Definisi
Diabetes
Mellitus (DM) atau kencing manis adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan
oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia yang
menetap dapat mempengaruhi hampir seluruh jaringan di tubuh dan berhubungan
dengan komplikasi berbagai sistem organ. Glukosa diabsorpsi oleh bagian tubuh, tetapi
kelebihan glukosa tidak dapat ditoleransi sehingga dapat mengakibatkan
komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan jantung.
Klasifikasi Diabetes Melitus
berdasarkan etiologinya:
a. DM Tipe 1, Defisiensi insulin absolut,
artinya sel β pankreas dalam tubuh rusak sehingga tidak dapat memproduksi
insulin sama sekali. Biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja (<40 tahun)
meliputi 5% dari seluruh kasus. Faktor utama: autoimundan sebagian idiopathik.
b. DM Tipe 2, Defisiensi insulin relatif, sel
β pankreas masih bisa menghasilkan insulin akan tetapi kualitas atau
kuantitasnya berkurang, dan bisa juga karena resistensi insulin. Biasanya
terjadi pada usia paruh baya (>40 th) dan meliputi 95% dari seluruh kasus.
Hampir 50% kasus DM tipe 2 tidak terdeteksi karena gejalanya sering tidak
disadari dan fase preklinisnya berlangsung selama 5-10 tahun.
c. Diabetes Mellitus Tipe Lain.Diabetes
melitus yang penyebabnya bermacam-macam (selain yang sudah disebutkan diatas).
d. Diabetes
Mellitus Gestasional. Kondisi diabetes atau intoleransi glukosa
yang didapat selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga.
Diabetes tipe ini disebabkan karena insulin tidak dapat bekerja sebagaimana
mestinya. Hormon kehamilan dapat menghalangi insulin untuk menjalankan fungsinya.
Akibatnya level gula darah atau glukosa dalam tubuh menjadi tinggi. Biasanya
tidak bergejala dan hilang setelah melahirkan.
Etiologi
Penyebab
diabetes yang utama adalah kurangnya produksi insulin (DM tipe I) atau kurang
sensitifnya reseptor insulin (DM tipe II). Namun jika dirunut lebih lanjut, ada
beberapa faktor yang menyebabkan DM :
1. Genetik atau
faktor keturunan
DM sering diturunkan atau
diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan
lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang
tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit
yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi
penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2. Fungsi sel
pankreas dan sekresi insulin yang berkurang.
3. Aktivitas
fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
4. Keberadaan
penyakit lain dan sering menderita stress.
5. Sindrom
ovarium polikistik (PCOS)
Menyebabkan peningkatan produksi
androgen di ovarium dan resistensi reseptor insulin serta merupakan salah satu
kelainan endokrin tersering pada wanita, dan kira-kira mengenai 6 persen dari
semua wanita, selama masa reproduksinya.
6. Virus
Virus penyebab DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4, melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam
sel beta. Virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Selain itu,
virus ini juga dapat menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan
hilangnya autoimun dalam sel beta.
7. Bahan toksik
atau beracun
Bahan
beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrineuron (rodentisida), dan streptozoctin(produk dari sejenis jamur).
Patofisiologi
Secara umum,
penderita Diabetes Melitus akan mengalami beberapa gangguan, seperti:
1.
Jumlah protein pembawa lebih rendah dibandingkan
dengan jumlah protein pembawa pada orang normal. Protein pembawa berfungsi
untuk mengangkut glukosa ke dalam sel. Pada umumnya, jumlah protein rendah
terutama pada otot jantung, otot rangka, dan jaringan adiposa.
2.
Proses biokimia pada tubuh akan terhambat,
yaitu proses glikolisis dan glikogenesis. Insulin sangat berperan dalam proses
metabolisme karbohidrat. Dengan tidak adanya insulin, maka asupan glukosa dari
makanan tidak dapat diglikolisis menjadi energi (ATP) dan tidak akan dapat
mengalami glikogenesis untuk membentuk glikogen. Akibatnya, glukosa akan
menumpuk pada plasma darah dan akan diekskresikan melalui urine.
3.
Tekanan Osmotik dalam tubuh akan terganggu.
Dengan meningkatnya glukosa dalam plasma darah, tekanan osmotik plasma sel juga
akan meningkat.
Selain dari gangguan-gangguan diatas,
terdapat pula patofisiologi lain untuk setiap tipe diabetes.
1. Diabetes
Melitus Tipe I
Diabetes melitus tipe I terjadi
karena adanya kesalahan autoimunitas atau terjadinya pembentukan antibodi
abnormal yang menghancurkan sel β-Pankreas sebagai penghasil insulin sehingga
tubuh tidak dapat memproduksi insulin. Serangan autoimun tersebut dapat terjadi
sebagai akibat dari adanya infeksi pada tubuh ataupun warisan genetik,
contohnya terkena paparan virus Coxsackie. Karena tidak ada insulin yang
diproduksi atau insulin yang diproduksi sedikit, maka ketika glukosa masuk ke
dalam peredaran darah, tidak ada insulin yang dapat mengikat glukosa dan
mengubah glukosa-glukosa tersebut menjadi glikogen, sehingga terjadi penumpukan
glukosa di pembuluh darah.
2. Diabetes
Melitus Tipe II
Pada Diabetes Melitus tipe II,
insulin diproduksi oleh sel β-Pankreas dalam jumlah yang normal, akan tetapi
terjadi resistensi terhadap insulin dimana sensitivitas tubuh terhadap insulin
menurun. Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, secara bertahap sel
β-Pankreas akan mengalami penurunan dalam memproduksi insulin, sehingga kontrol
tubuh terhadap glukosa juga menurun. Kontrol glukosa yang menurun akan
menyebabkan hati akan terus memproduksi glukosa dengan mengubah glikogen
menjadi glukosa (dari proses glukoneogenesis) meskipun kadar glukosa dalam darah
sudah dalam keadaan tinggi.
Insulin
Dihasilkan oleh sel β pulau
Langerhans yang terdiri atas 21 residu
asam amino pada rantai A dan 30 residu pada rantai B serta
dihubungkan dengan dua buah rantai disulfida. Disekresi sebagai respon atas
meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma darah.
Struktur Insulin:
Peran Insulin:
a. Meningkatkan
difusi glukosa ke dalam sel
-
Glukosa dibawa ke dalam sel dengan protein
plasma, yaitu GLUT 1, GLUT 2, GLUT 3, GLUT 4 dan GLUT 5.
-
Insulin
meningkatkan secara signifikan jumlah protein pembawa terutama GLUT4.
-
Insulin bekerja dengan mentrasnlokasi protein
pembawa ke bagian aktif di dalam sel.
b. Mempengaruhi
aktivitas enzim yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah
-
Meningkatkan enzim-enzim glikolisis, contoh:
glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase.
-
Menurunkan
aktivitas glukosa-6-fosfatase (berfungsi
mengubah glukosa menjadi glukosa 6-fosfat) yang terdapat di hati.
-
Mempengaruhi reaksi fosforilasi dan
defosforilasi protein yang selanjutnya mengubah aktivitas enzimatik enzim
tersebut.
c. Menghambat
kerja cam
-
Memainkan peran ganda: menghambat secara
langsung dan tidak langsung.
-
Langsung è menghambat enzim yang membantu
pembentukan cAMP dari ATP, yaitu adenilil siklase.
-
Tidak langsung è merangsang enzim fosfodiesterase
yang dapat mengubah cAMP menjadi 5’ AMP.
Gejala
Gejala klinis pada penderita diabetes terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Gejala umum
Gejala umum penyakit diabetes terbagi menjadi
tiga gejala, yaitu:
a. Poliuria
Poliuria merupakan peningkatan ekskresi urine
yang disebabkan oleh meningkatnya kadar glukosa dan juga tekanan osmotik dalam
darah. Apabila kadar glukosa darah telah melebihi batas normal, maka akan
terjadi diuresis osmotik yang akan menimbulkan peningkatan ekskresi urine.
b. Polidipsia
Polidipsia adalah peningkatan rasa haus. Hal
ini terjadi karena jumlah urine yang diekskresikan sangat tinggi sehingga
menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Jika terjadi dehidrasi ektrasel, air-air yang
terdapat pada intrasel akan berdifusi keluar sel sehingga akan menyebabkan
dehidrasi intrasel. Dehidrasi intrasel akan merangsang hormon Anti-Diuretik
(ADH) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia
Polifagia adalah peningkatan rasa lapar.
Akibat dari insulin yang diproduksi dalam jumlah yang sedikit, proses
glikoneogenesis akan terus berlangsung, sehingga akan menyebabkan kelebihan
glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa tersebut akan diekskresikan bersama
urine. Karena glukosa-glukosa tersebut diekskresikan tanpa digunakan oleh
sel-sel tubuh, maka jaringan-jaringan tubuh akan kekurangan asupan karbohidrat.
Penderita diabetes melitus akan mengalami penurunan berat badan yang drastis
tetapi akan terjadi peningkatan nafsu makan (polifagia).
2. Gejala
khusus
Selain gejala umum, gejala khusus pada
penderita diabetes melitus biasanya ditandai dengan:
· Cepat merasa
lelah
· Luka sukar
sembuh
· Sering
merasakan kesemutan
· Penglihatan
kabur
· Mudah timbul
bisul dengan kesembuhan yang lama.
Diagnosa
Klinis Diabetes Melitus
Ada beberapa diagnosa klinis terkait DM, diantaranya :
1. Pemeriksaan
Urine
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
adanya glukosa di dalam urin dengan menggunakan larutan uji Benedict.
Cara kerja:
· Masukkan
larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc.
· Campurkan urin patologis 5-8
tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict.
· Panaskan
tabung di atas spritus atau Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai
mendidih.
· Dinginkan
dan amati terjadi perubahan warna atau tidak.
Cara
menilai hasil:
· Negatif (-):
Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
· Positif (+):
Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
· Positif
(++): Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
· Positif
(+++): Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
· Positif
(++++): Merah keruh (> dari 3,5 % glukosa)
2. Pemeriksaan
Glukosa Darah
Terdapat
beberapa metode pemeriksaan, seperti:
(1) Metode
reduksi oksidasi
(2) Metode
Enzimatik: Menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja
hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain.
Terdapat
alat Point Of Care Testing (POCT)
yang dapat digunakan penderita secara mandiri di rumah.
· Interpretasi
pemeriksaan gula darah:
Hiperglikemia, bila gula darah
puasa ≥ 126 mg/dL
Normoglikemia, 90-110 mg/dL
Hipoglikemia, 60 mg/dL
Normal
|
Impaired
|
DM
|
GDP <
110 mg%
|
110-126
mg%
|
≥ 126 mg%
|
GD2JPP
< 145 mg%
|
140-200
mg%
|
> 200
mg%
|
Random
|
> 200
mg/dL
|
3. Oral Glucosa ToleranceTest (OGTT)
Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemuk dengan
riwayat keluarga diabetes mellitus; pada penderita penyakit vaskular, atau
neurologik, atau infeksi yang tidak jelas sebabnya. OGTT juga dapat
diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional).
- Beberapa
indikasi OGTT, yaitu:
a. Ada riwayat
DM dalam keluarga.
b. Ibu yang
memiliki bayi lahir dengan BB 5 kg atau lebih.
c. Obesitas.
- Cara pelaksanaan
OGTT, yaitu:
a. Pasien puasa
10-12 jam
b. Ambil darah
puasa
c. Minum
glukosa 75 gr
d. Ambil darah
2 jam setelah minum glukosa
e. Normal:
apabila gula darah kembali normal setelah 2 jam, puncak gula darah pada ½ jam-1
jam.
- Nilai rujukan untuk pemeriksaan OGTT, meliputi:
· Puasa : 70 –
110 mg/dl (3.9 – 6.1 mmol/L)
· ½ jam : 110
– 170 mg/dl (6.1 – 9.4 mmol/L)
· 1 jam : 120
– 170 mg/dl (6.7 – 9.4 mmol/L)
· 1½ jam : 100
– 140 mg/dl (5.6 – 7.8 mmol/L)
· 2 jam : 70 – 120 mg/dl (3.9 – 6.7 mmol/L)
4. GD Stick
Penggunaannya
dengan cara mengambil sedikit darah dari ujung jari menggunakan jarum, stick
dimasukkan ke alat, darah ditotolkan ke stick, dan hasilnya akan keluar.
- Nilai normal ≤ 140 mg/dL
4. HbA1C atau
HbA1 Total
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
apakah gula darah penderita tersebut terkontrol atau tidak terkontrol dalam
waktu 3 bulan (120 hari sesuai dengan umur eritrosit).HbA1C atau A1C adalah
komponen utama dari hemoglobin glikat suatu bentuk ikatan non enzimatik
karbohidrat dengan hemoglobin yang terbentuk dari glukosa yang terikat pada N
valin ujung rantai beta molekul hemoglobin pada keadaan hiperglikemia.
· Keuntungan pemeriksaan HbA1C
a. Pasien tidak
perlu puasa
b. Kestabilan
praanalitik tinggi
c. Kurang
fluktuasi tekanan darah hari ke hari selama sakit dan stres
· Keterbatasan pemeriksaan HbA1C
a. Anemia
b. Hemoglobinopathi
· Beberapa
Metode Pemeriksaan HbA1C
a. Metode affinity chromatographic
b. Metode HPLC
(High Performance Liquid Chromatography)
c. Metode
elektroforesis
d. Metode
imunokimia
· Nilai Rujukan
a. Orang normal
: 4,0 – 6,0 %
b. DM
terkontrol baik : kurang dari 7%
c. DM
terkontrol lumayan : 7,0 – 8,0 %
d. DM tidak
terkontrol : > 8,0 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar