HUBUNGAN PENYINARAN BAYI PADA
HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN DEFISIENSI VITAMIN B2
Riboflavin
Vitamin B2
(Riboflavin) merupakan senyawa organik yang dapat ditemukan di berbagai produk
yang berasal dari tanaman dan hewan. Merupakan vitamin yang larut air namun
tidak dihasilkan oleh tubuh. Berperan dalam metabolisme lemak, karbohidrat,
protein, dan badan Keton serta dapat rusak jika terkena cahaya.
Hiperbilirubinemia dan Fototerapi
Hiperbilirubinemia
Neonatal Jaundice merupakan penampakan bayi yang lebih kuning pada kulit, terutama kulit wajah dan leher serta pada mata bayi akibat dari peningkatan jumlah bilirubin yang beredar dalam darah. Bayi yang mengalami hiperbilirubinemia perlu kedapatan terapi cahaya.
Terapi Sinar matahari
Sinar ini bisa membantu memecahkan kadar bilirubin dalam darah bayi.
Seperti diketahui sinar surya yang efektif untuk mengurangi kadar bilirubin
adalah saat jam 07.00 sampai 09.00. Ini berarti bayi tak bisa sepanjang waktu
disinari, sehingga penurunan kadar bilirubinnya akan lama sehingga kurang
efektif.
Mekanisme Kerja
Fototerapi bilirubin
Defisiensi
Riboflavin
-
Sindrom defisiensi
Nonfatal umum
-
Terjadi dikarenakan
Riboflavin sangat peka terhadap cahaya
a.
Cahaya dan pH basa
—> ribo, riboflavin diubah menjadi lumiflavin
b.
Kondisi asam —>
Riboflavin dirubah menjadi turunan tak aktif yang lain, lumikrom dan
ribitol
-
Stabil terhadap
adanya panas dan oksidasi
Gejala
Gejala yang dapat terjadi :
- Cheilosis
- Sebore
- Inflamasi pada mulut, faring, tenggorokan
- Fotofobia
- Pertumbuhan abnormal
Pencegahan
dan Pengobatan
Selama bayi
menjalani proses fototerapi, secara bersamaan diberikan riboflavin-Na-fosfat
dengan dosis sebanyak 0.5 mg
Sumber:
Kenner, Carole.
Comprehensive Neonatal Nursing Care: Fifth Edition. New York: Springer
Publishing Company. 2013
Friedrich, Wilhelm.
Vitamins. Berlin: de Gruyter, 1988.
http://emedicine.medscape.com/article/125193-overview
Tidak ada komentar:
Posting Komentar