Kamis, 26 Mei 2016

Imunodefisiensi dan Immuno surveillence

Imunodefisiensi
Imunodefisiensi atau imunokompromais ialah fungsi sistem imun yang menurun atau tidak berfungsi dengan baik (baik sistem imun humoral maupun selular atau keduanya).
Imunodefisiensi dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
·       Infeksi (AIDS, virus mononukleis, rubela, dan campak).
·       Penggunaan obat (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum anti-limfosit).
·       Neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/Hodgkin, leukemia, mieloma, neutropenia, anemia aplastik, anemia sel sabit).
·       Penyakit metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, DM, sindrom nefrotik, malnutrisi).
·       Trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi, anastesi).
·       Lupus eritematosus dan hepatitis kronis.
Imunodefisiensi dibagi dalam 2 golongan yaitu:
§  Imunodefisiensi kongenital/primer.
§  Imunodefisiensi yang didapat (acquired immune deficiencies).

Imunodefisiensi kongenital
Imunodefisiensi yang didapat (acquired immune deficiencies)
Disebabkan oleh
Kelainan respon imun bawaan, dapat berupa kelainan dari sistem fagosit dan komplemen atau kelainan dalam deferensiasi fungsi limfosit.
·  Disfungsi fagosit disebabkan oleh defisiensi enzim yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme.
Contoh: gangguan pada granula azurofil dalam sel polimorfonuklear (PMN) à sel PMN kekurangan enzim untuk metabolisme oksidatif (mis.: defisiensi lisozim, mieloperoksidase, laktoferin)
Banyak faktor, antara lain:
·  virus yang dapat merusak sel limfosit,
·  malnutrisi,
·  penggunaan obat-obat sitotoksik dan kortikosteroid,
·  serta akibat penyakit kanker, dll.
Contoh: penyakit HIV yang dapat menyebabkan AIDS
Tanda
Tidak mampu mengeliminasi kompleks antigen antibodi yang terdapat dalam tubuh secara efektif.

Pada penderita HIV:
Penurunan jumlah sel limfoid yang prematur dan peningkatan aktifitas sel T-penekan (Ts), gangguan fagosit dimana sel monosit dan makrofag tidak bisa berfungsi dengan  baik, berbagai infeksi oportunistik, jumlah sel B yang mensekresi Ig bertambah, tetapi Ig tsb tidak berfungsi sebagaimana mestinya.




Kondisi-kondisi yang mungkin pada penderita imunodefisiensi kongenital:
Defisiensi
Menyebabkan
Protein komplemen C3 atau C5
Gangguan opsonisasi mikroorganisme, gangguan pelepasan faktor kemotaksis sehingga proses fagositosis terganggu
Kelainan Intrinsik sel B
Limfosit B tidak mampu memproduksi immunoglobulin kelas tertentu.
Imunoglobulin selektif
(IgA (paling sering))
Saluran pernapasan dan saluran cerna mudah terinfeksi
Limfosit T
Mudah terinfeksi berulang oleh bakteri patogen yang berkapsul, rentan infeksi virus, jamur, dan mikroba yang petogenesitasnya rendah.
Contoh: DiGeorge syndrome, Wiskoott-aladrich, Chronic mucocutaneous candidiasis
Sel induk limfoid ditandai dengan kelainan limfosit B dan limfosit T (dikenal dengan severe combined immunodeficiency). Terjadi akibat gangguan enzim rekombinase yang penting untuk pembentukan reseptor pada sel B dan sel T
Sel B dan sel T tidak berhasil menjadi sel yang imunokompeten.

Kelainan/penyakit
Menyebabkan
·         Kelenjar timus tidak ada/tidak sempurna terbentuk pada saat embryogenesis (penyakit DiGeorge syndrome).
Sel limfosit T  tidak dapat terbentuk
·         Kelainan pada proses ekspresi antigen oleh makrofag (penyakit Wiskoot-aladrich syndrome).
Trombositopenia, kadar IgM rendah
·         Congenital agammaglobulinemia
Biasanya dijumpai pada pria (X-linked agammaglobulinemia)
Produksi Ig tertekan dan dalam kelenjar limfe hanya terdapat sedikit folikel limfoid atau sel plasma
Beberapa jenis penyakit yang dapat menyebabkan imunodefisiensi:
Jenis penyakit
Sel target
Acquired immune deficiencies sydrome (AIDS)
Sel T (virus merusak sel Th [CD4])
Immunodefisiensi IgA
Sel B dan sel T (rentan terhadap infeksi pada mukosa)
Retikular disgenesis
Sel B, sel T, dan sel induk (defisiensi sel induk, sel B, dan sel T tidak berkembang)
Severe combined immunodeficiency
Sel B, sel T, dan sel induk (defisiensi pada sel B dan sel T)
DiGeorge syndrome
Sel T (kelainan pada timus menyebabkan defisiensi sel T)
Wiskoot-aladrich syndrome
Sel B dan sel T (sedikit platelet dalam darah dan sel T abnormal)
X-linked agammaglobulinemia
Sel B (penurunan produksi Ig)
Imunodefisiensi juga dapat meningkatkan berkembangnya sel-sel kanker di dalam tubuh karena gagalnya sistem imun memusnahkan senyawa asing.
Immunological surveillance: Proses pemantauan terhadap perkembangan sel-sel yang tidak dikehendaki (seperti pada sel-sel yang akan berkembang menjadi sel tumor atau kanker).
Immunological surveillance menjadi kurang berfungsi ketika:
·       Sel tumor menempel pada jaringan yang mendapat peredaran darah, maka sel akan berkembang dengan lebih cepat atau tidak terkendali sehingga resisten terhadap sistem imun.
·       Sel tumor tidak mempunyai penanda tumor associated antigen pada permukaan selnya sehingga tidak dikenal sebagai sel asing oleh sistem kekebalan tubuh.
·       Sel tumor dapat menekan sistem imun dengan memproduksi senyawa yang dapat menurunkan efektifitas sel T-sitotoksik.

Beberapa jenis kanker dapat mempercepat proses apoptosis sel-sel kekebalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar