Seperti yang telah kita ketahui,
banyak manfaat yang dapat diperoleh dari berbagai ilmu pengetahuan yang kita pelajar.
Begitu pula halnya dengan Imunologi yang berkaitan erat dengan sistem imunitas
atau kekebalan tubuh seseorang terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
Banyak manfaat yang dapat kita peroleh, diantaranya yaitu:
1.
Vaksin
Dalam berkembangnya imunologi, vaksin merupakan yang pertama
ditemukan untuk membantu tubuh mengenali bahaya penyakit yang akan datang. Seperti
yang telah kita ketahui, vaksin terbuat dari virus yang telah dirusak atau
dikristalkan atau dalam kata lain virus yang telah dimatikan sehingga tidak
mampu untuk menyerang tubuh kita karena ia tidak berbahaya lagi. Akan tetapi,
tubuh tetap akan mengenalinya sebagai benda asing yang berasal dari luar tubuh
sehingga sistem pertahanan tubuh menjadi aktif akibat adanya virus dari vaksin
tersebut. Saat tubuh mengenali adanya bahaya tersebut, butuh waktu beberapa
hari untuk dapat menbentuk sistem pertahanan yang kuat untuk dapat menyerang
virus tersebut. Akan tetapi, ketika virus yang sama (real virus) benar-benar menyerang tubuh untuk yang kedua kalinya,
sistem pertahanan tubuh akan merespon dengan sangat cepat disebabkan karena
sistem imun mempunyai memori yang dapat mengingat bahwa tubuh pernah terserang
oleh virus tersebut. Sehingga tubuh dapat menghancurkannya dengan cepat.
2.
Diagnosis
Dalam mendiagnosa suatu penyakit, ternyata dapat dilakukan
dengan mengecek antibodi terhadap virus/bakteri yang seseorang miliki. Antibodi
tersebut bisa menggambarkan seberapa parah kondisi orang yang terkena virus tersebut.
Sebagai contohnya: Pada seorang pasien yang terkena penyakit DBD (Demam
Berdarah Dengue) Akibat gigitan nyamuk Aedes
Aegypti memiliki antibodi IgM terhadap virus dengue yang terdeteksi pada
spesimen serum mereka melalui MAC-ELISA, dapat juga dilakukan dengan uji
serum darah dengan PCR:
Hasil
PCR yang positif menandakan bahwa infeksi sedang berlangsung, sedangkan jika Hasil
PCR yang negatif pada spesimen fase akut, atau Tidak memberikan spesimen fase
akut, diklasifikasikan memiliki kemungkinan
infeksi dengue baru saja.
3.
Terapi
Jika antibodi terhadap virus/bakteri dapat digunakan untuk
mendeteksi atau mendiagnosa suatu penyakit, maka antibodi terhadap toksin/bisa
juga dapat dimanfaatkan. Antibodi terhadap toksin/bisa dapat digunakan dalam
terapi, contohnya seperti ketika seseorang tergigit oleh ular yang memiliki
bisa, maka antibodi terhadap bisa tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menyembuhkannya.
4.
Obat yang mempengaruhi sistem imun
Obat yang dapat mempengaruhi sistem imun yaitu Transfer Factor. Pada awalnya, transfer factor ini dicetuskan oleh Dr.
Sherwood yang menyatakan bahwa sistem imun seseorang yang pernah terkena
penyakit TBC dapat dipindahkan ke sistem imun seseorang yang belum pernah terkena
penyakit TBC melalui sel darah putih. Sehingga
ketika itu, para peneliti gencar untuk meneliti hal tersebut. Namun, suatu
ketika penelitian tersebut sempat terhenti karena 2 hal yaitu, ditemukannya
antibiotik yang harganya lebih murah dibandingkan dengan transfer factor dan ditemukannya indikasi virus HIV serta Hepatitis
C pada serum darah yang sedang diteliti tersebut. Setelah berpuluh-puluh tahun,
ternyata terdapat dua orang ahli yang menemukan bahwa transfer factor diturunkan dari setiap ibu kepada anaknya melalui
plasenta dan kolostrum. Oleh karena itu, ketika bayi baru lahir, penting sekali
agar ia mendapaytkan ASI (3 hari awal) yang mengandung kolostrum dari ibunya,
jika tidak maka sistem imunnya akan lemah dan mudah terserang penyakit.
Transfer factor merupakan
suatu molekul kecil yang berfungsi untuk memberikan informasi-informasi kepada
sistem imun, memberikan bekal persenjataan dan pertahanan serta membantu sistem
imun untuk mengingat benda asing yang berbahaya bagi tubuh. Transfer factor membantu sistem imun
untuk merespon dengan cepat ketika benda asing masuk ke dalam tubuh tanpa harus
mengalami sakit terlebih dahulu. Bentuk sediaan Transfer factor dibuat dari kolostrum sapi dan kuning telur ayam karena
sapi dan ayam memiliki lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan manusia.
Sistem imun pada sapi dan ayam justru lebih kuat dibandingkan dengan manusia
karena lingkungannya yang cukup ekstrem. Jadi, transfer factor merupakan obat yang dapat mempengaruhi sistem imun
agar dapat merespon dengan cepat tanpa harus berhadapan dengan virus terlebih
dahulu.
5.
Obat yang menginduksi respons imun
Obat yang menginduksi respons imun termasuk dalam golongan
hapten. Hapten merupakan suatu zat asing sejenis antigen tapi tidak dapat
merangsang respon imun kecuali jika berikatan dengan molekul pembawa yang lebih
besar seperti protein. Hapten diibaratkan sebagai antigen yang cacat karena ia
hanya bisa berikatan dengan produk hasil respons imun (antibodi) namun tidak
dapat menghasilkan antibodi. Lain halnya antibodi yang akan menuju ke limfosit
T terlebih dahulu, setelah itu baru ke Limfosit B, Hapten langsung menuju ke
Limfosit B untuk berikatan dengan antibodi tanpa melalui Limfosit T.
Contoh hapten adalah dekstan. Jika dektran berikatan dengan protein,
maka respons imun dapat terpengaruhi sehingga menghasilkan antibodi untuk
mengikat dekstan tersebut. Ketika dekstran telah berikatan dengan antibodi,
maka selanjutnya yang terjadi adalah proses fagositosis oleh makrofag. Namun,
jika kadar dekstran tersebut tinggi, maka yang terjadi adalah respons alergi.
Sel B akan menghasilkan antibodi dalam jumlah banyak untuk berikatan dengan
dekstran tersebut, namun hal itu menyebabkan terjadinya degranulasi sel mast
yang menghasilkan mediator-mediator penyebab terjadinya alergi.
Sumber
:
. 2016.
Transfer Factor. Jakarta: 4 Life
diakses
melalui http://www.4lifetransferfactorindonesia.com/faq/
pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 20.33 WIB.
Radji,
Maksum. 2015. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi. Jakarta: PT isfi penerbitan
Rifai,
Muhaimin. 2011. Sejarah dan Konsep Umum Imunologi. Malang:
diakses
melalui http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/BABI.-Konsep-Imunologi.pdf
pada 12 Februari 2016 pukul 20.10 WIB.