telah berumur satu tahun
-   Imunisasi Cacar Air, diberikan pada bayi umur 12 bulan dan diulang setelah berumur 5 tahun.
-   Imunisasi Influenza, Influenza disebabkan oleh virus influenza yang menyerang saluran pernapasan.
Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat, dapat terjadi alamiah dan secara buatan. Imunisasi pasif dibagi menjadi alamiah dan buatan. Imunisasi pasif alamiah diantaranya adalah, imunisasi maternal melalui plasenta, antibodi dari ibu yang sedang mengandung merupakan proteksi pasif bagi janin yang dikandungnya, IgG ibu dapat dipindahkan melalui plasenta kepada janinnya, sehingga bayi yang baru dilahirkan mempunyai kekebalan terhadap beberapa mikroorganisme patogen. Kadar IgG pada bayi yang didapat dari ibunya ini tidak dapat bertahan lama, sehingga harus dilakukan imunisasi aktif untuk dapat memproduksi sendiri antibodinya. Imunisasi pasif alamiah maternal melalui kolostrum, Air susu ibu mengandung komponen sistem imun, terutama dalam kolostrum, yaitu ASI yang pertama keluar segera setelah melahirkan. Antibodi yang terdapat dalam ASI dapat melindungi bayi dari mikroorganisme patogen yang menyerang sistem pencernaan. Beberapa antobodi yang ditemukan dalam kolostrum antara lain, anti-difteri, anti-streptococcus, dan anti-toksin tetanus.
Sedangkan imunisasi pasif buatan dapat dilakukan dengan cara menyuntikkan antibodi tertentu ke dalam tubuh seseorang yang memerlukan antibodi segera untuk mengatasi keadaan defisiensi antibodi di dalam tubuhnya. Antibodi yang disuntikkan diantaranya adalah Immune serum globulin (ISG), digunakan pada keadaan tertentu, misalnya penderita hepatitis A, hepatitis B, penderita hipogamaglobulinemia, purpura trombositopenia idiopatik, dan imunodefisiensi. Dan globulin manusia yang spesifik untuk mengatasi penyakit infeksi, diantaranya adalah Tetanus immune globulin (TIG), Varicella zoster immune globulin (VZIG), Rabies immune globulin (RIG), Hepatitis B immune globulin (HPIG), Vaccinia immune globulin (VIG).
Jenis-jenis vaksin diantaranya:
1.   Vaksin yang mengandung mikroorganisme yang dilemahkan
-   Mengandung mikroorganisme hidup yang sudah dilemahkan sehingga tidak bersifat virulen.
-   Contoh vaksin berisi virus: vaksin polio (Sabin), vaksin measles, mumps dan, rubella (MMR).
-   Contoh vaksin berisi bakteri: vaksin BCG dan vaksin tifoid.
2.   Vaksin mengandung mikroorganisme yang dimatikan
Menggunakan mikroorganisme yang telah dimatikan, dengan formalin atau fenol. Antara lain: vaksin rabies, vaksin polio (Salk), vaksin pneumokokus, dan vaksin kolera.
3.   Toksoid
Toksin yang telah diinaktifkan atau dimatikan untuk mempertahankan tubuh dari toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme. Contoh: Toksoid Difteri dan Toksoid Tetanus.
4.   Vaksin rekombinan
-   Dikenal dengan vaksin sub-unit
-   Mengandung fragmen antigenik dari suatu mikroorganisme yang dapat merangsang respon imun
-   Dibuat melalui teknik rekayasa genetika oleh sel ragi.
-   Contoh: vaksin Hepatitis B mengandung bagian protein selubung dari virus Hepatitis B
-   Lebih aman dibandingkan vaksin yang mengandung seluruh sel virus, karena fragmen tidak dapat bereproduksi dan tidak menimbulkan efek samping.
5.   Vaksin konjugasi
-   Dibuat untuk meningkatkan efektifitas vaksin yang terbuat dari komponen polisakarida selubung mikroorganisme.
-   Biasanya dikombinasikan dengan toxoid difteri sehingga menghasilkan vaksin yang bersifat polivalen (dalam satu kemasan vaksin terdapat dua atau tiga jenis fragmen antigenik).
-   Contoh: vaksin DPT dan vaksin MMR.
Keuntungan dan kelemahan vaksin yang mengandung mikroorganisme yang dilemahkan
Keuntungan
-     Dapat mengaktifkan seluruh proses sistem imun untuk memproduksi IgG dan IgA
-     Dapat meningkatkan respon imun untuk melindungi tubuh terhadap antigen
-     Menstimuasi pembentukan antibodi yang mempunyai multiple apitopes yang mirip dengan mikroorganisme sekerabat
-     Biaya produksi vaksin lebih murah
-     Lebih cepat dalam menimbulkan respon imun
-     Lebih mudah untuk digunakan
-     Lebih mudah untuk didistribusikan
-     Dapat mengeliminasi beberaoa jenis virus yang berjangkit di masyarakat
Kelemahan
-     Dapat terjadi mutasi, sehingga kembali menjadi virulen
-     Penyebaran vaksin virus yang tidak terstandarisasi dengan baik dan kemungkinan bermutasi
-     Tidak dapat diberikan pada penderita imunodefisiensi
-     Kadang tidak dapat berfungsi optimal jika digunakan di daerah tropis
Keuntungan dan kelebihan dari vaksin yang mengandung mikroorganisme yang dimatikan
Keuntungan
-     Memberikan respon imun humoral jika diberikan vaksinasi ulang (booster)
-     Tidak terjadi mutasi atau reverse menjadi virulensi kembali
-     Dapat digunakan untuk penderita imunodefisiensi
-     Dapat digunakan dengan baik pada daerah tropis
Kelemahan
-     Kadangkala vaksin tidak dapat merangsang kekebalan
-     Memerlukan pengulangan vaksinasi (booster)
-     Kurang baik dalam meningkatkan respon imun lokal (IgA)
-     Biaya produksi vaksin mahal.
-     Dalam beberapa kasus pembuatan vaksin yang dimatikan sering mengalami kegagalan atau tidak menimbulkan respon imun tubuh.
VAKSIN DNA
Vaksin DNA adalah faktor yang mempengaruhi efisiensi dan sifat imunogenisitas dari DNA Plasmid. Vaksin DNA dibagi menjadi 3 generasi. Vaksin DNA generasi 1 adalah vaksin yang mengandung mikroorganisme hidup yang telah dilemahkan. Vaksin DNA generasi 2 adalah vaksin yang mengandung mikroorganisme yang dimatikan. Vaksin DNA generasi 3 adalah vaksin yang mengandung fragmen antigenik dari mikroorganisme. Vaksin DNA terdiri dari dua unit utama, yaitu propagasi plasmid yang berfungsi sebagai pengendali replikasi dan perbanyakan plasmid DNA secara in vitrodalam sel bakteri. Dan fragmen DNA yang mengandung gen vaksin yang telah dikloning ke dalam plasmid DNA. Unit ini terdiri dari promotor, intron, sekuen signal, gen vaksin, poly-A, dan ISS.
Mekanisme kerja vaksin DNA singkatnya adalah sebagai berikut:

Keuntungan Vaksin DNA
·         Dapat merangsang respon imun humoral dan selular
·         Mudah diproduksi dalam jumlah besar, ekonomis, dan waktu lebih cepat
·         DNA stabil, tahan perubahan suhu, mudah disimpan dan didistribusikan.
·         Sekuen DNA dapat diubah dengan mudah dalam laboratorium
·         Dapat direkayasa gabungan beberapa plasmid
·         Dapat meningkatkan imunitas tubuh dalam waktu lama
·         Tidak perlu perlakuan khusus terhadap mikroba
Sistem Penghantaran Vaksin DNA
Umumnya sistem penghantaran vaksin DNA dilakukan dengan cara penyuntikan. Namun kini telah berkembang, diantaranya yaitu particle-mediated epidermal delivery (PMED) pada vaksin DNA hepatitis B dan influenza, Needle-free injection pada vaksin DNA HIV, dan teknik elekroproasi menggunakan arus listrik, tetapi teknik ini baru dilakukan pada hewan percobaan sehingga masih diteliti keamanannya jika dilakukan pada manusia.
Formulasi Vaksin DNA

Faktor penting dalam meningkatkan potensi vaksin DNA untuk meningkatkan respon imun adalah formulasi dan ajuvan. Berikut adalah jenis-jenis ajuvan yang digunakan untuk vaksin DNA, Poly-lactide coglycolide, Poloxamers: bila dikombinasikan dengan surfaktan kationik akan membentuk nanopartikel untuk vaksin DNA cytomegalovirus (CMV). Vaxfectin à cationic lipid-based adjuvant, bermuatan positif  yang akan terikat dengan DNA bermuatan negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar