Minggu, 22 Mei 2016

HIPERSENSITIFITAS

Hipersensitifitas
Hipersensitifitas adalah suatu respon antigenik berlebihan yang terjadi pada individu yang sebelumnya telah terpajan dengan antigen atau alergen tertentu. Ketika terpapar antigen yang sama untuk kedua kalinya, akan menimbulkan respon imun sekunder yang berlebihan dan dapat menimbulkan kerugian serta kerusakan pada jaringan tubuh.
4 macam tipe reaksi hipersensitifitas :
a.   Tipe I (reaksi anafilaktik)
-   Terjadi dalam waktu cepat (2-30 menit) setelah terpapar kembali dengan antigen yang sama.
-   Diperantarai oleh antibodi IgE yang melekat pada sel mastosit dan basofil.
-   Terjadi apabila antigen yang masuk ke dalam tubuh cukup banyak atau status imunologik selular maupun humoral meningkat.
-   Sifat reaksi anafilaktik:
Sistemik (umumnya): menyebabkan syok dan kegagalan pernapasan yang fatal
Lokal: reaksi alergi seperti asma dan kulit kemerahan.
Mekanisme reaksi: IgE pada sel mastosit atau basofil akan diproduksi ketika adanya rangsangan antigen. Jika IgE tersebut terpapar oleh suatu alergen spesifik, alergen kemudian akan diikat oleh IgE membentuk suatu jembatan (crosslinking) yang membuat sel mastosit dan basofil akan berdegranulasi sehingga melepaskan mediator kimia. Mediator-mediator kimia tersebut dapat memicu terjadinya berbagai reaksi biokimia intrasel. Mediator kimia yang dilepaskan yaitu histamin, heparin, eosinophil chemotactic factor, neutrofil chemotactic factor, platelet activating factor, leukotrien, dan prostaglandin.
*Reaksi-reaksi biokimia yang terjadi: aktivasi enzim metiltransferase dan serin esterase diikuti reaksi fosfatidil inositol menjadi inositol trifosfat, pembentukan diasilgliserol, dan peningkatan ion Ca2+ intrasitoplasmik.
b.   Tipe II (reaksi sitotoksik)
-   Terjadi dalam kurun waktu menit-jam.
-   Akibat adanya aktifasi komplemen setelah mendapat rangsangan dari kompleks antigen antibodi.
-   Diperantarai oleh antibodi IgG dan IgM.
-   Reaksi yang terjadi dapat menyebabkan sitolisis, terkait dengan fungsi sel efektor seperti makrofag, sel T-sitotoksik, dan sel NK.
-   Mekanisme sitolisis dibantu oleh antibodi ADCC (Antibodi Dependent Cellular Cytotoxicity).
Contoh reaksi tipe II yang terjadi yaitu reaksi pada proses transfusi darah dengan golongan darah yang tidak sesuai. Setiap golongan darah memiliki antigen spesifik masing-masing (kecuali golongan darah O) dan hanya dapat berikatan dengan antibodi spesifiknya masing-masing, untuk dapat melakukan transfusi darah. Golongan darah yang akan didonorkan harus memiliki antibodi yang sesuai dengan penerima donor. Jika terjadi ketidakcocokan, hal tersebut akan memicu reaksi aktifasi komplemen yang menyebabkan hemolisis sel darah merah donor pada saat masuk ke dalam tubuh penerima donor. Contoh lain ialah Erythroblastosis fetalis, anemia hemolitik akibat obat, dan penolakan jaringan transplantasi.
c.   Tipe III (reaksi kompleks imun)
-   Respon terjadi dalam waktu 3-8 jam.
-   Pembentukan kompleks antibodi-antigen à merangsang aktivasi komplemen untuk mengeluarkan enzim atau zat-zat bersifat toksik dan dapat menyebabkan sel-sel di sekitarnya rusak dan terjadi inflamasi.
-   Kompleks antibodi-antigen terbentuk tergantung pada perbandingan relatif antara kadar antibodi dan antigen. Contoh penyakit dari reaksi ini adalah Glomerulonefritis.
d.   Tipe IV (reaksi tipe lambat)
-   Disebut tipe lambat karena respon yang terjadi dalam waktu 48-72 jam setelah terpapar antigen.
-   Tidak diperantarai oleh antibodi, tetapi diperantarai oleh Sel T, dimana sel T dan makrofag harus bermigrasi terlebih dahulu ke tempat adanya antigen dan proses migrasi tersebut berlangsung selama 12-24 jam.
Apabila terpapar kembali dengan antigen yang sama, maka sel T-memori akan mengaktifkan sel T untuk melepas limfokin yang dapat merusak antigen serta beberapa sitokin yang dapat merangsang reaksi inflamasi dan menarik makrofag untuk menangkap dan melisiskan sel yang terinfeksi, proses tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

Reaksi ini dapat terlihat pada tes kulit tuberculosis, dimana Mycobacterium tuberculosis berada di dalam makrofag sehingga dapat menimbulkan respon imun selular.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar