Imunologi : Ilmu yang mempelajari
tentang proses pertahanan atau imunitas tubuh terhadap senyawa makromolekuler
atau organisme asing (virus, bakteri protozoa atau parasit lainnya) yang masuk
kedalam tubuh.
Sejarah Imunologi
Pada awalnya
imunologi merupakan cabang dari mikrobiologi. Ketika itu, pada tahun 1546
seseorang bernama Girolamo Fracastoro
mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat
suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke
individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan teknologi yang dimiliki ketika itu sehingga hal tersebut
belum dapat diketahui secara pasti.
Kemudian pada tahun
1798, seorang ilmuwan bernama Edward Jenner menderita cacar. Ketika itu, dengan
keterbatasan teknologi ia berusaha dengan semaksimal mungkin untuk membuat
vaksin cacar yang sederhana. Pada tahun
1880, Louis Pasteur menemukan penyebab penyakit infeksi dan dapat membiak
mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit. Tidak lama
setelah itu ditemukan vaksin rabies pada tahun 1885 dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi yaitu alat bantu mikroskop. Setelah vaksin rabies
ditemukan, banyak vaksain-vaksin lain yang dihasilkan setelahnya dan
dikembangkan sedemikian rupa seperti vaksin TBC, vaksin BCG, dan lain-lain.
NonSpesifik
|
Spesifik
|
|
Waktu respon
|
Lansung mengatasi
adanya proses infeksi di tubuh
|
Butuh waktu untuk
bereaksi terhadap invasi organisme
|
Spesifitas
|
Bereaksi baik
dengan berbagai jenis organisme
|
bersifat
antigen spesifik. Spesifik untuk
mikroba yang sudah mensensitasi sebelumnya
|
Respon
Memori
|
Tidak menunjukkan
adanya immunological memory
|
Mengenali jenis
organisme asing ,bereaksi lebih cepat terhadap invasi organisme yang sama
yang telah dikenali
|
Ø Fungsi utama sistem imun à mampu mebedakan sel tubuh
sendiri(self) dengan sel dari luar tubuh
(non-self)
Ø Keuntungan sistem imun : komponen
bekerja intraseluler dan ekstra seluler, mengeliminasi infeksi seblum menjadi
penyakit
Ø kerugian : kerusakan sel akibat
inflamasi,autoimun.
Elemen
penting pada sistem imun nonspesifik :
1.
Anatomi Tubuh sebagai barier terhadap infeksi
Faktor
Fisik
Faktor fisik, yaitu lapisan luar
dan lapisan epitel internal kulit dari tubuh kita, pergerakan intestinal dan
silia yang terdapat pada saluran pernafasan merupakan barier fisik yang sulit
untuk ditembus oleh sebagian besar zat yang dapat menginfeksi tubuh.
Faktor Kimia
•
lisozim dan fosfolipase yang terdapat pada air mata, saliva dan sekret
hidung mampu melisiskan dinding sel bakteri dan merusak membran sel bakteri.
•
Cairan lambung yang terdiri dari HCl, enzim dan lendir bersifat
asam (pH 1.2-3.0) dapat merusak sebagian
besar bakteri dan toksin bakteri kecuali Clostridium botulinum dan Staphylococcus
aureus. Cairan vagina juga bersifat asam sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
•
Darah juga mengandung zat yang bersifat antimikroba yaitu iron-binding
protein atau transferin dengan cara mengurangi ketersediaan zat besi yang
sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan bakteri.
Faktor Biologis
a.
Flora normal
•
yaitu adanya flora normal pada kulit dan saluran pencernaan dapat
mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen dengan cara mensekresi senyawa toksik
ataupun secara bersaing dengan bakteri patogen dalam memanfaatkan nutrisi yang
ada dan perlekatannya pada lapisan sel.
•
Jumlah bakteri yang diizinkan
pada tempat tertentu, contohnya pada kulit vagina tidak boleh ditemukan Candida albicans. Jika disaluran
pencernaan flora normal usus adalah Escherichia
coli, dan tidak boleh ditemukan Salmonella.
b.
Barrier Humoral terhadap Infeksi
Barrier bawaan sejak lahir
(innate), jika bakteri lolos dari barrier ini akan mengaktifkan sistem imun non
spesifik lainnya. Faktor – factor humoral akan sering ditemukan pada daerah infeksi dan dalam serum.
·
Sistem Komplemen
Ketika sistem ini aktif, sistem ini akan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah, dengan naiknya permeabilitas pembuluh darah ini
maka akan mempermudah mobilisasi sel fagosit untukk memfagosit bakteri yang
masuk.
·
Sistem Koagulasi
Sistem ini aktif tergantung keparahan dari
kerusakan jaringan. Pada sistem ini,
tubuh mengeluarkan β-lisin melalui sel – sel platelet untuk membentuk
koagulasi bersama bakteri. Koagulasi ini dapat melisiskan bakteri gram positif
·
Laktoferin&transferin
Kedua protein ini akan menghambat tumbuhnya bakteri
dengan mencegah penghantaran mineral – mineral yang dibutuhkan bakteri untuk
mereplikasi dan memperbanyak diri.
·
Interferon
Protein yang menghambatreplikasi virus dalam sel
hospes
·
Lisozim
Enzim yang dapat merusak dinding sel Bakteri
·
Interleukin
Antimikroba dan merangsang produksi berbagai
protein pada fase akut, dan juga menginduksi demam
c.
Barier seluler terhadap infeksi
Hal ini merupakan proses penting di inflamasi untuk
memobilisasi sel polimorfonuklear &makrofag ke tempat infeksi.
·
Neutrofil
Merupakan sel PMN (polimorfonuklear) yang berada
pada situs infeksi, dan menelan mikroorganisme secara intrasel. Selama
inflamasi, berperan di jaringan
kolateral yang rusak
·
Basofil
Mengeluarkan Histamin &heparin dan juga
terlibat manifestasi reaksi alergi
·
Eosinofil
Mengeluarkan
zat Kimiayang menghanncurkan
cacing,parasit. Berperan penting di
manifestasi reaksi alergi
·
Makrofag
Membunuh mikroorganisme secara
intrasel&ekstrasel. Berperan juga dalam perbaikan jaringan dengan membentuk
antigen precenting cell yang akan menginduksirespon imun spesifik
·
Monosit
Monosit nantinya akan jadi makrofag bersifat
fagositik,besar dan terikat di jaringan
·
Natural Killer & Lymphokine activated killer
membunuh virus dan sel tumor, dan tidak
berperan dalam sistem inflamasi.
ANATOMI DAN FUNGSI JARINGAN LIMFOID
1.
Tonsil
Tonsil berada
di daerah faring. Adenoid di dinding belakang tengah nasofariing.fungsi :
produksi sel limfosit, melawan Infeksi di awal kehidupan. Tonsil produksi
antibodi yang berperan dalam produksi imunoglobulinA yang mencegah infeksi jika
mikroorganisme masuk melalui mulut, hidung,
kerongkongan.
2.
Kelenjar Timus
Kelenjar timus di belakang tulang dada. Mengatur daya
tahan tubuh terhadap penyakit. Pada orang dewasa, proliferasi dan
diferensiasi sel T di kelenjar timpus.
3.
Kelenjar limfe
Kelenjar limfe : menyaring cairan limfe dari bahan asing,pembentukan limfosit dan
menghancurkanmikroorganisme.
4.
Limpa
Limpa di
kiri abdomen daerah hipogastrium kiri. Fungsi: penghasil sel darah untuk
produksi eritrosit danleukosit terutama limfosit, tempat penghancuran
eritrosit, dan mengahsilkan antibodi
5.
Pembuluh Limfe
Fungsi :
•
Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi darah
•
Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke dalam sirkulasi darah
•
Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme
•
Menghasilkan antibodi
6.
Bercak Peyer pada Usus
Fungsi :
•
Merupakan agregat folikel limfoid di mukosa gastrointestinal yang
ditemukan di seluruh jejunum dan ileum khususnya di ileum terminal
•
Tempat prekursor sel B yang dapat memproduksi IgA
•
GALT (Gust Associated Lymphoid Tissue) jaringan tersebar di
mukosa saluran cerna
7.
Apendiks
Fungsi :
Apendiks
tidak memiliki fungsi yang jelas, namun sebagian lainnya berpendapat bahwa
apendiks memiliki fungsi dalam sistem limfatik
8.
Sumsum Tulang
Sumber:
Radji,
Maksum. 2015. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi. Jakarta: PT isfi penerbitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar