Definisi
Anemia Aplastik dapat diartikan sebagai
satu keadaan terhentinya sumsum tulang untuk
memproduksi sel darah dengan jumlah yang cukup, dengan kata lain bahwa anemia plastik
adalah kelainan hematologik yang ditandai dengan penurunan
komponen selular pada darah tepi yang diakibatkan oleh kegagalan produksi di
sumsum tulang. Hal tersebut
terjadi akibat kegagalan anatomi dan fisiologi sumsum tulang dan menyebabkan
penipisan semua unsur sumsum tulang,
tertekannya elemen pembentuk darah secara bersamaan. Kasus ini tergolong cukup langka
dengan insidensi 2-6 kasus per sejuta penduduk. Penderita
beresiko terhadap infeksi dan pendarahan tidak terkontrol. Ketersediaan
obat-obat yang dapat diperjualbelikan dengan bebas merupakan salah satu faktor
resiko peningkatan insiden.
Penting dilakukan diagnosis dini agar kemungkinan sembuh secara spontan
atau parsial semakin besar.
Gejala yang dialami oleh dipenderita, antara lain sepertiCiri-ciri umum penderita anemia plastik tara lain yaitu Pansitopenia (jumlah sel darah merah, putih, trombosit rendah) dan Hipoplasia sumsum tulang (pertumbuhan terhambat). Penyakit ini memiliki cukup banyak nama lain, yaitu Aregenerative Anemia, Panmyelopathy/ panmieloftisis, Hypoplastic Anemia, dan Toxic Paralytic Anemia.
Ø Demam
Ø
Lelah, lesu berkepanjangan (Fatigue)
Ø
Sesak nafas
Ø
Infeksi yang muncul berulang, seperti: gejala flu
Ø
Mudah luka / berdarah
Ø
Pembekuan darah sulit
Ø
Adanya titik - titik merah pada kulit yang menandakan
pendarahan dibawah kulit
Klasifikasi
Anemia Aplastik
Berdasarkan
tingkat keparahan
- Non severe aplastic anemia
- Severe aplastic anemia
- Very severe aplastic anemia
Berdasarkan
penyebab
Penyebab pasti seseorang menderita anemia aplastik belum dapat ditegakkan
dengan pasti. Namun
terdapat beberapa sumber yang berpotensi sebagai faktor yang menimbulkan anemia
aplastik. Anemia aplastik dapat digolongkan menjadi tiga
berdasarkan penyebabnya yaitu :
- Anemia
aplastik didapat (acquired aplastic anemia)
1. Bahan
kimia
Bahan kimia seperti
benzene dan derivat benzene berhubungan dengan anemia aplastik dan mielositik
leukemia akut (AML). Beberapa bahan kimia seperti insektisida dan logam berat
juga berhubungan dengan anemia yang berhubungan dengan kerusakan sumsum tulang
dan pansitopenia.
Benzene dapat meracuni tubuh
dengan cara dihirup dan dengan cepat diserap oleh tubuh, namun terkadang
benzene juga dapat meresap melalui membran mukosa dan kulit dengan intensitas
yang kecil.
2.
Radiasi
Sel pada sumsum tulang kemungkinan sangat dipengaruhi oleh energi tingkat
tinggi sinar g, yang dimana dapat menembus rongga perut. Kedua, dengan menyerap
partikel a dan b (tingkat energi b yang rendah membakar tetapi tidak menembus
kulit). Pemaparan secara berulang mungkin dapat merusak sumsum tulang yang
dapat menimbulkan anemia aplastik.
3.
Virus
Beberapa virus seperti parvovirus, herpesvirus, flavivirus, retrovirus
dikaitkan dengan potensi sebagai penyebab anemia aplastik
- Familial
(inherited)
Beberapa faktor familial atau keturunan dapat menyebabkan anemia aplastik
antara lain pansitopenia konstitusional Fanconi, defisiensi pancreas pada anak,
dan gangguan herediter pemasukan asam folat ke dalam sel.
- Idiopathik
(tidak diketahui)
Kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar, hampir 50 % penderita anemia
aplasik tergolong idiopatik, pengertian idiopatik tidak menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab, sekalipun sampai saat ini belum terbukti.
Patogenesis
Kerusakan pluri potent stem sel
yaitu sel-sel primitive pada sumsum
tulang yang memiliki kemampuan ber diferensiasi menjadi berbagai sel yang
lain.
Kerusakan micro environment
yaitu kerusakan lingkungan sekitar
sel-sel pluri potent sehingga menyebabkan hilangnya kemampuan sel tersebut
untuk berdifferensiasi
Proses imunologik yang menekan hematopoiesis
¢ Kehancuran
hematopoiesis stem sel yang dimediasi sistem imun
¢ T limfosit
sitotoksik berperan dalam menghambat proliferasi stem sel dan mencetuskan
kematian stem sel.
¢ “Pembunuhan”
langsung terhadap stem sel telah dihipotesa terjadi melalui interaksi antara
Fas ligand yang terekspresi pada sel T dan Fas (CD95) yang ada pada stem sel,
yang kemudian terjadi perangsangan kematian sel terprogram (apoptosis).
Kerusakan stema sel oleh agen toksik
Kerusakan oleh
agen toksik (paparan radiasi, kemoterapi sitotoksik atau benzene) secara
langsung terhadap stem sel à Rantai DNA
putus à Inhibisi
sintesis DNA dan RNA.
Supresi stem cells yang secara
antigenik sudah berubah melalui mekanisme imun yang dimediasi oleh sel T dan defek
primer pada jumlah atau fungsi stem cells dan pada sebagian kasus disebabkan
oleh pajanan mutagen menyebabkan kerusakan pluri potent stem sel dan
terjadilah anemia plastik.
Patofisiologi
Biasanya,
anemia aplastik terjadi karena sistem imun yang hiperaktif (sel T sitotoksik
tipe 1). Selain
itu, bisa juga karena mutasi genetik yang menyebabkan aktivasi sel T menjadi
terganggu. Zat-zat
yang merusak sumsum tulang juga bisa menyebabkan anemia aplastik.
Beberapa
obat yang dimetabolisme tubuh dapat menghasilkan zat beracun yang bisa merusak
sumsum tulang.
Diagnosa
Laboratorium
1) Pemeriksaan
CBC (Complete Blood Count)
Pemeriksaan
CBC dapat mengungkapkan Pancytopenia. Makrositosis dan neutrofil dengan granulasi toksik juga dapat
diidentifikasi.Pemeriksaan jumlah retikulosit dapat mengungkapkan
retikulocytopenia.
¢ Hemoglobin
:
a. Kadar
Hb menurun (dijumpai kadar Hb <7 g/dl)
b.
Besi serum normal atau meningkat
c. Total Iron Binding Capacity (TIBC) normal
d. HbF
meningkat
¢ Sel
darah :
a.
Eritrosit dan leukosit mengalami penurunan (pansitopenia). Tetapi pada awal
stadium tidak selalu ditemukan
b.
Jenis anemia : normositik normokrom
c.
Kadang – kadang ditemukan makrositosis, anisositosis dan poikilositosis
d.
Jumlah granulosit (monosit & neutrofil) dan trombosit rendah
e.
Index retikulosit rendah (biasanya kurang dari 1%) walaupun eritropoietinnya
tinggi. Jumlah retikulosit absolut kurang dari 40.000/μL (40x109/L)
f.
Adanya eritrosit muda dan leukosit muda pada darah tepi menandakan bukan anemia
plastik
¢ Laju
endap darah :
a.
Selalu meningkat
b. Mempunyai laju endap darah lebih dari 100
mm dalam jam pertama
2) Pemeriksaan
sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang dilakukan di bagian belakang
tulang pinggul atau tulang krista iliak prosterior (posterior iliac crest).Diagnosa
memberi hasil positif apabila jumlah sel darah sangat sedikit di sekitar sumsum
tulang.
Cairan
sumsum tulang pada Anemia aplastik
berat, spesimen hanya menunjukkan sel darah merah, limfosit residual dan sel
strome. Cairan
sumsum tulang menjadi lebih encer dan berwarna lebih pucat serta menunjukkan
jumlah sel darah merah yang rendah atau bentuk yang abnormal.
Pada
sumsum tulang belakang normal, ditemukan 40-60%
dari
ruang sumsum secara khas diisi dengan sel-sel hematopoetik. Sementara pada
penderita anemia aplastik, hanya ada beberapa sel hematopoetik dan lebih banyak
diisi oleh sel-sel stroma dan
lemak, sel limfosit merata dengan jumlah yang sedikit, sel granulosit sedikit
(jumlah neutropil kurang dari 500/μL.
dan jumlah platelet kurang dari 20.000/μl), megakariosit
sering tidak ditemukan, dan sel eritropoietik menurun jumlahnya dan sering
membentuk
megaloblastik.
3) Pemeriksaan
Flow cytometry dan FISH (Fluorescence In Situ Hybridization) :
a.
Pemeriksaan Flow cytometry
Sel-sel
darah akan diambil dari sumsum tulang untuk mengetahui jumlah dan jenis sel
dalam sumsum tulang
b.
Pemeriksaan FISH
Bagian yang spesifik dari
kromosom / gen akan disinari secara langsung oleh cahaya. Fungsinya adalah untuk
mengetahui adanya kelainan genetik pada sumsum tulang yang merupakan tanda pada
penderita anemia plastik.
4) Tes
fungsi hati dan virus :
a.
Pada pemeriksaan serologi anemia aplastik post hepatitis kebanyakan sering
negative untuk semua jenis virus hepatitis. Onset dari anemia aplastik terjadi
2-3 bulan setelah episode akut hepatitis
b.
Sitomegalovirus dan tes serologi virus lainnya harus dilakukan. Parvovirus
menyebabkan aplasia sel darah merah namun bukan merupakan anemia plastik.
Level
vitamin B-12 dan Folat
Level vitamin B-12 dan Folat
harus diukur untuk menyingkirkan anemia megaloblastik yang mana ketika
dalam kondisi berat dapat
menyebabkan pansitopenia.
Video
Tidak ada komentar:
Posting Komentar