Definisi dan Etiologi
Jantung Koroner adalah penyakit yang terjadi akibat
penyempitan atau penyumbatan pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh
penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin
banyak dan menumpuk dibawah lapisan terdalam (endotellium) dari dinding pembuluh
nadi. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah ini dapat mengehentikan
aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,
Krisnatuti, 1999). Pada kondisi normal, pembuluh darah arteri koroner berfungsi
untuk mengalirkan darah dengan membawa sari-sari makanan dan oksigen yang
sangat dibutuhkan oleh otot jantung agar bisa berfungsi memompa darah ke
seluruh tubuh
EtiologiYang dapat menyebabkan terjadi sumbatan pada
pembuluh arteri koroner adalah:
a.
Hiperkolesterolemia
(kolesterol dalam darah tinggi), Hipertrigliseridemia (Trigliserida dalam darah
tinggi), Hiperlipidemia (Segala jenis lemah di darah tinggi). Substansi
tersebut (zat lemak) yang tinggi dalam darah akan ikut mengalir bersama darah
menuju otot jantung dan melewati arteri
koroner yang sangat kecil, kemudian zat zat lemak akan menempel dan menumpuk sehingga menutupi
pembuluh darah arteri coroner.
b.
Riwayat
keturunan yang memiliki penyakit jantung
c.
Hipertensi.
Tingginya tekanan darah disebabkan karena konsentrasi darah yang tinggi.
Konsentrasi darah yang tinggi membuat viskositas darah meningkat sehingga dapat
menyumbat pembuluh darah arteri koroner apabila melewatinya.
d.
Kadar
Kolesterol HDL rendah dan LDL tinggi. HDL bertugas mengangkut kolesterol dari
jaringan kehati untuk dimetabolisme menjadi garam empedu. Sementara LDL
berfungsi mengangkut kolesterol dari
hati menuju jaringan. Apabila kadar HDL rendah dan LDL tinggi, maka akan banyak kolesterol
yang menumpuk dijaringan, termasuk jaringan endotel pada pembuluh darah arteri
koroner. Kolesterol yang disimpan akan
membuat jaringan endotel semakin membesar ke arah dalam dan menyempitkan bahkan
menyumbat arteri coroner.
e.
Obesitas.
Obesitas dimana kegemukan dipicu karena banyaknya simpanan lemak dijaringan
tubuh sehingga menyumbat pembuluh tersebut.
f.
Diabetes
Mellitus. DM menyebabkan kadar glukosa darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, Gula darah menjadi pekat sehingga terjadi pengendapan
atherosclerosis pada arteri koroner
g.
Gaya hidup
tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga, dan stress. Berbagai penelitian
menunjukkan oang yang kurang bergerak lebih mudah terkena PJK dibanding dengan
yang aktif bergerak dikarenakan aktifitas fisik akan meningkatkan kolesterol
HDL dan menurunkan faktor resiko koroner lainnya seperti tekanan darah tinggi,
kegemukan, maupun diabetes. Stress merangsang hormone adrenalin yang akibatnya
akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga
akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
Efek rokok akan meyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO. Katekolamin juga
dapat menambah reaksi trombosis dan juga
menyebabkan kerusakan dinding arteri sedangkan glikoprotein tembakau dapat
menimbulkan reaksi hipersensitif dinding
arteri
Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi
bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa
jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam
pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang
oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner
menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard
seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang
diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang
meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low
Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh
kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit
jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang
dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner
berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya
Lesi diklasifikasikan sebagai endapan lemak, plak
fibrosa, dan lesi komplikata, sebagai berikut :
a.
Endapan
lemak, yang terbentuk sebagai tanda awal aterosklerosis, dicirikan dengan
penimbunan makrofag dan sel-sel otot polos terisi lemak (terutama kolesterol
oleat) pada daerah fokal tunika intima (lapisan terdalam arteri). Endapan lemak
mendatar dan bersifat non-obstruktif dan mungkin terlihat oleh mata telanjang
sebagai bercak kekuningan pada permukaan endotel pembuluh darah.
b.
Endapan lemak biasanya dijumpai dalam aorta pada usia
10 tahun dan dalam arteri koronaria pada usia 15 tahun. Sebagian endapan lemak
berkurang, tetapi yang lain berkembang menjadi plak fibrosa.
c.
Plak fibrosa
(atau plak ateromatosa) merupakan daerah penebalan tunika intima yang meninggi
dan dapat diraba yang mencerminkan lesi paling khas aterosklerosis lanjut dan
biasanya tidak timbul hingga usia dekade ketiga.
Awal mula menyebarnya penyakit jantung koroner karena
penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh
koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti
penimbunan jaringan ikat, perkapuran,pembekuan darah, dan lain-lain.
Proses-proses tersebut akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah
tersebut. Hal ini mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami
kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup
serius. Akibat yang timbul itu bisa dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark
jantung.
Dalam tubuh, transport lemak berlangsung dalam partikel
lipoprotein, yaitu low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein
(HDL). Apo B-100 merupakan protein yang terdapat pada partikel-partikel
lipoprotein yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Lebih dari
90% Apo B-100 teradapat pada partikel LDL, sehingga jika kadar LDL tinggi, maka
akan semakin tinggi pula resiko penyakit jantung koroner.
Apo B-100 sangat penting peranannya dalam aterosklerosis
karena dengan adanya Apo B-100 maka akan ada interkasi antara Apo B-100 dengan
bagian dinding pembuluh darah yang mengakibatkan partikel LDL tersebut tertahan
di dalam dinding pembuluh darah. Partikel lipoprotein-mengandung Apo B yang
tertahan inilah yang akan meningkatkan resiko aterosklerosis karena partikel
lipoprotein tersebut akan dirubah menjadi partikel berbahaya yang meningkatkan
resiko PJK.
Manifestasi klinis
Menurut AHA (American Health Association) manisfestasi
dari PJK adalah:
- Tidak ada simptom dimana tidak merasakan
sesuatu yang menjadi gejala-gejala suatu penyakit. Hal ini disebut Silent
Iskemia. Penderita diabetes rentan terhadap Silent Iskemia.
- Angina (Angina Pectoris). Ditunjukkan dengan sakit dada sementara
sewaktu melakukan gerakan fisik atau olahraga.
- Angina tidak stabil. Sakit dada yang
tiba-tiba terasa sewaktu dalam keadaan istirahat atau terjadi lebih berat
secara tiba-tiba
- Serangan jantung (myocardial infarction)
. Bila alirah darah ke pembulu arteri koroner terhalang sepenuhnya
Diagnosa
Tahapan-tahapan untuk diagnosis pasien dengan Jantung Koroner :
Ø Anamnesis (Wawancara)
Wawancara merupakan cara untuk membuat
hipotesis (kemungkinan), apakah keluhan nyeri dada ‘angina pektoris’ yang
dirasakan oleh seseorang merupakan gejala khas (‘typical’) untuk penyakit jantung koroner
Ø Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiogram (EKG)
b. Pemeriksaan Laboratorium
c. Rontgen Dada
d. Ekokardiografi
e. Treadmill
f.
Angiografi Koroner
g. CT Scan
Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG mampu merekam aktivitas 'listrik' jantung. Sumbatan
koroner pada jantung yang mengalami 'iskemik' menyebabkan gangguan aktivitas
'listrik' jantung yang terdeteksi melalui 'elektrokardiogram'. EKG juga dapat
merekam berbagai kelainan aktivitas listrik jantung lainnya.
Pemeriksaan Laboratorium
ü
Pemeriksaan Kadar Kolesterol-LDL
Pemeriksaan ini guna mengetahuin penyumbatan lemak
di jantung koroner.
ü
Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini dilakukan karena kadar gula dalam
darah yang tinggi juga mempengaruhi penyakit jantung
Rontgen Dada
a. Pemeriksaan foto Röntgent dada merupakan
pemeriksaan pencitraan dengan sinar-X dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran
/ kesan tentang rongga dada.
b. Identifikasi ukuran jantung
untuk melihat penderita jantung koroner telah masuk tahap lanjut atau belum.
Jika penderita jantung telah masuk tahap lanjut maka jantung akan terlihat
membesar. Hal ini dikarenakan pembuluh darah yang menyempit mengakibatkan kerja
jantung lebih berat sehingga membuat ukurannya membesar.
Ekokardiografi
Ekokardiografi
adalah alat yang dapat mengamati struktur jantung dan pembuluh darahnya dengan
menggunakan teknik pencitraan dari pantulan gelombang suara ultra. Jadi
prinsipnya seperti pemeriksaan USG (Ultra Sonografi). Pantulan gelombang suara
ultra yang tertangkap diproses oleh komputer lalu ditampilkan di dalam monitor.
Pada penderita PJK, otot jantung yang kurang mendapatkan aliran darah akan
terlihat lebih 'lemas' dan kurang gerak, sehingga dapat dicurigai sebagai suatu
petanda adanya penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan ekokardiografi juga dapat mendeteksi berbagai komplikasi akibat PJK
seperti pembengkakan jantung dan kebocoran katup jantung.
EKG Treadmill
a.
Pemeriksaan treadmill atau 'EKG dengan uji latih beban
jantung' sebenarnya merupakan modifikasi dari pemeriksaan EKG, yaitu pada saat
pemeriksaan penderita diberikan beban aktivitas yang menyebabkan jantung
disengaja mengalami peningkatan kebutuhan aliran darah sehingga 'gejala
iskemik' dapat terekam oleh EKG.
b.
Bila seseorang tidak dapat melakukan treadmill di atas
alat uji (sepeda atau treadmill), maka ia akan diberikan beban buatan pada
jantung dengan pemberian obat-obatan sehingga seolah-olah jantung sedang
beraktifitas (‘pharmacological stress’). Uji ini misalnya dilakukan pada
penderita cacat kaki yang mengeluh nyeri dada.
Angiografi Koroner (Kateterisasi Jantung)
a.
Pemeriksaan dengan pemasukan kateter atau semacam selang melalui pembuluh
nadi (arteri) sampai ke muara pembuluh koroner, setelah itu penginjeksian
cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner. Dari tes ini dapat dilihat
ada atau tidaknya penyempitan pembuluh
b.
Dari sini dapat diketahui penyembuhan dengan obat atau dengan pemasangan
balon atau cincin untuk menahan penyempitan terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar