IMUNOSEROLOGI
Imunoserologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai
identifikasi dan adanya antibodi dalam tubuh, kecocokan organ untuk
transplantasi dan sistem imun di dalam serum (plasma). Imunoserologi bermanfaat
untuk:
• Memilih
donor yang tepat untuk transplantasi jaringan.
• Menentukan
status kekebalan tubuh.
• Mendeteksi
organisme pada jaringan tubuh.
• Menetukan
golongan darah sebelum proses transfusi darah.
•
Menetukan jenis mikroorganisme
yang diisolasi dari penderita.
Beberapa
metode imunoserologi yang umum digunakan adalah sebagai berikut.
1. REAKSI
PRESIPITASI
-
Reaksi ini dilakukan untuk
mengetahui kadar antibodi dalam serum.
-
Reaksi antigen yang larut
dengan antibodi membentuk kompleks berupa anyaman.
-
Presipitat terbentuk hanya bila
konsentrasi antigen sama dengan konsentrasi antibodi.
-
Antigen berlebihan: kompleks
yang terbentuk larut kembali
-
Antibodi berlebihan: kompleks
antigen-antibodi tetap dalam larutan
-
Terdiri dari 2 tahapan:
1. Pembentukan
antigen antibodi (cepat).
2. Antigen
antibodi membentuk kompleks berbentuk anyaman yang mengendap (lambat).
-
Jenis reaksi presipitasi ada
2, yaitu reaksi presipitasi dalam media cair dan dalam media semi solid.
2. REAKSI
AGLUTINASI
-
Reaksi dilakukan untuk antigen
yang tidak larut, berbentuk partikel atau antigen yang larut tetapi terikat dengan partikel
atau sel.
-
Antigen dan antibodi akan
bereaksi membentuk suatu agregat.
-
Mekanisme reaksi : reaksi
antigen dengan antigen binding site yang terdapat pada antibodi à
antibodi bereaksi dengan antigen lain à
gumpalan antigen-antibodi
-
Jenis-jenis
uji aglutinasi:
3. REAKSI
NETRALISASI
Reaksi antara antigen
dan antibodi untuk mencegah adanya efek yang berbahaya à
eksotoksin bakteri/virus. Mekanisme reaksi : sel darah merah + antibodi
terhadap virus dalam serum + partikel virus à
virus dinetralisasi oleh antibodi, sehingga tidak terjadi aglutinasi.
4.
REAKSI
FIKSASI KOMPLEMEN
-
Komplemen yang ada di dalam
serum akan di ikat dan digunakan oleh kompleks antigen-antibodi
-
Digunakan untuk mndeteksi
antibody
-
Terdapat 2 tahap pada reaksi
fiksasi komplemen ini : Fiksasi sejumlah komplemen oleh kompleks Ag–Ab dan
hemolisis sel darah merah sebagai indikator.
5. REAKSI
IMUNOFLUORESENSI
-
Cara untuk mendeteksi
mikroorganisme dan menentukan antibodi terhadap mikroorganisme tersebut dalam
serum.
-
Menggunakan kombinasi zat
warna (FITC) dengan antibodi yang berpendar jika dilihat dengan mikroskop
dengan sinar UV.
-
Reaksi secara langsung
: antigen difiksasi, antibodi + fluorescein à
inkubasi à
cuci antibodi lebih à mikroskop à
berpendar kuning kehijauan
-
Reaksi secara tidak
langsung à
antigen difiksasi, antibodi + fluorescein à
antigen-antibodià ditambahkan antiserum globulin + fluorescein
(akan bereaksi dengan antibodi) à
mikroskop à
berpendar kuning kehijauan.
6. RIA
(RADIO IMMUNO ASSAY)
-
Cara diagnostik yang mampu
mengukur konsentrasi antigen/antibodi berkadar rendah.
-
Ada dua teknik RIA :
7. ELISA
(Enzyme linked immunosorbent Assay)
Untuk mendeteksi
kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. Dalam pengertian sederhana,
sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian
antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan
antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir,
ditambahkan substansi yang dapat dihidrolisis oleh enzim. Hasil yang positif
ditandai dengan adanya perubahan warna substrat. Ada 2 cara teknik ELISA, yaitu
secara langsung untuk mendeteksi antigen dan secara tidak langsung untuk
mendeteksi antibodi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar