Definisi
1. Pankreatitis
akut adalah reaksi peradangan pankreas, secara
klinis ditandai nyeri perut akut dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin.
Pankreatitis dapat merupakan episode tunggal atau berulang. Secara
anatomi, pankreatitis akut diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
a. Pankreatitis
akut interstitial yang ditandai dengan terjadinya edema (keluarnya cairan dari
intrasel menuju ruang interstitium sel) yang menimbulkan pembengkakan dan warna
pucat pada pankreas. Pada tipe ini tidak timbul pendarahan ataupun kematian
sel-sel pankreas (nekrosis). Selain itu, sebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear (PMF) dan neutrofil tinggi di sekitar sel-sel pankreas. Sel
asinus pada pankreatitis akut intersetitial yang merupakan sel penghasil
enzim-enzim pankreas pun tidak mengalami destruksi.
b. Pankreatitis
akut hemoragik yang ditandai dengan terjadinya pendarahan serta nekrosis pada
sel-sel pankreas (di lemak tepi dan parenkim pankreas). Pada tipe inilah
mungkin timbul bakteri pada sekeliling daerah lika pankreas. Apabila
pankreatitis tipe ini terus berlanjut, akan mungkin terjadinya hal yang lebih
fatal, yaitu kerusakan pada pembuluh darah pankreas.
Pankreatitis akut yang
sudah berat dapat mengakibatkan dehidrasi dan tekanan darah rendah. Apabila
tidak dilakukan penanganan segera serta dibiarkan menahun, pankreatitis akut
dapat segera berkembang menjadi pankreatitis kronis yang sulit untuk ditangani
(sulit disembuhkan). Namun hal ini tidak selalu benar atau berlaku pada seluruh
penderita pankreatitis kronis.
2. Pankreatitis
kronis adalah suatu kondisi pankreatitis menahun / terus-menerus yang bersifat
progresif (perlahan dari ringan hingga berat) yang dapat menyebabkan perubahan
struktur dan fungsi normal pankreas. Pankreatitis kronis bersifat irreversibel.
Penyebab paling sering adalah penggunaan alkohol berat. Klasifikasi
pankreatitis kronis dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Kalsifikasi
kronis à masuknya Ca ke dalam pankreas
menyebabkan malnutrisi
b. Obstruksi
kronis à kerusakan pada saluran pankreas
menuju duodenum yang parah
c. Inflamasi
kronis à proses peradangan / imunologis
yang sudah sangat parah
Pankreatitis
kronis yang sudah berat dapat mengakibatkan gejala-gejala seperti diabetes
mellitus dan steatore (keadaan dimana terdapat lemak di dalam tinja).
2.7.2
Etiologi
Yang paling sering menyebabkan
pankreatitis adalah alkoholisme dan batu empedu. Pada tingkat sel, etanol
menyebabkan intraseluler akumulasi enzim pencernaan dan aktivasi prematur dan
pelepasan. Pada tingkat duktal, meningkatkan permeabilitas ductules,
memungkinkan enzim untuk mencapai parenkim dan menyebabkan kerusakan pankreas.
Etanol meningkatkan kandungan protein getah pankreas dan menurunkan
tingkat bikarbonat dan konsentrasi inhibitor tripsin. Hal ini menyebabkan
terbentuknya sumbat protein yang menghalangi aliran pankreas. Sedangkan, Batu
empedu akan menyumbat saluran pankreas menuju duodenum (batu empedu menetap di
sfingter oddi). Akibatnya, saat sel sekretor (asinus) pankreas terus
memproduksi enzim dan melebihi jumlah inhibitor yang tersedia di dalam
pankreas, enzim-enzim dalam bentuk zimogen akan berubah menjadi bentuk aktif
dan melakukan autodigesti sel-sel pankreas
Banyak
obat telah dilaporkan menyebabkan pankreatitis. Beberapa yang lebih umum
termasuk obat AIDS DDI dan pentamidin, diuretik furosemide dan seperti
hidroklorotiazid, yang antikonvulsan natrium dan asam valproat divalproex, agen
kemoterapi L-asparaginase dan azathioprine, dan estrogen. Sama seperti halnya
dengan kehamilan terkait pankreatitis,
estrogen dapat menyebabkan gangguan karena efeknya meningkatkan kadar
trigliserida darah.
Pankreatitis
herediter mungkin karena kelainan genetik yang membuat tripsinogen aktif dalam
pankreas, yang pada gilirannya menyebabkan pencernaan dari pankreas dari dalam.
Penyakit pankreas adalah gangguan yang sangat kompleks yang dihasilkan dari
interaksi dari beberapa genetik, faktor lingkungan dan metabolik. Tiga calon
untuk pengujian genetik saat ini sedang diselidiki antara lain tripsinogen
mutasi (Trypsin 1), fibrosis transmembran Konduktansi Regulator Cystic Gene
(''''CFTR) mutasi, dan SPINK1 yang kode untuk PSTI - inhibitor tripsin yang
spesifik.
Hipertrigliceridemia
terjadi akibat pelepasan sejumlah besar sitotoksin dari asam lemak ke dalam
sirkulasi pankreas.
Gen-agen
yang dapat menginfeksi pankreas seperti virus (measles, mumps, rubella,
coxsackie B, cytomegalovirus, dan viru-virus hepatitis), bakteri (Legionella,
Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis), dan parasit (Ascaris).
Organisme-organisme patogen tersebut mengaktifkan enzim proteolitik di
pankreas. Enzim-enzim tersebut merusak sel-sel pankreas sehingga timbul
pankreatitis.
2.7.3
Patofisiologi
Pankreatitis Akut
Apabila
terjadi peradangan akut pada pankreas, maka akan terjadi inisiasi aktivasi
zimogen (enzim-enzim pankreas dalam bentuk tak aktif), iskemia (kurangnya
aliran darah sekaligus O2 ke pankreas), dan kerusakan saluran
pankreas menuju ke duodenum. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya :
1. Faktor-faktor
vasoaktif (untuk vasokonstriksi pembuluh darah)
Akibatnya
dapat terjadi kerusakan pembuluh darah dan iskemia. Kedua hal tersebut akan
merusak jaringan pankreas dan menimbulkan nekrosis (kematian sel).
2. Pengeluaran
enzim dalam bentuk aktif di dalam pankreas
Akibatnya
dapat terjadi kerusakan pembuluh darah, iskemia, kerusakan jaringan dan
nekrosis.
3. Sistem
imunologis oleh sitokin (misalnya TNF-α, IL-1, dan PAF)
Akibatnya
dapat terjadi kerusakan pembuluh darah dan iskemia. Selain itu, proses
imunologis oleh sitokin akan menimbulkan inflamasi yang menyebabkan kerusakan
jaringan dan kematian sel pankreas (nekrosis).
Pankreatitis Kronis
1. Teori
Stress Oksidatif
Hasil sampingan oksidasi yang terjadi
dalam sel-sel hepatosit disekresikan ke dalam empedu. Empedu berefluks ke dalam
duktus pankreatikus menyebabkan kerusakan oksidatif pada level sel asinar dan
sel duktus. Paparan kronik terhadap stress oksidatif menyebabkan fibrosis.
2. Teori
toksik metabolik
Bordalo dan kawan-kawan mengajukan teori bahwa alkohol secara
langsung menjadi toksik bagi sel-sel asinar melalui perubahan pada metabolisme
seluler. Alkohol memproduksi lipid sitoplasmik yang berakumulasi dalam sel-sel
asinar, yang menyebabkan degenerasi lemak, nekrosis seluler, dan kemudian
fibrosis yang meluas.
3. Teori
obstruksi batu dan duktus
Henri Sarles menegaskan dualitas
pankreatitis akut dan kronik, keduanya merupakan penyakit yang terpisah dengan
patogenesis yang berbeda. Pankreatitis akut disebabkan oleh aktivasi tripsin
dan autodigesti parenkimal yang tidak teratur, pankreatitis kronik dimulai
dalam lumen duktus pankreatikus. Alkohol memodulasi fungsi endokrin untuk
meningkatkan litogenisitas cairan pankreas, menyebabkan bentuk plak protein dan
batu. Kontak kronik batu dengan sel-sel epithelial duktus menyebabkan ulserasi
dan perlukaan, menyebabkan obstruksi, stasis, dan pembentukan batu lebih
lanjut. Pada akhirnya, atrofi dan fibrosis berkembang sebagai dampak dari
proses obstruksi.
4. Teori
nekrosis fibrosis
Teori nekrosis–fibrosis. (A) suatu episode
pankreatitis akut menyebabkan infiltrate sel-sel inflamasi akut dalam
periduktal. (B) Fase penyembuhan pankreatitis akut melibatkan deposisi kolagen
yang berefek pada daerah periduktal. (C) kompresi ekstrinsik duktus oleh
kolagen menyebabkan obstruksi kompleks sel asinar. (D) obstruksi yang memburuk
menyebabkan atrofi sel asinar, stasis dan efek sekunder pembentukan batu.
2.7.4
Gejala Klinis
Pankreatitis Akut
•
Nyeri epigastrium hebat (menjalar ke punggung, sakit seperti disayat-sayat)
. Sakit berkurang bila membungkuk kedepan/duduk
•
Mual, muntah
•
Perut kembung
•
Demam
•
Hipotensi (30 – 40 %)
•
Ileus (10%) : Peningkatan lingkar perut
•
Hiperbilinemia (40%)
•
Grey Turner’s sign : kebiruan disudut costovertebra
•
Cullen’s sign: kebiruan di daerah umbilikus
Pankreatitis Kronis
1. Nyeri
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri
abdomen. Juga terdapat distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi
timpani. Bising usus menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan
aktivitas enzim pada motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan
cairan pada penyakit ini. Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat
mengalami asites, ikterik dan teraba massa abdomen.
2. Insufisiensi
eksokrin pankreas menyebabkan steatorea dan malabsorbsi yang menimbulkan
penurunan berat badan.
3. Hiperglikemia
Komplikasi metabolik dari pankreatitis
akut termasuk hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan
daerah nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia
dapat timbul dan disebabkan oleh respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel
inset langerhans menyebabkan hiperglikemia refraktori. Asidosis metabolik dapat
diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi hipermetabolik anaerob.
2.7.5
Diagnosis
Pankreatitis Akut
Pankreatitis Kronis
1. Pemeriksaan
Fisik
Pasien umumnya tampak bergizi cukup dan nyeri abdomen
ringan hingga sedang. Pada pasien alkoholik kronik dengan stadium lanjut, penurunan
berat badan dan malnutrisi dapat ditemukan, atau ditemukan tanda-tanda stigmata
penyakit hati alkoholik primer. Ikterus dapat ditemukan pada penyakit hati
alkoholik atau kompresi duktus biliaris pada caput pankreas. Pembesaran limpa
jarang ditemukan, limpa membesar pada pasien dengan trombosis vena
splenikus. Eritema pada epigastrium dan punggung dapat ditemukan akibat
penggunaan obat topikal untuk mengurangi rasa sakit.
2. Pemeriksaan
Penunjang
-
Pemeriksaan
Laboratorium
1. Pemeriksaan
darah. Pada stadium lanjut pankreatitis kronik, atrofi parenkim pankreas
menyebabkan enzim serum dalam batas normal karena fibrosis pada pankreas yang
berdampak pada konsentrasi enzim-enzim ini dalam pankreas.
2. Pengujian
feses. Uji makroskopis tinja, tinja memiliki karakteristik berlemak, lembek,
tidak berbentuk (nonformed stool), berwarna coklat muda sampai kuning,
kelihatan berminyak.
3. Tes
fungsi pankreas. Tes fungsi pankreas (PFTs) dapat membantu dalam mendiagnosis
pasien yang mengalami sakit perut berulang tetapi memiliki
hasil pencitraan dan laboratorium yang normal. Tes fungsi pankreas
bisa dilakukan indirek (yakni, sederhana dan non-invasif) atau direk (yaitu, invasif).
Indirek tes mengukur konsekuensi dari insufisiensi pankreas. Pada PFTs direk,
pankreas dirangsang melalui pemberian makanan atau sekretagog hormon. Tak lama
kemudian, cairan duodenum dikumpulkan dan dianalisis untuk mengukur isi
sekretori pankreas normal.
1. Ultrasonografi
digunakan sebagai modalitas awal pada pasien dengan gambaran nyeri perut atas.
Sonogram transversal memperlihatkan gambaran echogenik, pembesaran pankreas
disertai dengan multipel focus kecil hiperekoik tanpa bayangan pada pankreas.
2. CT
scan menampilkan berupa dilatasi duktus pankreatikus mayor, kalsifikasi,
perubahan ukuran, bentuk, dan kontur, pseudokista, dan perubahan pada
duktus bilier. Nonenhanced
axial CT scan pada pankreas memperlihatkan kalsifikasi granular pankreas.
3. Diagnosis
EUS CP didasarkan pada morfologi saluran dan parenkim. Yang bisa dinilai
dari EUS yaitu fitur parenkim (kelenjar atrofi, fokus hyperechoic, kista
terdampar, hyperechoic, Lobu-larity) dan fitur duktal (penyempitan, dilatasi,
ketidakteraturan, bate, dilate si sidebranch, dinding hyperechoic).
4.
ERCP gram memperlihatkan
duktus bilier berdilatasi berhubungan dengan striktur pada bagian bawah duktus bilier dan
dilatasi duktus pankreas yang berkelok-kelok.
Sebuah stent kemudian diletakkan berseberangan dengan striktur pada duktus
bilier. Kegunaan terpenting ERCP adalah untuk menilai kelainan
stuktur seperti stenosis saluran, batu, dan kista.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar