Selasa, 19 Januari 2016

Ulkus Duodenum

Definisi

Ulkus Peptikum adalah kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa sampai lapisan otot pada segmen saluran pencernaan yang berkaitan langsung dengan cairan-cairan pencernaan. Ulkus peptikum dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan letaknya, yakni ulkus lambung dan ulkus duodenum.
Ulkus duodenum merupakan kondisi terdapatnya lubang pada mukosa yang terjadi karena lapisan duodenum terkikis oleh asam lambung atau getah pencernaan. Berdasarkan kedalamannya, ulkus dibedakan menjadi erosi atau ulkus dangkal (hanya mengikis lapisan mukosa), ulkus akut, jika kedalaman tidak terlalu dalam (mengikis lapisan mukosa hingga lapisan submukosa), dan ulkus kronis, jika kedalaman ulkus sangat dalam (mengikis lapisan mukosa hingga lapisan muskularis).

Mekanisme Penyebab
Ulkus duodenum terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor-faktor agresif (faktor yang membuat perusakan pada dinding mukosa)  dengan faktor defensif (pertahanan) mukosa. Faktor-faktor agresif penyebab ulkus duodenum diantaranya asam dan getah-getah pencernaan, stress, herediter, dan merokok. Asam lambung akan merangsang saraf kolinergik dan juga saraf simpatik. Saraf simpatik yang terangsang akan mengabkibatkan motilitas meningkat sehingga penderita akan merasakan nyeri pada daerah lambung dan sekitarnya, sedangkan saraf simpatik yang terangsang akan menyebabkan terjadinya refleks spasme esophageal sehingga timbul regurgitasi HCl yang menjadi pencetus timbulnya rasa nyeri berupa rasa panas seperti terbakar. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress ini dapat berupa luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma. Jika kondisi stress berlanjut, kemungkinan ulkus akan menjadi semakin luas. Penderita dengan gen keturunan ulkus, 2-3 kali lebih beresiko terkena ulkus dibandingan penderita yang tidak memiliki gen keturunan ulkus.

Penggunaan NSAID
Faktor-faktor defensif mukosa  diantaranya adalah sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa, mekanisme permeabilitas ion hidrogen, pembentukan dan sekresi mukus, regenerasi epitel, serta peranan prostaglandin. Mukus memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pelican yang menghambat kerusakan mekanis, pertahanan terhadap organisme patogen, dan sebagai barrier terhadap asam dan enzim proteolitik (pepsin). Bikarbonat berfungsi untuk menetralisir keasaman di sekitar lapisan sel epitel. Prostaglandin memiliki peran yang sangat penting dalam pertahanan mukosa. Prostaglandin menghambat produksi asam lambung serta merangsang mukus, fosfolipid dan sekresi bikarbonat, peningkatan aliran darah mukosa, mengurangi difusi kembali ion H, serta merangsang proses pengantian epitel mukosa. Pertahan mukosa ini dapat terganggu karena penggunaan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Penggunaan NSAID sebenarnya tidak akan berefek langsung pada munculnya ulkus, tetapi akan mempengaruhi prostaglandin. NSAID yang dikonsumsi akan  menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX) pada asam arakidonat. Hal tersebut akan menekan produksi prostaglandin sehingga proteksi mukosa akan menjadi lemah.

Helicobacter pylori
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ulkus duodenum juga dapat disebabkan oleh Helicobacter pylori. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral pada bagian gastrum antrum yang bersifat patogen. Bakteri ini menghasilkan sitotoksin yang dapat memecah pertahanan mukus dan  kemudian menempel di sel epitel lambung atau duodenum. Bakteri ini ditularkan secara oral dan akan mengubah lapisan lendir di duodenum sehingga mudah mengalami kerusakan, merusak lapisan mukosa hingga ke epitel. Bakteri ini dimungkinkan dapat muncul pada dua kondisi, yaitu ketika suasana lambung yang sangat asam dan ketika ulkus telah mencapai kondisi yang kronis.

Diagnostik Klinik
Ulkus duodenum dapat diketahui berdasarkan gejala-gejala yang muncul, yaitu:
n   Nyeri : Biasanya bersifat ritmik dan terjadi pada malam hari. Terasa nyeri seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau punggung
·         Muntah : Jarang terjadi pada ulkus tak-terkomplikasi
 Pemeriksaan Fisik : Menunjukkan adanya rasa nyeri
·         Nyeri tekan epigastrik : Nyeri tajam dan terlokalisasi pada bagian tengah atas perut, berada di bawah tulang iga
·         Distensi abdominal : Zat menumpuk di perut sehingga ukuran perut melebihi ukuran normal.
·         Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran gastrointensinal atas
·         Endoskopi gastrointensinal : untuk mengetahui lesi yang tidak terdeteksi oleh sinar x
·         Pemeriksaan adanya helicobacter pylori :
     v  Tes serologi : Tes menggunakan serum terhadap antibody pada antigen H pylori untuk membedakan infeksi yang aktif dan infeksi ringan
  v Ureas Breath Test : Tes untuk mengetahui adanya H pillory dengan mendeteksi adanya enzim urase yang dapat mengubah tablet urea C13 dan C14 yang telah diminum sebelumnya menjadi ammonia dan CO2. Kemudian diukur dengan mass spectrometer untuk membandingkan CO2 yang dihasilkan.
           v Pemeriksaan Invasif
Dilakukan dengan mengambil spesimen biopsi mukosa lambung secara endoskopik. Dianjurkan untuk menghentikan obat antibiotik, dan anti sekresi lambung selama satu-dua minggu sebelum pemeriksaan.
            v Pemeriksaan darah dan feses
Uji darah digunakan untuk pemeriksaan antibodi, sedangkan uji feses digunakan untuk pemeriksaan  antigen bakteri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar