Definisi
Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan
enzim pengkatalisis reaksi
per tama jalur pentosa fosfat
dan memberikan efek reduksi
pada semua sel dalam bentuk NADPH (bentuk tereduksi nicotinamide adenine dinucleotide phosphate). Defisiensi
enzim G6PD adalah peristiwa kekurangan enzim G6PD yang dapat menyebabkan anemia
hemolitik.
Defisiensi Glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) merupakan defek enzim
herediter dari eritrosit. Diwariskan
secara X-linked, oleh karena itu mutasi pada gen G6PD, ditemukan lebih banyak
pada laki-laki daripada perempuan, menyebabkan varian fungsional dengan
beberapa biokimia dan fenotipe. Enzim G6PD bekerja pada jalur fosfat pentosa metabolisme karbohidrat.
Defisiensi G6PD
Kadar G6DP
G6PD (Glucose
– 6 – phospate dehydrogenase) merupakan suatu enzim yang ada pada sel darah
merah.
Pembentukan NADPH
G6PD
mempengaruhi pembentukan NADPH, jika terjadi defisiensi G6PD maka produksi
NADPH juga akan menurun.
Menjaga keadaan Glutathione
tereduksi
NAPDH berguna
untuk menjaga keadaan Glutathione tereduksi dalam sel darah merah, jika terjadi
penurunan NADPH maka keadaan Gluthatione akan terganggu.
Menjaga Eritrosit dari Reagen
Pengoksidasi
Glutathione
tereduksi menjaga hemoglobin dalam keadaan tereduksi sehingga eritrosit dapat
terjaga dari reagen pengoksidasi yang akan merusak eritrosit
Peran enzim G6PD pada jalur pentosa fosfat
Peran jalur pentosa fosfat dalam reaksi glutation peroksidase
1. Pada sel darah merah jalur pentosa
fosfat adalah satusatunya sumber NADPH untuk mereduksi glutation teroksidasi yang
dikatalisis oleh glutation reduktase
2. Glutation tereduksi mengeluarkan
H2O2 yang dikatalisis oleh glutation peroksidase
3. Penimbunan H2O2 dapat mempersingkat
umur eritrosit dengan menyebabkan kerusakan oksidatif di membran sel sehingga
terjadi hemolisis
Penyebab
Penyakit ini dapat terjadi
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain yaitu:
1. Defisiensi G6PD dapat terjadi karena adanya mutasi yang
terpaut kromosom X.
2. Konsumsi obat-obatan yang bersifat oksidan, atau
terlalu banyak mengonsumsi kacang Ava dapat memicu terjadinya anemia neolitik pada
penderita defisiensi enzim G6PD.
3. Defisiensi genetik pada glukosa 6-fosfat dehidrogenasi merupakan
faktor utama penyebab penyakit anemia defisiensi G6PD.
4. Defisiensi G6PD memicu neolitik pada sel darah merah
yang dapat memicu anemia neolitik.
Favisme
Konsumsi fava beans/kacang fava dapat menyebabkan hemolisis dan kondisi ini disebut favisme. Favisme ditemukan di negara-negara Mediterania.
Tidak semua penderita defisiensi G6PD yang memakan kacang fava
menderita favisme, dapat terjadi respons berbedabeda dari individu yang sama
tergantung kesehatan pasien dan jumlah kacang fava yang dikonsumsi. Divicine, isouramil dan
convicine diperkirakan sebagai bahan toksik
dari kacang fava yang meningkatkan aktivitas hexose monophosphate shunt,
sehingga menyebabkan hemolisis pada penderita defisiensi G6PD.
Anemia neolitik nun-sferosis kongenital
Pada beberapa pasien, varian defisiensi G6PD dapat menyebabkan hemolisis
kronik yang disebut anemia hemolitik non-sferosis kongenital.
Anemia neolitik terinduksi infeksi
Infeksi merupakan penyebab hemolisis
tersering pada penderita defi siensi G6PD. Beberapa infeksi yang dapat mencetuskannya antara lain infeksi virus Hepatitis A dan B, Cytomegalovirus, pneumonia
dan demam tifoid.
Letak gen
•
Cytogenetic
Location: Xq28
•
Molecular
Location on the X chromosome: base pairs 154,531,389 to 154,547,585
Pembagian kelas defisiensi G6PD
Manifestasi
Orang dengan kondisi ini pada
umumnya tidak menampilkan tanda-tanda penyakit ini, sampai sel darah merah
mereka terkena bahan kimia tertentu dalam makanan atau obat-obatan dan juga
stres,antara lain seperti: urin berwarna gelap, pembesaran limpa, kelelahan, pucat, denyut jantung cepat, sesak
napas, dan jaundice.
Obat yang tidak boleh dikonsumsi oleh oenderita anemia defisiensi G6PD
Obat-obat spesifik penyebab langsung krisis hemolisis penderita defi siensi G6PD
sulit ditentukan dengan tepat.
¡ Pertama, suatu obat yang dinyatakan aman untuk satu penderita defisiensi G6PD belum tentu aman
untuk penderita lain.
¡ Kedua, obat yang memiliki efek
oksidan sering diberikan pada pasien dengan keadaan klinis (misalnya infeksi) yang dapat menyebabkan hemolisis.
¡ Ketiga, pasien mengkonsumsi lebih
dari satu jenis obat.
¡ Keempat, hemolisis pada defisiensi G6PD biasanya sembuh
sendiri, tidak menyebabkan
anemia dan retikulositosis yang signifikan
Siklus terjadinya defisiensi enzim G6PD
Defisiensi enzim G6PD yang
diwariskan secara X-linked yang disebabkan karena kurangnya glutation tereduksi
dalam darah à
Hb eritrosit mudah teroksidasi membentuk badan heinz à sel darah merah mudah isis sehingga
terjadi anemia hemolitik.
Parameter Klinis
1. Glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) Test.
Tes ini dilaksanakan setelah
dilakukan pengujian terhadap:
a)
Bilirubin level
b)
Jumlah sel darah
c)
Hemoglobin dalam darah
d)
Hemoglobin dalam urin
e)
Haptoglobin level
f)
LDH test
g)
Methemoglobin reduction test
h)
Jumlah retikulosit
Tujuan dilakukannya tes ini adalah untuk melihat jumlah (aktivitas)
dari substansi ini dalam sel darah merah pasien.
Tes ini memerlukan sampel darah
dari pasien. Jika hasil menunjukkan rendahnya aktivitas enzim G6PD dalam sel
darah merah, maka pasien tersebut menderita anemia hemolitik yang disebabkan
oleh defisiensi enzim ini. Pengujian G6PD sebaiknya tidak dilakukan setelah
transfusi darah.
2.
Fluorecent spot Test
Parameter lain untuk pengukuran
langsung dari aktivitas G6PD adalah fluoresensi NADPH. Ketika G6PD menunjukkan
aktivitas yang cukup fungsional dalam eritrosit, dua molekul NADP+ direduksi
menjadi NADPH. Hasil yang normal akan menghasilkan fluoresensi pada 340 nm.
Upaya pencegahan
Upaya pencegahan hanya dapat
dilakukan bila telah diketahui masalah yang harus dihadapi. Untuk itu merupakan
hal penting untuk mendapatkan karakteristik gen G6PD dan pola variasi gen G6PD
sehingga membantu untuk diagnosis dini dan mempelajari sejauh mana permasalahan
defisiensi G6PD ini sebagai etiologi penyebab anemia hemolitik atau gejala
klinis yang lain.
a. Upaya pencegahan primer
Upaya
pencegahan primer termasuk skrining untuk mengetahui frekuensi (angka kejadian)
kelainan enzim G6PD di masyarakat yang membantu diagnosis dini karena sebagian
besar defisiensi G6PD tidak menunjukkan gejala klinis, sehingga pemahaman
mengenai akibat yang mungkin timbul pada penderita defisiensi G6PD yang
terpapar bahan oksidan masih belum sepenuhnya dipahami serta disadari yang
dapat mengakibatkan diagnosis dini terlewatkan.
Masih termasuk
pencegahan primer yaitu dengan memberikan informasi dan pendidikan kepada
masyarakat mengenai kelainan enzim G6PD, termasuk berupa konseling genetik pada
pasangan resiko tinggi.
b. Upaya pencegahan sekunder
Upaya
pencegahan sekunder berupa pencegahan terpaparnya penderita defisiensi enzim
G6PD dengan bahan bahan oksidan yang dapat menimbulkan manifestasi klinis yang
merugikan seperti yang terdapat pada tabel III sehingga dapat tercapai sumber
daya manusia yang optimal. Sekali
diagnosa defisiensi enzim G6PD ditegakkan, orang tua harus dianjurkan untuk
menghindari bahan bahan oksidan termasuk obat obat tertentu, juga harus
dijelaskan mengenai resiko terjadinya hemolisis pada infeksi berulang. Selain
itu juga perlu dilakukan skrining G6PD pada saudara kandung dan anggota
keluarga yang lainnya.
c. Upaya pencegahan tersier
Upaya
pencegahan tersier berupa pencegahan terjadinya komplikasi akibat paparan bahan
oksidan maupun infeksi yang menimbulkan gejala klinik yang merugikan, seperti
mencegah terjadinya kern ikterus pada hiperbilirubinemi neonatus yang dapat
menyebabkan retardasi mental, mencegah kerusakan ginjal maupun syok akibat
hemolisis akut masif maupun mencegah terjadinya juvenile katarak pada penderita
defisiensi enzim G6PD.
Imunisasi
Beberapa jenis
imunisasi yangdianjurkan bagi penderita defisien enzim G6PD adalah imunisasi
hepatitis A dan B. Imunisasi terhadap parvovirus B19 dianjurkan karena infeksi
virus ini dapat menyebabkan krisis aplastik pada penderita defisien enzim G6PD.
Imunisasi terhadap pnemococcus, meningococcus dan hemophilus dalam vaksin
polivalen juga direkomendasikan terutama bagi penderita yang akan menjalani
operasi splenektomi.
Sumber:
Sistiko.
Anemia Hemolitik. http://www.scribd.com.
Diakses
pada
tanggal
12 September 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar