Sabtu, 23 Januari 2016

GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

       Definisi
Gastroesophageal Reflux Disease atau yang biasa dikenal sebagai penyakit lambung akibat refluks asam lambung adalah masalah kesehatan yang cukup umum terjadi terutama sesudah makan. Gastroesophageal Reflux Disease adalah kondisi patologis dimana sejumlah isi lambung berbalik (refluks) ke esophagus dan menimbulkan berbagai keluhan.
Gastroesophageal Reflux Disease ini terjadi diawali dengan naiknya asam lambung/ reflux ke kerongkongan sehingga mengiritasi lapisan dalam kerongkongan yang dapat menyebabkan radang (esophagitis), akibatnya kerongkongan terkikis atau mengalami erosi dan terjadi pendarahan. GERD ini terjadi karena adanya gangguan pada lower esophageal sphincter yang merupakan katup penghubung antara lambung dan kerongkongan. Pada keadaan normal katup ini berfungsi untuk mencegah isi lambung mengalir balik ke kerongkongan. Kerja katup ini yaitu ketika makanan hendak memasuki lambung, maka katup ini akan membuka, kemudian menutup kembali untuk mencegah makanan naik kembali ke kerongkongan. Pada kasus GERD, katup gastoesofageal tak berfungsi dengan baik yaitu katup ini tak tertutup rapat, maka asam lambung pun dapat mengalir balik ke atas, menuju kerongkongan. Ketika sesorang duduk atau berdiri, gravitasi dapat membantu mencegah isi perut mengalir balik ke kerongkongan. Tetapi ketika seseorang sedang dalam keadaan berbaring akan membuat reflux semakin memburuk karena lebih mudah untuk mengalir kembali ke atas. Akibatnya, asam lambung yang seharusnya tetap berada di perut, naik ke kerongkongan dan menimbulkan sensasi terbakar di dada.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya GERD ini, diantaranya :

1.      Kelainan LES (lower esophageal sphincter).
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa apabila katup ini tidak bekerja dengan baik atau katup ini tidak tertutup rapat setelah makanan masuk ke dalam lambung, maka dapat memicu terjadinya reflux sehingga terjadi GERD.

2.      Hiatal Harnia
Suatu kondisi ketika perut bagian atas yang melekat pada ujung kerongkongan naik ke atas diafragma. Dalam kasus normal, diafragma terletak pada level yang sama dengan katup esophageal, keduanya sama-sama mencegah agar makanan tidak kembali ke atas menuju kerongkongan. Tetapi pada orang dengan hiatal hernia letak diafragma dengan katup esophageal tidak pada level yang sama sehingga makanan yang sudah masuk lambung bisa mengalir kembali kekerongkongan.

3.      Merokok dan Gastroparesis
Merokok akan memicu kerusakan pada selaput lendir, melemahkan esophageal sphincter bagian bawah, serta mengurangi produksi air liur yang memiliki efek menetralkan asam. Gastroparesis adalah kondisi di mana makanan berada lebih lama di dalam lambung dari waktu normal. Gastroparesis memperpanjang waktu makanan berada dilambung dan dengan demikian memperburuk gejala GERD.

4.      Makanan
Kebiasaan makan dan terlalu banyak konsumsi makanan tertentu juga dapat memicu terjadinya GERD. Contohnya kebiasaan beberapa orang yang langsung berbaring setelah makan berat akan menyebabkan heartburn dan terlalu banyak mengkonsumsi makanan asam, minuman bersoda, alcohol, coklat dapat memicu munculnya gejala GERD.

5.      Kehamilan.
Penyakit ini dapat dialami sebagian besar wanita selama masa kehamilan, karena bertambahnya tekanan pada perut seiring dengan pertumbuhan janin yang menyebabkan arus balik isi lambung ke kerongkongan. Selain itu, pada masa kehamilan maka akan terjadi peningkatan hormone yang dapat melemahakan fungsi dari katup esophageal ini. Tetapi keluhan ini akan hilang dengan sendirinya setelah wanita tersebut melahirkan.

Gejala
Heartburn
Rasa terbakar yang berasal dari perut dan naik ke kerongkongan. Biasanya dirasakan jika berbaring setelah makan.
Regurgitasi
Gerakan isi lambung tanpa usaha ke dalam esofagus dan mulut.
Disfagia
Sulit menelan dan makanan terasa seperti terperangkap di dada
Gejala Tambahan
1.      Kerusakan pada paru-paru (pneumonia, asma, idiopathic pulmonary fibrosis)
2.      Telinga ( otitis media)
3.      Gigi (enamel pembusukan)
Pengobatan GERD dapat dilakukan melalui pemberian obat antasida, H2 Receptor blocker, inhibitor pompa proton, dan penguat sfingter. Obat antasida berfungsi untuk menetralisir asam lambung. Contohnya adalah promag dan mylanta. Obat H2 receptor blocker dapat menurunkan produksi asam lambung hingga 12 jam. Contoh obat jenis ini adalah cimetidine, famotidine, nizatidine, dan ranitidine. Sedangkan obat inhibitor pompa proton memberikan waktu untuk esofagus agar memperbaiki diri. Contoh obatnya adalah lansoprazole dan omeprazole. Obat untuk memperkuat LES adalah Baclofen yang dapat menurunkan frekuensi relaksasi sehingga  dapat menurunkan gastroesophageal reflux.
Gaya hidup juga harus diperbaiki. Hal yang dapat dilakukan adalah mengurangi  rokok, mengurangi alkohol , makan yang teratur , menghindari makanan yang dapat menyebabkan hiperklorida seperti chocolate, kopi, dan makanan pedas,  dan menghindari  obat yang memengaruhi motilitas esofagus (nitrates, anticholinergics, tricyclic antidepressants) atau merusak mukosa (NSAIDs, potassium salts, alendronate).

Diagnosis Klinik
Pemerikasaan yang dilakukan untuk mendiagnosis menyakit ini antara lain adalah:
Barium Swallow Radiograph
Uji Barium Swallow Radiograph ini merupakan uji x-ray untuk menentukan normal tidaknya laju bolus atau cairan lambung pasien.Sebelum dilakukan uji ini, pasien akan diminta untuk menjaga makanannya selama 2 atau 3 hari sebelum tes dan berpuasa sebelum tes dilakukan. Kemudian, pasien akan meminum 16-20 ons cairan seperti susu yang berisi barium agar aktivitas organ pencernaan dapat diamati dengan baik saat x-ray dilakukan. Digunakan Barium karena meski rasanya tidak enak seperti kapur, tetapi barium dapat memberi warna yang cukup jelas saat x-ray dilakukan. Pada penderita yang positif GERD, akan terlihat barium yang diminum pasien akan kembali naik ke esophagus setelah mengalir ke dalam lambung.

Endoskopi
Uji endoskopi dilakukan dengan memasukkan selang yang memiliki ujung berkamera untuk mengamati esofagus, lambung, dan duodenum. Pasien harus berpuasa selama 6 hingga 12 jam sebelum tes. Pasien juga harus menghentikan konsumsi aspirin dan blood-thinning medication lain selama beberapa hari sebelumnya. Pasin akan diberi penghilang rasa sakit dan anestesi lokal di mulutnya untuk mencegah reflek saat alat dimasukkan. Kemudian alat endoskopi dimasukkan ke dalam mulut menuju esofagus, lambung, dan duodenum.

Uji pH monitoring
Esophageal pH monitoring adalah uji untuk mengukur seberapa sering dan lama asam lambung memasuki esofagus. Sebelum dilakukan uji ini, pasien diharuskan untuk berpuasa dan menghindari merokok. Beberapa obat mungkin dapat membuat hasil uji menjadi rancu. Oleh karena itu, konsumsi obat seperti antasida, H2 blockers, dan PPI (Proton Pump Inhibitor) untuk sementara dihentikan sebelum uji dilakukan.
pH monitoring dilakukan dengan cara memasukkan selang melalui hidung atau mulut menuju lambung, kemudian ditarik kembali ke esophagus. Selang yang dimasukkan dilengkapi dengan monitor untuk mengukur tingkat keasaman di esofagus. Monitor akan dipasang dan pasien harus mencatat gejala dan aktivitasnya selama 24 jam. Setelah 24 jam, monitor akan dilepas. Kemudian, informasi dari monitor akan dibandingkan dengan catatan dari pasien.

Esophageal manometry
Esophageal manometry adalah uji untuk mengukur tekanan pada esofagus bagian bawah. Pasien diharuskan berpuasa selama 8 jam sebelum uji dilakukan. Ketika menelan, otot pada esofagus berkontraksi untuk mendorong makanan. LES membuka untuk melewatkan makanan dan kemudian menutup untuk mencegah keluarnya asm lambung. Untuk melakukan uji, selang kecil dan sensitif dimasukkan melalui mulut atau hidung ke lambung dan ditarik perlahan ke esofagus. Saat selang masuk di esofagus, pasien diperintahkan untuk menelan. Tekanan kontraksi otot akan diukur.

      Sistem Skala Gejala GERD berdasarkan Kuesioner

       FSSG terdiri dari 12 pertanyaan yang berhubungan dengan gejala-gejala yang tersering dialami oleh pasien, tidak hanya heartburn dan acid taste, tetapi juga gejala-gejala dispepsia seperti ’perut penuh’ dan ’merasa cepat kenyang’.


Pencegahan
Pencegahan untuk penyakit ini yaitu :
·      Jangan Merokok dan minum minuman beralkohol, karena keduanya dapat melemahkan atau menurunkan kerja sphincter.
·       Menurunkan berat badan (diet sehat).
·       Tunggu 2 sampai 3 jam setelah makan baru berbaring
·       Jangan makan terlalu banyak dan makan makanan yang sehat

Pengobatan
Pengobatan untuk penyakit ini yaitu :
·       Prokinetics; prokinetics berfungsi untuk menguatkan LES dan mempercepatkosongnya lambung.
·  Dexlansoprazole; untuk melindungi esofagus dari refluks dan menyembuhkan peradangan di esofagus.
·        Pembedahan anti reflux; biasanya untuk GERD yang disebabkan hiatal hernia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar