Definisi
Gejala
Malabsorpsi adalah suatu keadaan dimana usus halus berkurang kemampuannya dalam menyerap nutrisi, elektrolit, mineral, dan air yang didapat dari asupan makanan. Nutrisi tersebut mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dll. Kemampuan penyerapan nutrisi oleh usus halus yang berkurang akan menyebabkan gizi yang didapat tubuh menjadi berkurang. Berkurangnya gizi yang didapat tubuh akan mempengaruhi aktivitas normal dari tubuh. Terganggunya aktivitas normal akibat malabsorpsi dapat menuju kepada penyakit lainnya seperti kelainan darah, kelainan musculoskeletal, dan kelainan saraf.
1. Kelainan Darah
Disebabkan karena berkurangnya absorpsi Fe yang didapat dari asupan makanan. Berkurangnya ketersediaan Fe di dalam tubuh akan berakibat pada terjadinya penyakit anemia defisiensi Fe. Kurangnya kadar asam folat dan vitamin B12 di dalam tubuh juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit anemia megaloblastik atau anemia pernisiosa. Hal ini terjadi karena asam folat dan Vit B12 merupakan unsur yang penting dalam pembentukkan prekursor asam nukleat.
2. Kelainan Muskuloskeletal
Disebabkan oleh kurangnya penyerapan Vitamin D dan ion Ca2+ di dalam usus halus dari asupan makanan. Keduanya merupakan unsur penting dalam pembentukan otot dan tulang. Jika kadarnya terus berkurang, maka akan mengarah pada atrofi otot dan pengeroposan tulang. Defisiensi Vitamin D akan berpengaruh pada meningkatnya resiko patah tulang dan demineralisasi tulang. Atrofi otot juga dapat terjadi karena berkurangnya kadar protein yang dibutuhkan untuk menjadi simpanan dalam tubuh dalam bentuk otot. Akibatnya massa otot menjadi berkurang dan menyebabkan terjadinya atrofi otot.
3. Kelainan Saraf
Dalam mekanisme penghantaran impuls pada otot lurik dibutuhkan adanya kehadiran dari ion Ca2+. Ion ini berguna untuk mengaktifkan aktin dan miosin yang terdapat di dalam otot lurik tersebut. Jika ketersediaan ion berkurang maka penghantaran impuls dari jaringan saraf ke otot lurik menjadi terganggu. Akibatnya, respon tubuh terhadap suatu rangsangan dari luar pun menjadi lambat. Hal lain juga dapat terjadi apabila terdapat defisiensi Vitamin B12. Kurangnya kadar vitamin B12 daripada yang dibutuhkan tubuh dapat mengakibatkan gejala neuropaty.Hal ini disebabkan karena terganggunya pembentukan asam nukleat karena berkurangnya kadar vitamin B12 yang dibutuhkan.
Pada umumnya, malabsorpsi dibagi menjadi dua tipe yaitu malabsopsi fase luminal dan malabsorpsi fase intestinal. Pada malabsorpsi fase luminal, terdapat gangguan yang terjadi di lumen usus seperti tidak adanya ketersediaan enzim- enzim pankreas untuk pencernaan. Malabsorpsi fase luminal biasanya disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi pancreas dan tidak adanya enzim lipase. Tipe kedua yaitu malabsorpsi fase intestinal disebabkan karena adanya defek pada usus halus. Penyebab lainnya adalah defisiensi enzim mucosal. Contohnya adalah penyakit celiac spure atau gluten-sensitive enteropathy, yaitu penyakit autoimun yang disebabkan karena hipersensitivitas terhadap gluen. Kemudian, hal ini akan menyebabkan atrofi vili dan ditandai dengan berkurangnya daerah absorpsi.
Gejala umum yang ditimbulkan oleh
penderita malabsorpsi adalah diare kronis, feses berlemak, penurunan berat
badan, cepat letih, pengecilan otot/atrofi otot, dan berbagai keluhan lainnya
yang menyangkut sistem pencernaan. Gejala feses berlemak (steatorrhea) terjadi
pada penderita malabsorpsi lemak yang disebabkan karena gagalnya penyerapan
lemak di dalam usus sehingga terbawa hingga sistem ekskresi. Namun
gejala-gejala lain juga dapat timbul bila malabsorpsi yang terjadi dibiarkan
berangsur-angsur. Karena keadaan ini dapat mempengaruhi kerja dari tubuh yang
bergantung pada kadar nutrisi yang didapat oleh tubuh.
Berkurangnya kemampuan tubuh dalam
menyerap nutrisi yang ada dikarenakan oleh beberapa penyebab. Penyebab umum
malabsorpsi adalah defisiensi enzim yang diperlukan dalam proses absorpsi,
adanya gangguan mukosa usus halus dan atrofi pada vili, berkurangnya kemampuan
absorpsi usus halus, dan berkurangnya garam empedu. Terjadinya atrofi vili pada
usus halus akan menyebabkan berkurangnya daerah penyerapan yang efektif di
dalam usus halus. Berkurangnya daerah penyerapan pada usus halus menyebabkan
penyerapan nutrisi pada usus halus menjadi kurang efektif daripada sebelumnya.
2.5. Malabsorpsi karbohidrat
Ketidakmampuan menyerap karbohidrat
karena kekurangan satu atau lebih enzim tertentu akibat terganggunya fungsi
organ tertentu. Malabsorpsi karbohidrat yang paling sering ditemukan adalah
malabsorpsi laktosa dan malabsorpsi fruktosa:
2.5. Malabsorpsi laktosa
Malabsorpsi laktosa adalah suatu
bentuk penolakan tubuh terhadap laktosa karena ketidakmampuan tubuh membentuk
laktase akibat terganggunya daya absorpsi usus. Malabsorbsi lakstosa adalah
kasus malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan.Terdapat tiga tipe
intoleransi laktosa :
-
Tipe pertama
Malabsorpsi laktosa yang disebabkan
karena adanya kelainan genetik yang diwariskan sehingga berkurangnya kemampuan
usus mengabsorpsi laktosa. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi
laktosa.
-
Tipe kedua
Malabsorpsi laktosa karena menurunnya
enzim laktase akibat peradangan yang berasal dari respon imun abnormal. Hal ini
menyebabkan sel darah putih terakumulasi dan menyebabkan peradangan kronis
sehingga enzim laktase yang dikeluarkan jadi menurun.
-
Tipe ketiga
Intoleransi laktosa tipe ini
disebabkan karena pasien mengalami mutasi pada gen yang bertanggung jawab dalam
memproduksi laktase.
Malabsorpsi fruktosa
Malabsorpsi
fruktosa disebabkan karena berkurangnya kemampuan usus dalam mengabsorpsi
fruktosa berkurang. Hal ini bisa karena adanya kelainan genetik dan peradangan
pada usus.
2 Diagnosis
·
H2
breath test
Diagnosis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi
udara yang dihembuskan keluar dari saluran pencernaan. Adanya malabsorpsi
karbohidrat ditandai dengan adanya kenaikkan level gas hidrogen atau metana
yang signifikan. Jika tes menyatakan positif, maka itu tanda bahwa terdapat
malabsorpsi karbohidrat. Sedangkan negatif berarti karbohidrat telah terserap
secara sempurna. Hal ini disebabkan karena bakteri pada usus akan menghasilkan
gas hidrogen atau metana ketika terdapat gula yang tidak terabsorpsi sempurna.
·
Diagnosis klinis
Diagnosis
klinis dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan gejala-gejala yang ada
seperti kelelahan, mual, mulas, lelah, perut kembung, serta masalah dalam buang
air besar.
Malabsorpsi Lemak
Malabsorbsi
lemak adalah gangguan pada
absorbsi lemak. Malabsorbsi lemak umumnya dapat terjadi dalam keadaan lipase
tidak ada atau kurang sehingga enzim yang berfungsi menghidrolisis lipid
menjadi asam amino dan gliserol tidak ada, sehingga lipid yang seharusnya dapat
diabsorbsi menjadi terganggu. Sebab lain adalah conjugated bile salts tidak ada atau kurang yang menyebabkan
pengemulsian lipid menjadi misel menjadi berkurang , mukosa usus halus (villi)
atrofi atau rusak yang menyebabkan absorbsi lipid dalam usus halus yang
seharusnya dapat diperluas permukaannya oleh villi menjadi terganggu, serta gangguan
sistem limfe usus yang menyebabkan pengedaran lipid ke darah menjadi terganggu.
Keadaan ini
menyebabkan diare dengan feses berlemak (steatore). Gejala klinis pada orang
dewasa dapat dilihat dari feses yang dikeluarkan, fesesnya akan mengandung lebih
dari 7 gram lemak dalam tinja per hari. Sedangkan, pada anak-anak akan terjadi
penurunan berat badan atau sulit menambah berat badan pada bayi.
2.5. Diagnosis
Uji
Steatorrhea
• Uji
makroskopis tinja, Tinja memiliki karakteristik berlemak, lembek, tidak
berbentuk (nonformed stool), berwarna coklat muda sampai kuning,
kelihatanberminyak.
• Uji
Kuantitatif. Feses dikumpulkan selama 72 jam. Jika jumlah lemak yang
dikeluarkan melalui feses lebih dari 6 g/hari menunjukkan terjadinya
steatorrhea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar