Galaktosemia
merupakan salah satu inborn errors
metabolism pada karbohidrat yang dapat bersifat fatal serta mengancam jiwa selama
periode bayi baru lahir. Galaktosemia merupakan kelainan genetik yang jarang
ditemui dan merupakan kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal
resesif, artinya seorang anak harus mewarisi satu gen yang mengalami defek dari
masing-masing orangtua agar manifestasi dari kelainan ini muncul. Galaktosemia
pertama kali dideskripsikan di Jerman oleh von Reuss dan dikutip oleh George (1908)
dan Goppert (1971), serta pertama kali dideskripsikan di Amerika Serikat oleh
Mason dan Turner pada tahun 1935. Pada tahun 1953, Kalckar mengidentifikasi
galaktosemia sebagai akibat dari defek pada metabolisme karbohidrat. Galaktosemia
sering disebut juga sebagai diabetes galaktosa, galaktosuria esensial,
galaktosemia kongenital, galaktosis, dan galaktemia. Angka insiden galaktosemia
di populasi sangat bervariasi, yaitu 1 kasus per 4000-6000 orang di Amerika
Serikat, 1 kasus per 70.000 orang di Inggris dan 1 kasus per 20.000 orang di
Irlandia. Galaktosemia merupakan kasus yang sering dijumpai di antara populasi
wisatawan Irlandia. Di Asia, kasus dari galaktosemia lebih jarang ditemukan. Di
Indonesia sendiri belum ada data mengenai angka insiden dari kasus
galaktosemia.
Galaktosemia dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1.
Tipe 1(Galaktosemia
klasik),
merupakan kasus yang paling sering terjadi dan merupakan bentuk kasus yang
sangat berat. Hal ini disebabkan karena defisiensi Galaktosa-1-fosfat uridil
transferase (GALT).
2.
Tipe 2 (defisiensi
Galaktokinase), disebabkan karena defisiensi galaktosa kinase
(GALK/GALK1).
3.
Tipe 3 (defisiensi
galaktosa epimerase), disebabkan karena defisiensi Galaktosa-6-fosfat
epimerase (GALE).
• Gejala dan Gambaran Klinis
Galaktosemia
mempunyai gambaran klinis berupa aminoaciduria, hepatomegali, ascites.
Hipoglikemia merupakan tanda yang paling jelas dari kelainan ini. Gejala dari
galaktosemia antara lain kejang, iritabel, letargi, susah makan, berat badan
yang sulit naik, jaundice, dan
muntah. Septikemia (infeksi darah oleh bakteri E.coli) diduga penyebab dari gejala yang muncul.
Galaktosemia
tipe II menyebabkan masalah klinis yang lebih sedikit daripada galaktosemia
tipe klasik. Bayi yang menderita galaktosemia tipe II akan menderita katarak dan juga komplikasi jangka panjang.
Tanda dan gejala galaktosemia tipe II bervariasi mulai dari yang ringan hingga
berat dan dapat juga terjadi katarak, pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat,
ketidakmampuan intelektual, penyakit hati, dan masalah pada ginjal. Bayi dengan
galaktosemia yang terus diberi air susu ibu (ASI) dapat membuat gejala semakin
berat dalam beberapa hari pertama setelah lahir. Galaktosemia dapat menimbulkan
komplikasi jangka panjang berupa kegagalan ovarium prematur dan gambaran
neuropsikiatrik seperti gangguan fungsi kognitif, kesulitan belajar, perubahan
perilaku seperti kecenderungan menarik diri dari lingkungan dan kesulitan
berbicara, katarak, sirosis hati, retardasi mental, septikemia oleh bakteri E.coli, tremor, dan fungsi motorik yang
tidak dapat dikendalikan, ataksia, serta penurunan kepadatan mineral tulang.
METABOLISME NORMAL GALAKTOSA
Galaktosa yang berasal dari metabolisme gula yang
terkandung di dalam susu, laktosa (suatu disakarida dari glukosa dan
galaktosa), akan mengalami fosforilasi oleh galaktokinase (GAL) menjadi
galaktosa-1-fosfat. Epimerisasi dari galaktosa-1-fosfat menjadi
glukosa-1-fosfat (G1P) membutuhkan transfer UDP dari uridin difosfoglukose
(UDP-glukose) yang dikatalisa oleh galaktosa-1-fosfat uridil transferase. Hal
ini menghasilkan UDP-galaktosa dan G1P. UDP-galaktosa di epimerisasi menjadi
UDP-glukosa oleh UDP-galaktosa-4 epimerase. UDP akan ditukar dengan fosfat
menghasilkan glukosa-1-fosfat yang kemudian akan diubah menjadi G6P oleh
fosfoglukose mutase.
ETIOLOGI
Mutasi pada gen :
ü GALT (galactose-1-phosphate uridylyltransferase) pada
kromosom 9 (pada Galaktosemia
tipe 1)
ü GALK1
(galactokinase 1) pada kromsom 17 (Pada Galaktosemia tipe II)
ü GALE
(UDP-galactose-4-epimerase), Pada kromosom 1 (Galaktosemia tipe III)
Gen-gen
tersebut yang memberi petunjuk untuk pembuatan enzim yang penting bagi
metabolisme galaktosa untuk memecah menjadi glukosa, gula sederhana, dan
molekul lain bahwa tubuh dapat menyimpan atau menggunakan untuk energi.
a.
Defisiensi enzim galaktosa-1-fosfat
uridyltransferase (GALT)
-
Galaktosa-1-fosfat transferase defisiensi (Galt)
uridyl (galaktosemia klasik) memiliki mode resesif autosomal dari warisan.
-
Mutasi paling umum dari gen Galt adalah Q188R mutasi
pada kromosom 9.
-
Sementara itu
galaktosa Total normal dengan GALT rendah berisiko untuk mengalami Duarte
Variant, atau berisiko untuk galaktosemia klasik jika bayi mengkonsumsi
non-laktosa.
-
Kekurangan GALT
mengarah ke pembentukan Gal-1-P dan UDP-Glukosa
Bayi dengan galaktosemia klasik tidak memiliki aktivitas enzim GALT dan tidak mampu untuk mengoksidasi galaktosa menjadi CO2.
Bayi dengan galaktosemia klasik tidak memiliki aktivitas enzim GALT dan tidak mampu untuk mengoksidasi galaktosa menjadi CO2.
-
Dalam beberapa
hari setelah meminum ASI atau susu formula yang mengandung laktosa, bayi akan
mengalami komplikasi yang mengancam jiwa termasuk sulit makan, gagal tumbuh,
hipoglikemia, kerusakan hepatoseluler, diatesis perdarahan, sakit kuning, dan
hiperamonemia
-
Jika galaktosemia
klasik tidak diobati, sepsis dengan Escherichia coli, syok, dan kematian dapat
terjadi. Bayi yang bertahan hidup pada periode neonatal dan terus minum susu
yang mengandung galaktosa menyebabkan cacat intelektual dan tanda-tanda saluran
kortikal dan serebelum.
-
Kekurangan Galt memberikan gejala awal pada masa bayi
dengan gejala hipoglikemia, muntah, diare, susah makan dan retardasi
pertumbuhan.
b.
Defisiensi Galaktokinase
(GALK)
-
Pada defisiensi GALK, galaktosa tidak dapat dikonversi
menjadi galaktosa-1-fosfat
-
Penderita memiliki
enzim aktivitas GALT normal dan gal-1-P tidak terakumulasi.
-
Katarak disebabkan
oleh akumulasi galaktosa dalam serat lensa dan pengurangan terhadap galactitol,
alkohol impermeant.
-
Hal ini
menyebabkan peningkatan osmolalitas intraseluler dan pembengkakan dengan
hilangnya plasma membran potensial dan kematian sel redoks konsekuen.
-
Deteksi
berkurangnya aktivitas enzim GALK merupakan diagnostik.
-
Mutasi pada GALK1
merupakan penyebabnya [Kolosha et al, 2000, Hunter et al 2001].
-
Prevalensi
kekurangan GALK tidak diketahui, tetapi mungkin kurang dari 1:100.000.
Kekurangan GALK mengarah ke pembentukan galaktosa yang dapat dikonversi ke
galactitol beracun.
-
Diagnosis dilakukan dengan mengukur tingkat galaktosa
darah yang tinggi dengan aktivitas uridyltransferase normal dan tidak adanya
aktivitas galactokinase dalam eritrosit.
c.
Defisiensi uridin
difosfat galaktosa-4-epimerase (GALE)
-
Defisiensi GALE
dapat dilihat pada individu yang memiliki penyakit
a.
hati,
b.
tuli
sensorineural,
c.
gagal tumbuh, dan
d.
peningkatan RBC
galaktosafosfat tapi aktivitas enzim GALT normal.
-
Deteksi
berkurangnya aktivitas enzim GALE merupakan diagnostik. Mutasi pada GALE
merupakan penyebabnya.
-
Defisiensi Gale
memiliki kejadian diperkirakan 1:23,000 di Jepang dan tidak diketahui
prevalensi pada populasi lain.
-
Kekurangan GALE
menyebabkan pembentukan Ga-lP dan UDP-galaktosa tidak dapat dikonvert kembali
ke UDP-Glukosa.
PATOGENESIS
GALAKTOSEMIA
Galaktitol dan galaktosa-1-fosfat merupakan
dua metabolit dari galaktosa. Galaktitol terdapat di dalam urin, lensa okuler,
dan jaringan lainnya serta dapat menyebabkan terjadinya katarak sedangkan
galaktosa-1-fosfat akan menyebabkan gejala klinis lainnya. Nilai galaktitol pada
urin lebih dari 78 mmol/mol kreatinin merupakan kondisi yang abnormal.
Pada galaktosemia terjadi defisiensi enzim
galaktosa uridil transferase (GALT) dan enzim ini dapat ditemukan pada
eritrosit (sel darah merah) dan jaringan lainnya. Enzim GALT memiliki dua
fungsi biokimia. Fungsi yang pertama yaitu mengubah UDP-glukosa menjadi
glukosa-1-P.UMP-GALT intermediate akan dibentuk dan mengikat galaktosa-1-fosfat
(gal - 1 - P) serta menghasilkan UDP-galaktosa. Keseluruhan reaksi ini akan membatasi
tingkat produksi heksosa terhadap modifikasi post translasi dari glikoprotein
dan glikolipid. Ketika aktivitas enzim GALT berkurang, maka akan terjadi
gal-1-P, galaktosa, dan galaktitol. Gal-1-P akan berkompetisi dengan
UTP-dependent glucose-1-P pyrophosphorylase untuk mengurangi produksi
UDP-glukosa sehingga jumlah UDP-glu dan UDP-gal akan berkurang yang kemudian
akan menyebabkan glikosilasi protein dan glikolipid yang abnormal. Galaktosa
akan diubah menjadi galaktitol di dalam sel dan menghasilkan efek osmotik
seperti pembengkakan serat lensa yang dapat menyebabkan katarak dan
pembengkakan neuron yang dapat menyebabkan pseudotumor serebri. Ditinjau dari
segi molekuler, galaktosemia disebabkan oleh mutasi pada gen GALT pada tipe I,
gen GALK1 pada tipe II, dan gen GALE pada tipe III. Gen tersebut berfungsi
dalam berbagai fungsi yang dibutuhkan untuk membuat enzim yang penting dalam
proses metabolisme galaktosa. Galaktosa akan dipecah menjadi glukosa, bentuk
gula sederhana lainnya, dan molekul lainnya dengan keberadaan enzim tersebut
sehingga tubuh dapat dengan mudah mengubah produk ini dan menggunakannya
sebagai sumber energi.
Terdapat dua tipe mutasi pada gen GALT yaitu tipe
pertama dimana terjadi eliminasi komplit dari aktifitas enzim yang dihasilkan
oleh GALT, disebut dengan galaktosemia klasik. Tipe kedua dari mutasi ini
adalah mutasi pada gen GALT dimana terjadi reduksi dalam aktifitas enzim yang
disebut dengan varian duarte galaktosemia. Varian duarte galaktosemia
disebabkan oleh N314D. Homozigot dari N314D akan mengurangi aktifitas GALT
menjadi hanya 50% dan penderita varian duarte cenderung akan memiliki gambaran
klinis galaktosemia yang lebih ringan.
• Lokasi Gen GALT pada
kromosom
DIAGNOSIS
GALAKTOSEMIA
Diagnosis galaktosemia dapat dilakukan
dengan cara melakukan pemeriksaan laboratorium:
1.
Diagnosis prenatal dengan cara mengukur konsentrasi
enzim galaktosa-1-fosfat uridil transferase. Pada galaktosemia klasik aktifitas
enzim GALT kurang dari 5% dari nilai kontrol dan nilai gal-1-P eritrosit lebih
dari 10 mg/dl. Pada varian duarte galaktosemia, aktifitas enzim GALT biasanya
5% lebih tinggi dan sekitar 25% dari nilai kontrol.
2.
Tes elektroforesis GALT isoelektrik merupakan
diagnosis molekuler yang spesifik. Alel GALT yang paling sering terjadi pada
ras kaukasian adalah mutasi pada Q188r sedangkan pada ras kulit hitam mutasi
sering terjadi pada S1351.
3.
Kultur darah pada infeksi bakteri (sepsis karena E. coli).
4.
Pengukuran aktifitas galaktosa-1-fosfat uridil
transferase pada eritrosit (sel darah merah).
5.
Deteksi keton pada urin.
6.
Assay multipel enzim dari galaktosemia pada eritrosit
menggunakan ultra -performance liquid
chromatography - tandem mass spectrometry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar