Definisi
Polisitemia adalah kondisi yang berakibat pada meningkatnya konsentrasi sel darah merah pada sirkulasi darah , biasanya disertai dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin. Kelainan sistem homopoises yang dihubungkan dengan peningkatan jumlah dan volume eritrosit. Sampai 6-10 juta/ml di atas ambang batas nilai normal dalam sirkulasi eritrosit. Polisitemia berarti kelebihan (oli) semua jenis sel (sitemia). Namun nama tersebut umumnya digunakan untuk keadaan-keadaan yang volume sel darah merah melebihi normal. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya viskositas dan volume darah.
Polisitemia adalah kondisi yang berakibat pada meningkatnya konsentrasi sel darah merah pada sirkulasi darah , biasanya disertai dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin. Kelainan sistem homopoises yang dihubungkan dengan peningkatan jumlah dan volume eritrosit. Sampai 6-10 juta/ml di atas ambang batas nilai normal dalam sirkulasi eritrosit. Polisitemia berarti kelebihan (oli) semua jenis sel (sitemia). Namun nama tersebut umumnya digunakan untuk keadaan-keadaan yang volume sel darah merah melebihi normal. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya viskositas dan volume darah.
Penyebab
Penyebab
terjadinya polisitemia dibagi menjadi 3 :
1.
Polisitemia Primer disebabkan oleh faktor faktor intrinsik pada produksi sel darah merah menyebabkan peningkatan pada jumlah eritrosit.
2.
Polisitemia Sekunder disebabkan oleh faktor-
faktor eksternal.
3. Polisitemia
Relatif disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan hipertensi, obesitas,
dan stress.
Polisitemia Primer
Merupakan gangguan neoplastik primer
dengan eritropoiesis sumsum tulang belakang yang meningkat, biasanya disertai
dengan peningkatan trombopoiesis dan granulopoiesis.
Merupakan suatu gangguan atau
kelainan mieloproliferatif yang ditandai dengan peningkatan sel darah
merah (eritrositosis) sehingga terjadi hiperviskositas aliran darah. Kondisi
yang jarang terjadi.
Sifat
klinis lainnya adalah Limpa yang membesar (splenomegaly) dan tingkat-tingkat
erythropoietin yang rendah
Mekanisme
yang tepat tidak dimengerti dengan baik.
• Kelainan proliferatif sel-sel sumsum tulang. Sumsum
tulang menjadi sangat selular, dan pada darah perifer, jumlah sel darah merah,
sel darah putih, dan trombosit seringkali meningkat
• Disebabkan
oleh mutasi-mutasi genetik
• Angka kejadiannya adalah 7 per satu juta penduduk dalam
setahun
• Biasanya
mengenai penderita berusia 40-60 tahun.
Polisitemia Primer :
• Primary
Familial and Congenital Polycythemia (PFCP)
Disebabkan
mutasi-mutasi genetik yang berakibat pada peningkatan kemampuan bereaksi pada
tingkat-tingkat normal dari erythropoietin. Kebanyakan kasus disebabkan oleh
mutasi mutasi yang berbeda pada gen EPO-R.
• Polycythemia
Vera (PV)
Kondisi
yang jarang terjadi hanya 1 : 1.000.000 juta orang-orang di Amerika. Kelainan
mieloproliferatif Ph-negatif yang ditandai oleh suatu proliferasi klonal pada
prekursor penting hematopoetik dengan peningkatan produksi eritrosit dan juga
lekosit serta tombosit.Sifat klinis lainnya adalah Limpa yang membesar
(splenomegaly) dan tingkat-tingkat erythropoietin yang rendah. Mekanisme yang
tepat tidak dimengerti dengan baik.
Pada
polisitemia era terjadi mutasi yang terletakpada posisi 617 (V617F) sehingga
menyebabkan kesalahan pengkodean quanin-timin menjadi alim-fenilalanin sehingga
proses eritropoiesis tidak memerlukan eritropoietin sehingga pada pasien
Polisitemia Vera serum eritropoetinnya rendah.
Polisitemia Sekunder
Disebabkan
oleh peningkatan produksi erythropoietin (EPO) dalam respon untuk penyebab penyakit
yang bukan genetik. Kondisi ini dapat terjadi dalam berespon terhadap stimulus
hipoksik, seperti penyakit pulmonal obstruktif menahun atau penyakit jantung
sianotik, atau pada hemoglobinopati tertentu dimana hemoglobin mempunyai
afinitas untuk oksigen yang abnormal tinggi.
Polisitemia Sekunder :
hypoxia kronis (tingkat oksigen darah yang rendah)
Penyebab
terjadinya hypoxia kronis adalah penyakit- penyakit paru kronis seperti
Emphysema dan Bronchitis kronis. Penyakit – penyakit jantung kronis ( gagal jantung
congestif , atau aliran darah abnormal dari sisi kanan ke sisi kiri jantung),
Sleep apnea, dan Pulmonary hypertension.
Tumor yang paling umum mengeluarkan
erythropoietin
– Kanker hati
(hepatocellular carcinoma)
– Kanker
Ginjal (renal cell carcinoma)
– Adrenal
adenoma (adenocarcinomas
– Tumor-tumor
kandungan
Kista
ginjal yang tidak berbahaya dapat juga mengeluarkan erythropoietin tambahan
yang menyebabkan polycythemia
Kondisi
genetik Chuvash polycythemia menyebabkan aktivitas yang meningkat dari gen yang
menghasilkan erythropoietin
Polisitemia Relatif
Hemoglobin
atau jumlah sel darah merah abnormal (tinggi) yang disebabkan oleh konsentrasi darah yang meningkat. Dapat terjadi
akibat kehilangan volume plasma dari dehidrasi, muntah atau diare yang parah
atau berkeringat yang berlebihan juga
terjadi terhadap pria setengah baya yang mengalami obesitas dan berhubungan
dengan merokok,
peningkatan konsumsi alkohol dan hipertensi. Dikatakan relatif karena terjadi penurunan volume
plasma namun massa sel darah merah tidak mengalami perubahan.
Stress Polisitemia
Keadaan
volume plasma rendah yang kronis. Umumnya pada laki-laki setengah umur yang
aktif , bekerja keras dan gelisah. Volume eritrosit normal namun volume plasma
darah rendah.
Patofisiologi dan Patogenesis
Terdapat 3 jenis polisitemia yaitu
relatif (apparent), primer, dan sekunder :
1.
Polisitemia
relatif berhubungan dengan hipertensi,
obesitas, dan stress. Dikatakan relatif karena terjadi penurunan volume plasma
namun massa sel darah merah tidak mengalami perubahan.
2.
Polisitemia
primer disebabkan oleh proliferasi
berlebihan pada sel benih hematopoietik tanpa perlu rangsangan dari
eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan
normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang kuat.
3.
Polisitemia
sekunder, dimana proliferasi eritrosit
disertai peningkatan kadar eritropoietin. Peningkatan massa sel darah merah
lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan kadar eritropoietin kembali
normal. Contoh polisitemia ini adalah hipoksia.
Patofisiologi Polisitemia Primer
Mekanisme terjadinya polisitemia vera
(PV) disebabkan oleh kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang.
Selain
terdapat sel batang normal pada sumsum tulang terdapat pula sel batang abnormal
yang dapat mengganggu atau menurunkan pertumbuhan dan pematangan sel normal.
Terjadi perubahan DNA yang dikenal
dengan mutasi. Mutasi terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang memproduksi
protein penting yang berperan dalam produksi darah.
Ikatan antara ligan eritropoietin
(Epo) dengan reseptornya (Epo-R)àfosforilasi pada protein JAK. Protein JAK yang teraktivasi dan
terfosforilasi, kemudian memfosforilasi domain reseptor di sitoplasmaàaktivasi signal transducers and activators of
transcription (STAT). Molekul STAT masuk ke inti sel (nucleus), lalu mengikat
secara spesifik sekuens regulasi sehingga terjadi aktivasi atau inhibisi proses
trasnkripsi dari hematopoietic growth factor.
Pada penderita PV, terjadi mutasi
pada JAK2 yaitu pada posisi 617 dimana terjadi pergantian valin menjadi
fenilalanin (V617F), dikenal dengan nama JAK2V617F.
Hal
ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga proses aktivasi JAK2
berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu, proses eritropoiesis dapat berlangsung
tanpa atau hanya sedikit hematopoetic growth factor.
Terjadi peningkatan produksi semua
macam sel, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Volume dan
viskositas darah meningkat. Penderita cenderung mengalami thrombosis dan
pendarahan dan menyebabkan gangguan mekanisme homeostasis yang disebabkan oleh
peningkatan sel darah merah dan tingginya jumlah platelet.
Thrombosis dapat terjadi di pembuluh
darah yang dapat menyebabkan stroke, pembuluh vena. Fungsi platelet penderita
PV menjadi tidak normal sehingga menyebabkan pendarahan. Peningkatan pergantian
sel dapat menyebabkan terbentuknya hiperurisemia dan peningkatan risiko batu
ginjal.
Patofisiologi Polisitemia Sekunder
Terjadinya proliferasi eritrosit
disertai peningkatan kadar eritropoietin. Kadar Eritropoietin dapat meningkat
karena adanya Hipoksia.
Patofisiologi Polisitemia Relatif
Peningkatan hemoglobin dan hematokrit
dapat disebabkan karena penurunan volume plasma tanpa peningkatan sel darah
merah disebut polisitemia relatif, misalnya pada dehidrasi berat, luka bakar
dan reaksi alergi.
Gejala
Gejala ringan seperti gatal, rasa
terbakar, ekstremitas distal (eritromelalgia). Gejala non-spesifik seperti lemah, sakit kepala dan pusing. Perdarahan gusi dan memar. Berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah
melalui pembuluh yang kecil.
Jika penyakitnya berat, bisa
menyebabkan :
q pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah
q kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan
q bayi tampak lemas, pernafasannya cepat
q refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
Pemeriksaan Klinis
Kriteria Polisitemia Primer
1.
Kriteria mayor (Kategori A)
A1 Massa sel
darah merah >36 ml/kg pada pria atau >32 ml/kg pada wanita
A2 Saturasi
oksigen >92%
A3 Splenomegali
2. Kriteria
minor (Kategori B)
B1 Trombosit
>400.000/mm3
B2 Leukosit
>12.000/mm3
B3 Leukosit
alkalin fosfatase >100 U/L
B4 Kadar vitamin
B12 serum >900 pg/ml atau kapasitas ikatan vitamin B12 yang tak terikat
dalam serum >2200 pg/ml
Diagnosa polisitemia vera dapat diterima jika:
a.
Semua kriteria dari kategori A dijumpai atau
b.
Kombinasi dari A1 dan A2 yang ada ditambah dengan 2
kriteria dari kategori B.
Diagnosa
Pemeriksaan
laboratorium yang di gunakan untuk mendiagnosis polisitemia meliputi pemeriksaan
hematologi dan eritropoetin. Jika diperlukan, mungkin dokter juga akan
merekomendasikan aspirasi sumsum tulang atau biopsi.
Jenis-jenis pemeriksaan Hematologi
·
Darah rutin
– Hemoglobin (Hb), LED, hitung leukosit, hitung jenis
leukosit.
·
Darah
perifer lengkap (DPL) atau complete blood
count (CBC)
• Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Jumlah trombosit,
Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit (differential count), Jumlah
eritrosit, Nilai eritrosit rata-rata (NER), RDW, MPV
• Laju Endap Darah (LED).
I.
Hemoglobin
(Hb)
• Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan cara
– Kolorimeterik visual cara Sahli
– Fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau
hemoglobinsianida
• Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan
untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium oleh WHO
• Alasan :
– larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil,
mudah diperoleh
– Pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali
sulfhemoglobin
– Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
– Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi
dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl. Kemudian kadar
hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5
- 12,5 g/dl.
– Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan
pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 -
14,8 g/dl.
– Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 -
16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl.
– Pada wanita
hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas
terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
– Bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari nilai rujukan,
maka keadaan ini disebut polisitemia
– Hb > 20 g/dl à hemokosentrasi à penutupan pembuluh darah kapiler.
II.
Hematokrit
Nilai
hematokrit : volume semua eritrosit dalam 100 ml darah à % dari volume darah.
Hematokrit
menunjukkan kadar eritrosit, bukan masa eritrosit total
Cara
menentukan
a.
Manual : mikrohematokrit dan makrohematokrit
b. Otomatik : dihitung dari MCV dan jumlah eritrosit
Nilai
normal pria : 40-48%, wanita 37-43%
Peningkatan
hematokrit ditemukan pada polisitemia, penurunan hematokrit ditemukan pada
anemia
Ht
< 20 %à gagal jantung dan kematian
Ht
> 60%àpembekuan darah spontan
Pada
keadaan hidremia seperti hamil à hematokrit menurun (fisiologis), pada keadaan
hemokonsentrasi seperti syok hipovolemik setelah perdarahan, dehidrasi à hematokrit meningkat.
III. Eritrosit
Tujuan
: untuk menentukan jumlah total eritrosit per ul darah untuk melihat adanya
anemia atau polisitemia
Bersama-sama
dengan Hb, Ht, dapat digunakan utk menilai proses eritropoiesis
Nilai
normal : 4.5 juta – 10 juta / ul
Interpretasi
a.
Penurunan
jumlah eritrosit à
i.
Anemia :
penurunan Hb, Ht dan jumlah eritrosit
ii.
Keganasan :
limfoma, multipel mieloma, leukemia, SLE (sistemik lupus eritmatosus)
b. Peningkatan jumlah eritrosit (eritrositosis)
i.
polisitemia
vera
IV. Granulosit
Granulosit jumlahnya meningkat,
berkisar antara 12.000-25.000/mm3. Terjadi pada 2/3 penderita polistemia vera.
Pada dua pertiga kasus ini juga terdapat basofilia.
V.
Trombosit
Jumlah trombosit biasanya berkisar
antara 450.000-800.000/ml, bahkan dapat > 1 juta/ml. Sering dengan morfologi
yang abnormal.
VI. B12 Serum
B12
serum dapat meningkat, hal ini dijumpai pada 35 % kasus, tetapi dapat pula menurun,
yaitu pada ±30% kasus, dan kadar UB12BC meningkat pada > 75% kasus
policitemia.
VII.
Pemeriksaan
Sumsum Tulang
Meliputi pemeriksaan histopatologi
dan analisis kromosom sel-sel sumsum tulang (untuk mengetahui kelainan sifat
sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang akibat mutasi dari gen Janus
kinase-2/JAK2.
Pemeriksaan
ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada kecurigaan terhadap
penyakit mieloproliferatif lainnya seperti adanya sel blas dalam hitung jenis
leukosit.
Gambaran histopatologi sumsum tulang
yang bentuk morfologinya megakariosit yang patologis/abnormal dan sedikit
fibrosis merupakan pertanda patognomonik policitemia.
VIII. Pemeriksaan
Fisik
Ada tidaknya
pembesaran limpa dan penampilan
kulit (eritema: kemerahan pada kulit).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar