Homosistein
Merupakan asam
amino yang mengandung sulfur, yang terdapat dalam plasma darah. Merupakan
senyawa antara yang dihasilkan pada metabolisme metionin, suatu asam amino
essensial yang terdapat dalam beberapa bentuk diplasma. Sulfhidril atau bentuk
tereduksi dinamakan homosistein dan disulfida atau bentuk teroksidasi dinamakan
homosistin.
Kadar
homosistein di dalam tubuh mempengaruhi metabolisme homosistein di dalam
plasma, dan erat hubungannya dengan penyakit seperti hiperhomosisteinemia
dengan penyakit kardiovaskular.
Definisi
Homosistinuria merupakan kelainan metabolik (metabolic disorder)
atau kelainan genetika dimana seseorang memiliki kadar homosistein yang sangat
tinggi dalam tubuhnya yang ditandai dengan tingginya kadar homosistein dalam
urinnya. Homosistinuria terjadi karena tubuh kekurangan enzim tertentu yang
berperan dalam menguraikan homosistein dalam tubuh.
Angka homosistein adalah banyaknya homosistein dalam darah per satuan
volume darah. Angka homosistein normal berada dalam rentang 5 – 15 mikromol per
liter. Angka homosistein tinggi dikategorikan dalam beberapa tingkatan.
·
5 – 15 mikromol/liter
dikategorikan normal
·
16 – 30
mikromol/liter dikategorikan cukup tinggi (moderat)
·
31 – 100
mikromol/liter dikategorikan tinggi (intermediate)
·
Lebih
dari 100 mikromol/liter disebut sangat tinggi (parah)
Gejala
Umumnya bayi yang menderita
homosistinuria lahir secara normal dan awalnya dalam kondisi baik, gejala
muncul ketika bayi beranjak menuju fase pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya
◦
Ectopia
lentis (dislokasi atau pergeseran lensa)
◦
Myopia (rabun jauh)
◦
Perkembangan yang berjalan lambat dan
kemampuan kognitif yang kurang baik
◦
Kelainan skeletal
◦
Thromboembolism
(tersumbatnya pembuluh darah oleh emboli (= suatu partikel yang terlepas) yang
berasal dari trombus (= bekuan darah) yang terlepas dari tempat asal
pembentukannya.
Patofisiologi
Mutasi gen
CBS pada kromosom 21 -> Defisiensi enzim sistationin beta sintase -> Penumpukan homosistein dalam hati dan
jaringan otak, sebagian disekresi melalui urin -> Keterbelakangan mental dan
penyakit jantung sebelum 30 th -> Dislokasi lensa mata dan abnormalitas
skelet (sindrom Marfan).
Parameter Klinik
Pada anak-anak mengalami kelainan pertumbuhan yaitu cenderung lebih
tinggi dan kurus (sindrom marfa).
Gejala lainnya:
◦
Penderita
mengalami skoliosis.
◦
Deformitas
(suatu kondisi kelainan bentuk secara anatomi dimana struktur tulang kita
berubah dari bentuk yang seharusnya) pada dada.
◦
Cacat
pada lensa mata.
Jika pasien mengalami gangguan pada penglihatan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan pada mata untuk mengamati keadaan lensa mata.
Penderita juga dapat mengalami penggumpalan darah serta keterbelakangan
mental.
Dapat dilakukan pemeriksaan:
◦
Pengujian
asam amino pada darah dan urin.
◦
Mengukur
kadar homosistein dalam waktu 2 minggu.
◦
Tes
genetika.
◦
Biopsi
liver dan menguji kadar enzim.
◦
Skeletal
x-ray.
◦
Biopsi
(pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan) kulit dengan pembiakan
fibroblast.
◦
Pemeriksaan
mata.
Pengobatan
- Diet rendah
metionin (pembatasan konsumsi metionin)
- Konsumsi vit.
B6 dosis tinggi (200-1000 mg/24jam)
- Tambahan
sistein dan asam folat
- Konsumsi vit.
B12
Sumber:
·
Arvin.,
Behrman & Kliegman (vol.1). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson): Penerbit Buku
Kedokteran.
Overview of
Newborn Screening for Homocystinuria. Indiana State Departement of Health.
· American
College of Medical Genetics. 2006. Biochemistry, NWU, Private Bag X6001, Potchefstroom, 2520.
- http://medicastore.com/penyakit/3470/Homosistinuria.html
- http://olvista.com/kesehatan/apa-itu-homosistein/
- http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001199.htm.
Diakses pada tanggal 10 november 2014
- http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1524/.
Diakses pada tanggal 10 november 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar