Glikogenosis (Glycogen Storage Disease) adalah suatu
istilah genetik untuk menjelaskan sekelompok penyakit herediter yang ditandai
oleh pengendapan glikogendalam jumlah atau tipe abnormal di jaringan atau
kegagalan memobilisasi glikogen (David dan Peter, 2012). Pada penderita
glikogenosis, sejumlah glikogen yang abnormal diendapkan di dalam jaringan
tubuh seperti di otot dan hati (terutama di hati).
Glikogenosis
disebabkan oleh tidak adanya satu atau beberapa enzim yang diperlukan untuk
mengubah gula menjadi glikogen (glikogenesis) atau mengubah glikogen menjadi
glukosa (glikogenolisis), untuk digunakan sebagai energi.
Beberapa
defisiensi enzim yang dapat menyebabkan glikogenosis, antara lain :
1.
Defisiensi G6Pase (Glukosa 6-fosfatase)
Defisiensi G6Pase (Glukosa 6-fosfatase)
Fungsi dari enzim Glukosa
6-fosfatase adalah untuk mengubah kembali glukosa 6-fosfat menjadi glukosa
dalam reaksi glikogenolisis. Apabila seseorang mengalami defisiensi enzim ini,
maka glukosa 6-fosfat hasil dari reaksi glikogenolisis tidak dapat diubah
menjadi glukosa, dan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa 6-fosfat.
Karena perubahan glukosa 1-fosfat dan glukosa 6-fosfat adalah kesetimbangan,
apabila glukosa 6-fosfat berlebih maka jalan reaksi akan kembali ke jalur
pembentukan glikogen (glikogenesis). Sehingga menyebabkan terjadinya penimbunan
glikogen.
2. Defisiensi Branching
Enzyme
Ketika panjang cabang sudah
mencapai antara 6 sampai 11 residu glukosa, maka branching enzyme (enzim
percabangan) memindahkan sebagian rantai 1 à 4 ke rantai
di dekatnya membentuk ikatan 1 à 6 sehingga terjadi titik
percabangan baru. Apabila branching enzyme mengalami defisiensi, maka
tidak ada percabangan, sehingga menyebabkan terjadinya penimbunan polisakarida
dengan sedikit titik percabangan.
3. Defisiensi
Enzim Glikogen Fosforilase (di otot dan hati)
Glikogen fosforilase adalah suatu enzim yang
bertugas mengatalisis pemecahan fosforolitik ikatan 1 à 4 glikogen
untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat (David dan Peter, 2012). Apabila seseorang
mengalami defisiensi enzim glikogen fosforilase, maka glikogen yang terdapat di
otot dan hati tidak dapat diubah kembali menjadi glukosa. Sehingga terjadi
penimbunan glikogen di otot dan hati.
4. Defisiensi
Enzim lain yang Mengaktifkan Fosforilasi
Enzim fosforilase kinase bertugas untuk mengaktifkan enzim
glikogen fosforilase, sehingga glikogen di hati dan otot dapat diubah kembali
menjadi glukosa. Defisiensi enzim ini sangat mempengaruhi regulasi dari jalur
glikogenolisis. Meskipun seseorang mempunyai enzim glikogen fosforilase, tetapi
apabila tubuhnya defisiensi enzim fosforilase kinase maka enzim glikogen
fosforilase akan selalu berada dalam bentuk inaktif, dan tidak dapat mengubah
glikogen menjadi glukosa. Sehingga defisiensi enzim ini juga dapat menyebabkan
penimbunan glikogen di otot dan hati.
5. Defisiensi
Debranching Enzyme
Debranching enzyme bertujuan
untuk memecah ikatan glukosidik 1 à 6 dan
glikogen kembali berubah menjadi glukosa. Apabila seseorang kekurangan enzim
ini, maka akan menyebabkan penimbunan polisakarida bercabang yang khas.
PATOFISIOLOGIS
GLIKOGENOSIS
Glikogenosis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati dan kelemahan otot, dengan
gejala klinis yang muncul sebagai berikut :
· Pembesaran
hati dan ginjal
· Pembesaran
abdomen
· Mimisan
· Hypotonia
(kondisi yang ditandai oleh penurunan berat otot)
· Hyperthropic
· Lemas otot
bagian proximal
· Volume otot menurun
· Refleks
tendon menurun dan atau hilang
· Cardiomegaly
dengan cardiomyopathy
Akibat
yang ditimbulkan oleh penyakit Glikogenosis, antara lain :
1.
Gangguan fungsi ginjal
2.
Ketidakefektivan sistem pernapasan
3.
Pertumbuhan terhambat
4.
Sirosis Hati
5.
Sideropenic anemia
6.
Lemas otot atau lumpuh
7.
Kematian
• Tipe-tipe glikogenosis
Glikogenosis dibagi menjadi
beberapa macam tipe :
(1)
Tipe O
Gejala yang ditimbulkan adalah
pembesaran hati disertai penimbunan lemak di dalam sel hati dan serangan
hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah) selama berpuasa. Enzim yang hilang
adalah glikogen sintase di hati dan otot.
(2)
Penyakit von Gierke (Tipe IA)
Terjadi dalam sel-sel hepar dan renal
convulated tubules. Ditandai dengan adanya kekurangan atau tidak adanya
aktivitas glukosa-6 fosfatase dalam hati dan ginjal. Gejala yang ditimbulkan
adalah pembesaran hati dan ginjal, pertumbuhan yang lambat, dan kadar asam,
lemak, asam urat yang tinggi dalam darah.
(3)
Sel tipe IB
Penyakit ini menyerang hati dan
sel darah putih dengan enzim yang hilang adalah glukosa-6 fosfatase
translokase. Gejala yang timbul sama dengan penyakit von Gierke tetapi tidak
terlalu berat, jumlah sel darah putih berkurang, infeksi mulut dan usus.
(4)
Penyakit Pompe (Tipe II)
Penyakit ini menyerang semua
organ ditandai dengan hilangnya lisosomal glukosidase. Gejalanya adalah
pembesaran hati dan jantung.
(5)
Penyakit Forbes (Tipe III)
Organ yang terkena adalah hati,
otot, jantung, sel darah putih ditandai dengan hilangnya sistem enzim
debrancher. Gejalanya adalah pembesaran hati, kadar gula darah yang rendah, dan
kerusakan otot.
(6)
Penyakit Andersen (Tipe IV)
Organ yang terkena adalah hati,
otot, dan jaringan lainnya yang ditandai dengan hilangnya sistem enzim
brancher. Gejalanya adalah sirosis (pada anak-anak), kerusakan otot, dan gagal
jantung (pada dewasa).
(7)
Penyakit McArdie (Tipe V)
Organ yang terkena adalah otot
yang ditandai dengan hilangnya fosforilase otot. Gejalanya adalah kram otot
selama melakukan kegiatan atau aktivitas.
(8)
Penyakit Hers (Tipe VI)
Organ yang terkena adalah hati
ditandai dengan hilangnya fosforilase hati. Gejalanya adalah pembesaran hati,
serangan hipoglikemia selama berpuasa, seringkali juga tanpa gejala.
(9)
Penyakit Tarui (Tipe VII)
Organ
yang terkena adalah otot kerangka dan sel darah merah. Enzim yang hilang adalah
fosfofruktokinase. Gejalanya adalah kram otot selama aktivitas fisik, hemolisis
(penghancuran sel darah merah).
DIAGNOSIS GLIKOGENESIS
Diagnosa ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap biopsi jaringan (otot atau hati), yang
menunjukkan adanya enzim yang hilang atau enzim abnormal pada jaringan yang
terganggu.
Uji
laboratorium yang digunakan untuk mengidentifikasi penyakit Glikogenolisis
adalah kadar glukosa serum dan elektrolit, kadar laktat pada serum, pH darah,
kadar asam urat pada serum, kadar serum trigliserida dan kolesterol, kadar
gamma glutamiltransferase, pemeriksaan darah lengkap (CBC), analisis urin
(aminoaciduria, proteinuria, dan mikroalbuminoria) pada pasien yang usianya
lebih tua, kadar asam urat dan kalsium, kadar serum alkaline fosfatase,
kalsium, fosforus, urea, dan kreatinin.
• Pengobatan
Dalam
pengobatan, dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat dalam porsi
kecil sebanyak beberapa kali dalam sehari untuk membantu mencegah turunnya
kadar gula darah. Pada beberapa glikogenesis, aktivitas anak-anak harus
dibatasi untuk mengurangi kram otot. Dapat juga dilakukan dengan penambahan
enzim Glukagon (GlucaGen) dan Alglucosidase alfa (Myozyme). Glukagon (GlucaGen)
mengobati GSD types V and VII, meningkatkan glukosa darah dengan menghambat
sintesis glikogen, dan meningkatkan pembentukan glukosa dari sumber
non-karbohidrat seperti protein dan lemak (glukoneogenesis). Alglucosidase alfa
(Myozyme) dibutuhkan untuk perkembangan fungsi otot, mengikat reseptor mannose-6-phosphate
kemudian dilanjutkan ke lisosom; melalui pembelahan proteolitik yang
meningkatkan aktivitas dan kemampuan enzim memecah glikogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar