Hiperlipidemia
I
Definisi dan Etiologi Hiperlipidemia
Penyakit hiperlipidemia (disebut juga hiperlipoproteinemia atau
dislipidemia) merupakan kelainan metabolisme lipid yakni terjadinya peningkatan
fraksi lipid dan lipoprotein dalam plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, triasilgliserol
(TG), serta penurunan kolesterol HDL.
Berdasarkan
penyebabnya, hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu : hiperlipidemia primer, terjadi akibat kelainan genetik. Biasanya
kelainan ini ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan.
Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak
adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit); hiperlipidemia sekunder terjadi akibat
peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan oleh suatu penyakit tertentu,
misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar & penyakit
ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversibel (berulang). Beberapa obat-obatan yang dapat menyebabkan
gangguan metabolisme lemak, seperti β-bloker,
diuretik, kontrasepsi oral (estrogen, gestagen).
Menurut klasifikasi
Fredrickson yang didasarkan pada pola lipoprotein pada
elektroforesis atau ultrasentrifugasi, hiperlipidemia dibagi oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi hiperlipidemia berdasarkan WHO
Penyakit hiperlipidemia sekunder juga dapat disebabkan oleh
beberapa faktor berikut : usia, di mana kadar lipoprotein, terutama kolesterol
LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia; jenis kelamin, dalam keadaan normal, pria
memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita
mulai meningkat; obesitas atau kegemukan; penggunaan alkohol; mengonsumsi makanan
yang mengandung asam lemak jenuh seperti mentega, margarin, whole milk, es krim, keju, daging
berlemak; kurang melakukan aktivitas fisik; merokok; diabetes yang tidak terkontrol dengan baik; gagal ginjal; kelenjar tiroid yang
kurang aktif; dan konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme
lemak seperti estrogen, pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid.
B. Gejala
Hiperlipidemia
Penyakit hiperlipidemia ini memiliki potensi yang berbahaya, namun
gejala-gejala yang ditimbulkan sangat awam sehingga seringkali sulit
didiagnosis lebih dini pada kasus-kasus tertentu. Biasanya penyakit ini
diketahui tidak sengaja pada saat medical
check up.
Diagnosa kelainan lipid dapat dilakukan pemeriksaan
darah untuk mengukur kadar kolesterol total. Untuk mengukur kadar kolesterol
LDL, HDL dan trigliserida, sebaiknya penderita berpuasa dulu minimal selama 12
jam. Seorang pasien dinyatakan hiperlipidemia apabila kadar lemak darah
menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari yang tertulis pada tabel.
Pemeriksaan
Laboratorium
|
Kisaran yang Ideal
(mg/dL darah)
|
Kolesterol total
|
120-200
|
Kilomikron
|
negatif (setelah
berpuasa selama 12 jam)
|
VLDL
|
1-30
|
LDL
|
60-160
|
HDL
|
35-65
|
Perbandingan LDL
dengan HDL
|
< 3,5
|
Trigliserida
|
10-160
|
Tabel
2. Kadar lemak darah normal pada manusia
C. Definisi
Hiperlipidemia Tipe 1
Hiperlipidemia tipe 1 atau hiperlipoproteinemia tipe 1
(hiperkolesterolemia murni) merupakan hiperlipidemia yang disebabkan oleh
asupan lipid eksogen yang berlebihan ditandai dengan peningkatan kilomikron
yang melebihi batas normal. Hiperlipidemia tipe ini dapat diatasi dengan diet
rendah lipid, tidak memerlukan terapi farmakologi.
D.
Fisiologis Hiperlipidemia Tipe 1
Pada keadaan normal, lipid yang dikonsumsi dalam tubuh adalah
kolesterol dan trigliserid. Pada kasus hiperlipidemia terjadi kelainan
metabolisme lipid yang terjadi akibat kelainan produksi lipoprotein.
Enzim lipase yang dihasilkan oleh
pankreas menghidrolisis lemak di mana lemak tersebut akan diserap oleh sel
mukosa usus halus dan disekresikan ke dalam saluran limfe mesenterikus dalam
bentuk kilomikron. Dengan bantuan enzim lipoprotein lipase (LPL),kandungan
trigliserida dan kilomikron dipecah menjadi kilomikron remnan (sisa), asam
lemak, gliserol dan kolesterol. Kilomikron remnan akan terikat dengan hepatosit
dan mengalami degradasi oleh enzim lisosom.
E.
Patofisiologis Hiperlipidemia Tipe 1
Pada keadaan normal, gen LPL (Lipoprotein Lipase) akan memacu
produksi enzim lipoprotein lipase dan membutuhkan bantuan apo C-II sebagai
kofaktornya. Enzim lipoprotein lipase ini akan memecah lipoprotein dalam bentuk
kilomikron yang membawa molekul lemak dari usus ke dalam darah. Ketika
lipoprotein dipecah, lipoprotein akan melepaskan asam lemak yang disimpan dalam
jaringan adiposa dan digunakan untuk energi dalam otot serta gliserol yang
digunakan oleh hati untuk sintesis lemak lainnya.
Pada penderita hiperlipidemia tipe 1 terjadi defisiensi enzim
lipoprotein lipase dan apo C-II yang disebabkan karena adanya mutasi pada gen
LPL. Akibatnya, lipoprotein tidak akan terurai secara efisien dan menyebabkan
akumulasi drastis kilomikron dalam plasma, walaupun dalam keadaan puasa. Pada
dasarnya, penderita hiperlipidemia tipe 1 mengalami kegagalan memecah
kilomikron menjadi asam lemak dan gliserol, sehingga kadar kilomikron
(triasilgliserida) meningkat drastis.
Gambar 1. Nasib kilomikron secara metabolik
F. Parameter Klinis Hiperlipidemia Tipe 1
Parameter
|
Kadar Normal
|
Penyakit Hiperlipidemia Tipe 1
|
Lipoprotein lipase
|
↓
|
|
LDL
|
100 mg/dL
|
↓
|
Level kolesterol total
|
160-200 mg/dL
|
|
Trigliserida
|
150 mg/dL
|
(mencapai 1000-10.000 mg/dL)
|
Tabel
3. Kadar lipid pada penderita hiperlipidemia tipe 1
G. Gejala
Klinis Hiperlipidemia Tipe 1
Gejala klinis penyakit hiperlipidemia tipe 1 antara lain :
pankreasitis (peradangan pankreas, yang menyebabkan kerusakan
kelenjar yang menetap), hepatomegali (pembesaran hati) akibat kerja hati
yang berlebihan dalam membentuk triasilgliserida, dan lesi kulit berwarna
kuning (xanthoma eruptif).
H.
Pengobatan dan Terapi Hiperlipidemia Tipe 1
Pengobatan yang umum dilakukan
untuk penderita hiperlipoproteinemia tipe 1 adalah diet rendah lemak (low-fat diet) yaitu dengan menghindari
lemak baik lemak jenuh maupun lemak tak jenuh.Perawatan hiperlipoproteinemia
tipe 1 ditujukan langsung untuk mengurangi kilomikron dari lemak makanan dengan
juga pengurangan plasma trigliserida. Total asupan harian lemak sebaiknya tidak
lebih dari 10-25 g/hari, atau sekitar 15% dari total kalori.
Pengobatan juga dilakukan dengan
cara mengubah gaya hidupseperti mengonsumsi makanan rendah lemak, meningkatkan
intensitas olahraga, menurunkan stress, dan tidak mengonsumsi alkohol.
Pada
penderita hiperlipidemia tipe 1, terapi yang diberikan antara lain dengan
mengonsumsi obat-obatan. Contohnya adalah obat statin (obat yang menurunkan
kadar kolesterol atau triasilgliserol). Obat statin bekerja dengan
caramenghalangi enzim yang dibutuhkan untuk membentuk kolesterol dalam hati.
Selain itu obat yang sering digunakan adalah asam omega-3 atau fibrate tablets, di mana konsumsi obat
digunakan jika hanya kadar triasilgliserol saja yang tinggi.
2.3.2 Hiperlipidemia II
Penyakit hyperlipidemia 2A sama seperti
penyakit hiperlipidemia pada umumnya, yaitu merupakan penyakit yang disebabkan
karena kadar kolesterol tinggi di dalam darah. Hiperlipidemia biasa disebut
dengan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan
kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yang mana kadar kolesterol dalam darah
lebih dari 240 mg/dl. (perkeni 2004). Penyakit ini sangat berhubungan erat
dengan kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) di dalam darah. Peningkatan LDL dengan kadar
VLDL normal karena penghambatan degradasi LDL sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum, tetapi triasilgliserol normal.
Faktor genetik dan faktor sekunder adalah
pembagian bagi etiologi hiperkolesterolemia. Penyebab penyakit ini antara lain
berasal dari faktor genetik. Berdasarkan faktor genetiknya, hiperkolesterolemia
dibagi menjadi :
·
Hiperkolesterolemia familial
Penyakit yang diturunkan segara genetis. berupa mutasi pada
kromosom nomor 19 atau region ligan apo
B-100 yang merupakan reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik. Karena
mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke dalam
plasma hal ini menyebabkan penumpukan lemak di darah.
·
Hiperkolesterolemia poligenik
Merupakan hiperkolesterolemia yang paling
ditemukan namun tidak disertai xantoma ( penumpukan lemak pada jaringan ).
Sesuai dengan namanya, penyakit hiperkolesterolemia poligenik merupakan
interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor
lingkungan lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik.
Faktor sekunder membawahi pola hidup serta
penyakit lain sehingga hiperkolesterolemia dapat terjadi. Gaya hidup yang
sering mengonsumsi makanan berlemak, kegemukan serta kurangnya olah raga
ternyata diduga dapat menyebabkan penyakit hiperkolesterolemia, sedangkan
diabetes mellitus adalah penyakit yang dianggap memperparah
hiperkolesterolemia.
Diagnosis penyakit ini, dapat berupa
pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah antropometri, frekuensi denyut nadi,
tekanan darah, auskultasi irama jantung, serta EKG. Pemeriksaan laboratorium
darah yaitu kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Trigliserida dan kolesterol
HDL dalam plasma.
Pengobatan dan terapi farmakologi dapat
dilakukan untuk mencegah penyakit hiperkolesterolemia, antara lain secara
farmakologi adalah dengan meminum obat kolestiramin, kolestipol, lovastatin
atau mevastatin. Sedangkan secara non farmakologi atau tIdak menggunakan obat
ada cara cara mencegah penyakit ini seperti menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan, berhenti
merokok, mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya, dan menambah
porsi olah raga.
Hiperlipidemia tipe IIB adalah suatu kondisi
dimana kadar lipid dalam darah melebihi kadar normal. Hiperlipidemia tipe IIB
seringkali disebut juga sebagai Familial Combined Hypercholesterolemia, yaitu
merupakan suatu penyakit genetik yang dapat mempercepat terjadinya
aterosklerosis, serta kematian dini yang sering terjadi akibat serangan
jantung. Hiperlipidemia IIB ini ditandai dengan
tingginya kadar kolesterol dan trigliserida akibat peningkatan LDL dan VLDL.
Tingginya LDL dan VLDL dapat menimbulkan endapan lemak dan menyebabkan adanya
pertumbuhan xantoma di lapisan kulit. Peningkatan LDL dan VLDL ini dapat
terjadi karena adanya mutasi pada reseptor apolipoprotein B-100 dimana
apolipoprotein B-100 ini merupakan komponen utama dari LDL dan VLDL.
Pada penyakit hiperlipidemia IIB, terjadi
penurunan reseptor LDL dan peningkatan apolipoprotein B, sehingga tingkat VLDL
dan LDL tinggi karena kelebihan produksi substrat, dan disertai peningkatan
sintesis apolipoprotein B-100. Tingginya kadar LDL, kolesterol, dan
trigliserida dapat pula disebabkan karena disregulasi dari
3-hidroksi-3-metilglutaril A reduktase (HMG-CoA reductase) yang merupakan enzim
pengendali dalam biosintesis kolesterol.
Parameter klinis dari penyakit hiperlipidemia
IIB ini yaitu kadar LDL dan VLDL yang tinggi, trigliserida dengan kadar 250-750
mg/dL dan kolesterol dengan kadar 250-500 mg/dL. Gejala dari penyakit
hiperlipidemia IIB ini tidak muncul secara signifikan, hanya saja kondisi
pasien menunjukkan adanya penyumbatan arteri yang dapat menyebabkan serangan
jantung, struk, dan lain lain. Hiperlipidemia IIB tidak menular, hanya perlu
dilakukan screening kolesterol secara rutin untuk memantau kadar kolesterol
dalam tubuh. Dalam mendiagnosis penyakit ini dapat dilihat dari riwayat
keluarga yang hasil testnya menunjukkan kadar kolesterol dan triasilgliserolnya
tinggi. Selain itu, dapat juga dilakukan pemantauan lewat screening kadar
kolesterol.
Hiperlipidemia
IIB dapat disebabkan oleh hipotiroidism, penyakit obstruktif hati, sindrim
Nefrotik, anorexia nervosa, porphyria akut, serta penyalahgunaan alkohol.
Pencegahan terhadap penyakit hiperlipidemia IIB
ini dapat dilakukan dengan cara monitoring serta memberikan konseling kepada
pasien. Apabila sudah terkena penyakit hiperlipidemia IIB ini, pasien
diharuskan menurunkan berat badan dengan cara menyusun diet rendah kalori,
rendah lemak, serta berolahraga. Pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan cara
menghindari rokok dan obesitas.
Penyakit hiperlipidemia tipe
IIB ini dapat disembuhkan dengan terapi, baik terapi non farmakologis maupun
terapi farmakologis. Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu
menurunkan berat badan, berhenti merokok, mengurangi jumlah lemak dalam
makanan, rutin berolahraga, mengkonsumsi obat penurun kadar lemak, serta
menambahkan bekatul gandum pada makanan yang dapat membantu mengikat lemak di
usus. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obat seperti,
Nama Obat
|
Contoh
|
Cara Kerja
|
Obat penyerap asam empedu
|
Kolestiramin, kolestipol
|
Mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dalam
aliran darah
|
Obat penghambat sintesa lipoprotein
|
Niasin
|
Mengurangi kecepatan sintesis VLDL yang merupakan prekursor dari LDL
|
Obat penghambat HMG Ko-A Reduktase
|
Adrenalin, Fluvastatin, Lovastatin, Sinvastatin
|
Menghambat pembentukan kolesterol, dan meningkatkan pembuangan LDL
dari aliran darah
|
Obat dari derivat asam fibrat
|
Kolfibrat, fenofibrat, gemfibrosil
|
Meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase yang dapat meningkatkan
katabolisme lipoprotein.
|
Obat probukol
|
Menurunkan LDL.
|
2.3.3 HIPERLIPIDEMIA
TIPE III
Salah satu penyakit hiperlipidemia
yang masih jarang terjadi adalah
hiperlipidemia tipe III. Hiperlipidemia tipe III merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan gangguan kemampuan tubuh dalam memecah lemak tertentu, seperti
lemak kaya trigliserida, yang mengakibatkan penumpukan lipoprotein sisa dalam
darah dan berisiko pada perkembangan aterosklerosis dini. Hiperlipidemia tipe
III ini disebabkan karena adanya kecacatan akibat terjadinya mutasi pada gen
Apolipoprotein E (Apo E) yang berperan penting dalam metabolisme normal
lipoprotein kaya trigliserida. Adanya kesalahan pada Apo E ini dapat
mengakibatkan akumulasi partikel kaya trigliserida dalam plasma.
Penyakit ini diawali dengan
terjadinya mutasi pada genotip Apo E-3 menjadi Apo E-2. Mutasi ini menyebabkan
Apo memiliki defek dan tidak dapat berikatan dengan reseptor lipoprotein. Pada
keadaan metabolisme yang normal, VLDL remnans
atau IDL yang mengandung trigliserida, kolestrol, Apo B, dan Apo E akan
masuk ke hati melalui reseptor LDL (reseptor Apo B-100/Apo-E). Akan tetapi, Apo
E yang telah mengalami mutasi tidak dapat berikatan dengan reseptor lipoprotein
ini sehingga IDL (VLDL remnant) tidak
dapat masuk ke hati. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penumpukan kilomikron
dan VLDL remnant dalam darah,
sehingga berisiko terkena stroke, aterosklerosis, dan penyakit lainnya.
Penyakit hiperlipidemia III ini
menunjukkan beberapa gejala, seperti nyeri perut, xanthoma (penimbunan lemak
tertentu di bawah permukaan kulit), dan aterosklerosis yang berkembang pada
usia dini, yang ditandai dengan terjadinya nyeri dada awal (angina) atau
penurunan aliran darah ke bagian tertentu dari tubuh. Pada penderita pria,
pertumbuhan lemak di bawah kulit akan tampak pada masa dewasa awal, sedangkan
pada penderita wanita, pertumbuhan lemak ini akan terlihat 10-15 tahun
kemudian. Namun, jika penderitanya mengalami obesitas, baik pada pria maupun
wanita, pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal.
Pada pemeriksaan, penyakit
hiperlipidemia tipe III ditandai dengan meningkatnya kadar kolestrol, serta
triasilgliserol yang berkisar antara 250-750 mg/dl dalam plasma. Selain itu,
hiperlipidemia tipe III juga ditandai dengan meningkatnya kadar VLDL dan IDL
yang melebihi batas normal, sedangkan nilai LDL normal. Penderita juga
seringkali mengalami diabetes ringan dan peningkatan kadar asam urat dalam
darah.
2.3.4 Hiperlipidemia Tipe IV
Disebut juga hipertrigliseridemia
adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar trigliserida dalam darah yang
lebih tinggi dari normal. Kadar Trigliserida yang diperlukan oleh tubuh di
bawah 150 mg/dL (1,7 mmol/L). Sedangkan kadar di atas 200 mg/dL (2,3 mmol/L)
mengindikasikan adanya hipertrigliseridemia
Etiologi
Hipertrigliseridemia dapat disebabkan oleh
berikut:
a. Hipertrigliseridemia
primer
Disebabkan
oleh hasil dari berbagai cacat genetik yang menyebabkan metabolisme
trigliserida tidak teratur.
b. Hipergliseridemia
sekunder
Disebabkan
oleh diet tinggi lemak, obesitas, diabetes, hipotiroidisme, dan obat-obatan
tertentu.
Gejala
Gejala umum hiperlipidemia :
Tanpa
gejala, ini biasanya terjadi pada saat-saat awal terjadinya hiperlipidemia
Nyeri
abdomen berat
Pankreatitis
Xanthomas
eruptif
Polineuropati
perifer
Hipertensi
Patofisiologi
Kadar
VLDL meningkat, sedangkan kadar LDL
normal atau berkurang, mengakibatkan kolesterol normal atau meningkat dan peningkatan kadar gliserol yang
berbeda. Peningkatan kadar triasilgliserol yang terkandung di dalam VLDL dan
kemungkinan akan berkembang menjadi aterosklerosis. Kondisi berhubungan dengan
abnormalitas toleransi glukosa (resisten insulin) dan obesitas.
Diagnosis
Hiperlipidemia Tipe IV ditandai oleh
peningkatan VLDL dan kadar trigliserida hampir selalu kurang dari 1000 mg /
dL. Kadar kolesterol serum normal. Tipe IV Penyakit ini ditandai
dengan keruhnya serum dan tingkat kolesterol normal atau hanya sedikit lebih
tinggi dari kadar normal. Hyperlipoproteinemia dapat bersifat primer, yang
dihasilkan dari karakteristik diwariskan, atau sekunder, yang disebabkan oleh
diabetes yang kurang terkontrol, alkoholisme, sindrom nefrotik, gagal ginjal
kronis, dan dysgammaglobulinemia.
Disebut juga dengan Familial Hyperlipemia. Cacat
metabolik utama berasal dari familial hypertriglyceridemia (FHTG) yang
meningkatkan sintesis trigliserida di hati disertai dengan akumulasi
trigliserida kaya VLDL dalam plasma, akibat dari kejenuhan proses katabolik.
Parameter
Klinis
Parameter klinis pada Hiperlipidemia tipe IV
adalah sebagai berikut :
1.VLDL
tinggi
2.Kadar
trigliserida yang hampir selalu kurang dari 1000 mg/DL
3.Penampakan
plasma nya jelas terlihat keruh
4.Level
serum kolestrol normal atau sedikit lebih tinggi
2.3.5 Hiperlipidemia Tipe V
I.
Pengertian
Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh
tidak mampu memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana
mestinya.
II.
Penyebab
Terkadang dipengaruhi oleh faktor keluarga, terkait dengan
ketidaksempurnaan pembersihan trigliserida eksogen maupun endogen yang tidak
sempurna dapat dan ancaman resiko pankreatitis seumur hidup.
Selain
diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :
a.
Penyalahgunaan alkohol
b.
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
c.
Gagal ginjal
d.
Obesitas
III.
Gejala
·
Diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada
masa dewasa awal.
·
Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak
(xantoma) di kulit, pembesaran
hati dan limpa serta nyeri perut.
·
Biasanya terjadi diabetes ringan dan
peningkatan asam urat.
·
Banyak penderita yang mengalami kelebihan
berat badan.
IV.
Patofisiologi
-
Kadar VLDL dan kilomikron serum meningkat.
LDL normal atau berkurang.Ini
menyebabkan
kadar kolesterol meningkat dan triasilgliserol sangat meningkat.
-
Penyebabnya adalah peningkatan produksi atau
penurunan bersihan VLDLdan
kilomikron. Biasanya suatu kelainan genetic.Paling sering terjadi
pada orang
dewasa yang gemuk dan/atau diabetic.
V.
Pemeriksaan dan Parameter Klinis
a.
Pemeriksaan fisik harus menggambarkan:
•
Ada atau tidaknya faktor resiko jantung.
•
Sejarah penyakit jantung atau gangguan lipid.
•
Ada atau tidaknya faktor sekunder
hiperlipidemia termasuk pengobatan secara
bersamaan.
•
Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdomal, atau
sejarah pankreatitis, penyakit
ginjal atau hati, atau penyakit pembuluh darah otak (bruits
carotid, stroke,
serangan iskemik transient).
b.
Parameter Klinis
VLDL
Levels
|
High
|
LDL Levels
|
Usually
low
|
Chylomicron
|
Increase
|
Appearance
of Plasma
|
Creamy layer
over turbid infranatant on standing
|
The
triglycerides
|
are
invariably greater than 1000 mg/dL, and total cholesterol levels are always
elevated
|
Lipoprotein
Lipase
|
Decrease
|
VI.
Pengobatan
·
Penurunan berat (jika terjadi) sangat
penting.
·
Diet harus mengandung protein, rendah lemak
dan karbohidrat yang terkontrol
serta tidak boleh
mengkonsumsi alcohol. Jika perlu, terapi obat termasuk niasin, klofibrat
dan/atau gemfibrozil atau lovastatin.
VII.
Obat Untuk
Penderita Hiperlipidemia tipe V
1. Niasin
Dapat dikonsumsi berdasarkan hasil dari ADMIT
(arterial disease multiple intervention trial) di mana jumlah
trigliserida menurun hingga 23%, HDL-C meningkat hingga 29%, peningkatan
glukosa sangat kecil (sekitar 8.7 mg/dL), dan hemoglobin A1C tidak berubah.
2. Statin.
Dapat dikonsumsi karena statin mampu
mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan jumlah HDL.
2.3.6 HIPERLIPIDEMIA
SEKUNDER
I.
PENGERTIAN HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER
Hiperlipidemia sekunder adalah
kondisi abnormal yang disebabkan oleh faktor tertentu seperti obat –obatan dan
penyakit.
II.
HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER AKIBAT GOLONGAN OBAT
Hiperlipidemia sekunder ini dapat
disebabkan karena penggunaan obat golongan tertentu.
1.
Golongan diuretik ( obat antihipertensi)
golongan diuretik thiazid dan loop diuretik dapat menyebabkan
hiperlipidemia dengan cara meningkatkan VLDL (Very Low Density Lipid) dan LDL
(Low Density Lipid).
2.
Golongan Kortikostetorid
pengaruh pemberian glukokortikoid pada kadar lemak sudah terbukti
dengan melakukan penelitian pada pasien asma, rematoid artritis dan gangguan
jaringan ikat. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa pengobatan dengan
prednisolon ternyata dapat meningkatkan kadar LDL dalam tubuh
3.
ß-blocker
ß-blocker mempengaruhi metabolisme yang dampaknya dapat menaikan
kadar trigliserida dan menurunkan HDL tetapi tidak mempengaruhi LDL.
4.
Obat Pil KB (Kontrasepsi Oral), esterogen dan
progesteron bersifat mineralkortikoid dan glukokortikoid yang menyebabkan
hipertensi dan diabetes mellitus. Efek kedua hormon tersebut bersifat
berlawanan. Esterogen sedikit menaikkan VLDL dan HDL, serta menurunkan LDL
terutama pada wanita menopause. Sebaliknya progesteron menaikkan LDL dan
menurunka VLDL dan HDL.
5.
Siklosporin
siklosporin adalah suatu obat penekan imunitas terutama digunakkan
untuk menekan penolakan transplantasi organ, Obat golongan ini dapat
meningkatkan LDL.
6.
Golongan obat yang dapat menginduksi enzim
makrosomal hati, contoh obat golongan ini yakni karbamazepin, fenitoin,
fenobarbital, rifamfisin. Obat obatan tersebut dapat meningkatkan kadar HDL,
tetapi dapat juga meningkatkan kadar VLDL dan LDL walaupun jumlahnya tidak
sebanyak peningkatan pada HDL.
III.
HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER AKIBAT PENYAKIT
TERTENTU
Hiperlipidemia adalah suatu keadaan yang
disebabkan karena adanya kelainan pada metabolisme lemak. Hiperlipidemia ini
ditandai dengan peningkatan jumlah lipid (dapat berupa trigliserida (TG) dan
kolesterol) dan/atau lipoprotein (dapat berupa LDL dan VLDL) di dalam darah,
sebagaimana dapat diklasifikasikan dalam tabel di bawah ini
Klasifikasi
|
TG level
(dalam mg/dL)
|
Tingkat
normal
|
< 150
|
Perbatasan
|
150 - 199
|
Tingkat TG
tinggi
|
200 - 499
|
Tingkat TG
sangat tinggi
|
>500
|
Hiperlipidemia dapat diwariskan dan
meningkatkan risiko terkena kelainan pembuluh darah, kelainan tersebut akan
mengarah kepada penyakit stroke dan
penyakit jantung. Hiperlipidemia terbagi menjadi dua macam, yaitu
hiperlipidemia primer dan hiperlipidemia sekunder. Hiperlipidemia primer adalah
salah satu jenis hiperlipidemia yang terjadi karena perihal genetik atau
keturunan. Di samping terdapat hiperlipidemia primer, terdapat pula
hiperlipidemia sekunder. Hiperlipidemia sekunder adalah salah satu jenis hiperlipidemia
yang terjadi bukan karena hal-hal yang diterkait dengan pewarisan gen dari
orangtua ke anaknya. Dengan kata lain, hiperlipidemia sekunder adalah acquired condition dan bukan merupakan inherited condition. Hiperlipidemia
sekunder ini timbul disebabkan oleh beberapa penyebab seperti diabetes atau
obesitas. Pada lembar tugas mandiri ini, saya akan membahas lebih dalam tentang
hiperlipidemia sekunder ditinjau dari patofisiologi, gejala, pemeriksaan lab,
dan terapi.
Penyebab
Hiperlipidemia sekunder disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu keadaan obesitas, kurangnya olahraga dan tidak memiliki
pergerakan (hanya duduk terus-menerus), kebiasaan merokok, beberapa medikasi
tertentu, beberapa penyakit tertentu, dan pengonsumsian alkohol yang
berlebihan. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan hiperlipidemia sekunder, karena
merokok dapat mengurangi jumlah HDL dalam tubuh. Pengobatan atau medikasi
tertentu dapat menyebabkan hiperlipidemia sekunder, seperti pengonsumsian obat
pengendali kehamilan, estrogen, kortikosteroid, beta blocker, dan antidepresan
tertentu. Beberapa penyakit juga dapat menyebabkan hiperlipidemia sekunder,
seperti penyakit diabetes, hipotiroidisme, cushing
syndrome, dan penyakit jantung. Selain beberapa hal yang telah dijelaskan
sebelumnya, makanan juga dapat menjadi penyebab timbulnya kelainan ini, yaitu
jenis makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi seperti daging berwarna merah,
high fat dairy products, dan kuning
telur.
Patofisiologi
Hiperlipidemia sekunder memiliki patofisiologi seperti berikut:
·
Peningkatan LDL-C dan pengurangan
HDL-C
Peningkatan LDL-C dan pengurangan HDL-C ini
merupakan tahap awal terjadinya hiperlipidemia sekunder. Pada tahap ini,
terjadi kemungkinan lain selain terkena hiperlipidemia sekunder secara langsung
yaitu kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner, yang tetap akan berujung
pada keadaan hiperlipidemia sekunder pula. Akan tetapi, pengembangan penyakit
jantung koroner tetaplah bahaya dan juga harus diwaspadai.
·
Disfungsi endotelial
Hipotesa respon terhadap cedera menyatakan
bahwa faktor risiko seperti LDL teroksidasi, cedera mekanik kepada endothelium,
hoomosistein berlebih, atau perubahan endotelial yang terinfeksi akan
mengakibatkan tubuh menuju keadaan disfungsi endotelial dan akan mengarah pula
kepada aterosklerosis (yang terbentuk oleh kumpulan interaksi seluler di
endotelium yang tidak berfungsi).
·
Lesi aterosklerosis
Lesi aterosklerosis ini disebabkan oleh
transpor plasma LDL-C melalui lapisan sel endotelial seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Ketika berada di dinding arteri, LDL diubah secara kimia
melalui oksidasi dan glikasi non-enzimatik. LDL yang sedikit ini teroksidasi
dan menarik monosit ke dinding arteri, lalu selanjutnya monosit ini berubah
menjadi makrofag menimbulkan oksidasi pada LDL.
·
Respon Inflamasi
Peristiwa oksidasi pada LDL yang sedikit tadi
menimbulkan respon inflamasi yang dimediasi oleh chemoattractant dan sitoleukin. Tahap ini merupakan kontrol genetik
dari hiperlipidemia (namun cenderung lebih spesifik pada hiperlipidemia primer).
Gejala
Tidak ada gejala khusus dan spesifik
(terutama gejala fisik dan psikis) yang dapat menandakan bahwa seseorang
terkena hiperlipidemia sekunder. Namun, apabila seseorang telah memiliki kadar
trigliserida dalam level yang tinggi jumlahnya, lemaknya akan terdeposit di
kulit dan membentuk benjolan yang disebut dengan xanthoma. Selain itu, apabila
seseorang telah memiliki kadar trigliserida dalam level yang sangat tinggi
jumlahnya akan menyebabkan pembesaran limpa atau hati, sehingga seseorang
tersebut akan merasakan sensasi panas terbakar pada kaki dan tangannya,
kesulitan bernapas, dan merasa kebingungan.
Diagnosis
Hiperlipidemia sekunder ini dapat
diidentifikasi melalui pemerikasaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium
tersebut yaitu dengan melakukan tes darah yang meliputi:
ü
Tes HDL
Tes HDL ini menunjukkan banyak atau sedikit
kadar HDL dalam darah, karena HDL berperan dalam
tubuh untuk membawa kolesterol dalam darah menuju hati untuk diproses lebih
lanjut guna menghindari terjadinya penumpukan kolesterol pada saluran darah.
Semakin banyak kadar HDL dalam darah, maka kemungkinan seseorang terkena
hiperlipidemia sekunder akan kecil. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki
kadar HDL sedikit di dalam darah, maka perlu diwaspadai bahwa seseorang tersebut
dapat terkena risiko penyakit jantung yang juga merupakan penyebab
hiperlipidemia sekunder. Tingkatan jumlah HDL dalam darah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
ü
Tes LDL
Tes LDL ini menunjukkan banyak atau sedikit
kadar LDL dalam darah. Semakin banyak kadar LDL
dalam darah, maka kemungkinan seseorang terkena hiperlipidemia sekunder akan
besar karena banyaknya LDL akan menimbulkan penumpukan pada saluran pembuluh
darah dan dapat membahayakan tubuh. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki
kadar LDL sedikit di dalam darah, maka seseorang tersebut akan mendapat
kemungkinan sangat kecil terkena hiperlipidemia sekunder. Tingkatan jumlah LDL
dalam darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
ü
Tes trigliserida
Tes trigliserida ini menunjukkan banyak atau sedikit
kadar trigliserida dalam darah. Kemungkinan terjadinya hiperlipidemia sekunder
pada tes trigliserida ini dapat dinyatakan dalam tabel di bawah ini:
Klasifikasi
|
TG level
(dalam mg/dL)
|
Tingkat
normal
|
< 150
|
Perbatasan
|
150 - 199
|
Tingkat TG
tinggi
|
200 - 499
|
Tingkat TG
sangat tinggi
|
>500
|
Seseorang dapat
terkena hiperlipidemia sekunder apabila dia memiliki kadar trigliserida
dalam jumlah
tinggi dan sangat tinggi seperti yang tertera pada tabel sebelumnya.
ü Tes total
kolesterol
Tes total kolesterol
menunjukkan jumlah antara HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida
dalam tubuh kita (dalam darah). Kemungkinan terjadinya
hiperlipidemia sekunder pada tes total kolesterol dapat dinyatakan dalam tabel
di bawah ini:
Apabila seseorang memiliki total kolesterol dalam
jumlah yang tinggi, maka seseorang dapat terkena hiperlipidemia sekunder dalam
kemungkinan yang besar.
Pengobatan dan
Pencegahan
Hiperlipidemia sekunder
dapat diatasi atau dicegah dengan melakukan beberapa cara, yaitu:
·
Diet lemak jenuh
dan kolesterol
Diet lemak jenuh dan
kolesterol dapat menurunkan kadar LDL yang berlebih dalam tubuh. Beberapa ahli
merekomendasikan untuk membatasi lemak dalam makanan agar makanan tersebut
tidak mengandung lebih dari 25-30 % dari jumlah kalori total. Hal tersebut
dapat direalisasikan dengan cara mengurangi pengonsumsian daging merah, kelapa,
kuning telur, produk susu, dan beberapa kacang-kacang. Selain itu, kita juga
dapat menggantikannya dengan makanan yang memiliki lemak jenuh yang rendah,
contohnya seperti margarine, serta dapat mengonsumsi buah-buahan, ikan, dan
ayam (tanpa kulit).
·
Pengonsumsian
obat
Hiperlipidemia sekunder
dapat diobati dengan obat-obatan yang bersifat lipid-lowering drugs, seperti niacin, statin, derivat asam fibrat,
pengikat asam empedu, penghambat absorpsi kolesterol, dan suplemen dari lemak
omega-3 (akan dijelaskan dalam gambar tabel). Setiap obat yang telah disebutkan
sebelumnya memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Obat-obat ini dapat bekerja
lebih banyak daripada tingkat lipid rendah itu sendiri. Sehingga, obat-obat ini
dapat mengobati hiperlipidemia sekunder.
·
Olahraga
Memperbanyak olahraga dapat mencegah hiperlipidemia sekunder.
·
Mengurangi berat badan
Mengurangi berat badan merupakan salah satu cara efektif yang
dapat dilakukan untuk mencegah hiperlipidemia sekunder, terutama untuk orang
yang mengalami obesitas.
ini sumbernya dari mana
BalasHapus