Definisi
v Pemeriksaan Invasif
Dilakukan dengan mengambil spesimen biopsi mukosa lambung secara endoskopik. Dianjurkan untuk menghentikan obat antibiotik, dan anti sekresi lambung selama satu-dua minggu sebelum pemeriksaan.
v Pemeriksaan darah dan feses
Uji darah digunakan untuk pemeriksaan antibodi, sedangkan uji feses digunakan untuk pemeriksaan antigen bakteri
Ulkus
Peptikum adalah kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa sampai lapisan otot
pada segmen saluran pencernaan yang berkaitan langsung dengan cairan-cairan
pencernaan. Ulkus peptikum dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan letaknya,
yakni ulkus lambung dan ulkus duodenum.
Ulkus
duodenum merupakan kondisi terdapatnya lubang pada mukosa yang terjadi karena
lapisan duodenum terkikis oleh asam lambung atau getah pencernaan. Berdasarkan
kedalamannya, ulkus dibedakan menjadi erosi atau ulkus dangkal (hanya mengikis
lapisan mukosa), ulkus akut, jika kedalaman tidak terlalu dalam (mengikis
lapisan mukosa hingga lapisan submukosa), dan ulkus kronis, jika kedalaman
ulkus sangat dalam (mengikis lapisan mukosa hingga lapisan muskularis).
Mekanisme
Penyebab
Ulkus
duodenum terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor-faktor agresif
(faktor yang membuat perusakan pada dinding mukosa) dengan faktor defensif (pertahanan) mukosa.
Faktor-faktor agresif penyebab ulkus duodenum diantaranya asam dan getah-getah
pencernaan, stress, herediter, dan merokok. Asam lambung akan merangsang saraf
kolinergik dan juga saraf simpatik. Saraf simpatik yang terangsang akan
mengabkibatkan motilitas meningkat sehingga penderita akan merasakan nyeri pada
daerah lambung dan sekitarnya, sedangkan saraf simpatik yang terangsang akan
menyebabkan terjadinya refleks spasme esophageal sehingga timbul regurgitasi
HCl yang menjadi pencetus timbulnya rasa nyeri berupa rasa panas seperti
terbakar. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada area lambung yang
terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress ini
dapat berupa luka bakar, syok, sepsis
berat, dan trauma. Jika kondisi stress berlanjut, kemungkinan ulkus akan
menjadi semakin luas. Penderita dengan gen keturunan ulkus, 2-3 kali lebih
beresiko terkena ulkus dibandingan penderita yang tidak memiliki gen keturunan
ulkus.
Penggunaan NSAID
Faktor-faktor
defensif mukosa diantaranya adalah
sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa, mekanisme permeabilitas ion hidrogen,
pembentukan dan sekresi mukus, regenerasi epitel, serta peranan prostaglandin.
Mukus memiliki banyak fungsi, diantaranya sebagai pelican yang menghambat
kerusakan mekanis, pertahanan terhadap organisme patogen, dan sebagai barrier
terhadap asam dan enzim proteolitik (pepsin). Bikarbonat berfungsi untuk
menetralisir keasaman di sekitar lapisan sel epitel. Prostaglandin memiliki
peran yang sangat penting dalam pertahanan mukosa. Prostaglandin menghambat
produksi asam lambung serta merangsang mukus, fosfolipid dan sekresi
bikarbonat, peningkatan aliran darah mukosa, mengurangi difusi kembali ion H,
serta merangsang proses pengantian epitel mukosa. Pertahan mukosa ini dapat
terganggu karena penggunaan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Penggunaan NSAID sebenarnya tidak akan
berefek langsung pada munculnya ulkus, tetapi akan mempengaruhi prostaglandin.
NSAID yang dikonsumsi akan menghambat
kerja dari enzim siklooksigenase (COX) pada asam arakidonat. Hal tersebut akan
menekan produksi prostaglandin sehingga proteksi mukosa akan menjadi lemah.
Helicobacter pylori
Selain
faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, ulkus duodenum juga dapat
disebabkan oleh Helicobacter pylori.
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral pada
bagian gastrum antrum yang bersifat patogen. Bakteri ini menghasilkan
sitotoksin yang dapat memecah pertahanan mukus dan kemudian menempel di sel epitel lambung atau
duodenum. Bakteri ini ditularkan secara oral dan akan mengubah lapisan lendir
di duodenum sehingga mudah mengalami kerusakan, merusak lapisan mukosa hingga ke
epitel. Bakteri ini dimungkinkan dapat muncul pada dua kondisi, yaitu ketika
suasana lambung yang sangat asam dan ketika ulkus telah mencapai kondisi yang
kronis.
Diagnostik
Klinik
Ulkus duodenum dapat
diketahui berdasarkan gejala-gejala yang muncul, yaitu:
n Nyeri : Biasanya bersifat ritmik dan
terjadi pada malam hari. Terasa nyeri seperti tertusuk atau sensasi terbakar di
epigastrium tengah atau punggung
·
Muntah : Jarang terjadi pada ulkus
tak-terkomplikasi
Pemeriksaan
Fisik : Menunjukkan adanya rasa nyeri
·
Nyeri tekan epigastrik : Nyeri tajam dan
terlokalisasi pada bagian tengah atas perut, berada di bawah tulang iga
·
Distensi abdominal : Zat menumpuk di perut
sehingga ukuran perut melebihi ukuran normal.
·
Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran
gastrointensinal atas
·
Endoskopi gastrointensinal : untuk
mengetahui lesi yang tidak terdeteksi oleh sinar x
·
Pemeriksaan adanya helicobacter pylori :
v Tes
serologi : Tes menggunakan serum terhadap antibody pada antigen H pylori untuk
membedakan infeksi yang aktif dan infeksi ringan
v Ureas Breath Test : Tes untuk mengetahui adanya H
pillory dengan mendeteksi adanya enzim urase yang dapat mengubah tablet urea
C13 dan C14 yang telah diminum sebelumnya menjadi ammonia dan CO2. Kemudian
diukur dengan mass spectrometer untuk membandingkan CO2 yang dihasilkan.v Pemeriksaan Invasif
Dilakukan dengan mengambil spesimen biopsi mukosa lambung secara endoskopik. Dianjurkan untuk menghentikan obat antibiotik, dan anti sekresi lambung selama satu-dua minggu sebelum pemeriksaan.
v Pemeriksaan darah dan feses
Uji darah digunakan untuk pemeriksaan antibodi, sedangkan uji feses digunakan untuk pemeriksaan antigen bakteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar