Rabu, 27 Januari 2016

Malabsorpsi

Definisi
Malabsorpsi adalah suatu keadaan dimana usus halus berkurang kemampuannya dalam menyerap nutrisi, elektrolit, mineral, dan air yang didapat dari asupan makanan. Nutrisi tersebut mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dll. Kemampuan penyerapan nutrisi oleh usus halus yang berkurang akan menyebabkan gizi yang didapat tubuh menjadi berkurang. Berkurangnya gizi yang didapat tubuh akan mempengaruhi aktivitas normal dari tubuh. Terganggunya aktivitas normal akibat malabsorpsi dapat menuju kepada penyakit lainnya seperti kelainan darah, kelainan musculoskeletal, dan kelainan saraf.
1.      Kelainan Darah
            Disebabkan karena berkurangnya absorpsi Fe yang didapat dari asupan makanan. Berkurangnya ketersediaan Fe di dalam tubuh akan berakibat pada terjadinya penyakit anemia defisiensi Fe. Kurangnya kadar asam folat dan vitamin B12 di dalam tubuh juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit anemia megaloblastik atau anemia pernisiosa. Hal ini terjadi karena asam folat dan Vit B12 merupakan unsur yang penting dalam pembentukkan prekursor asam nukleat.
2.      Kelainan Muskuloskeletal
            Disebabkan oleh kurangnya penyerapan Vitamin D dan ion Ca2+ di dalam usus halus dari asupan makanan. Keduanya merupakan unsur penting dalam pembentukan otot dan tulang. Jika kadarnya terus berkurang, maka akan mengarah pada atrofi otot dan pengeroposan tulang. Defisiensi Vitamin D akan berpengaruh pada meningkatnya resiko patah tulang dan demineralisasi tulang. Atrofi otot juga dapat terjadi karena berkurangnya kadar protein yang dibutuhkan untuk menjadi simpanan dalam tubuh dalam bentuk otot. Akibatnya massa otot menjadi berkurang dan menyebabkan terjadinya atrofi otot.
3.      Kelainan Saraf
            Dalam mekanisme penghantaran impuls pada otot lurik dibutuhkan adanya kehadiran dari ion Ca2+. Ion ini berguna untuk mengaktifkan aktin dan miosin yang terdapat di dalam otot lurik tersebut. Jika ketersediaan ion berkurang maka penghantaran impuls dari jaringan saraf ke otot lurik menjadi terganggu. Akibatnya, respon tubuh terhadap suatu rangsangan dari luar pun menjadi lambat. Hal lain juga dapat terjadi apabila terdapat defisiensi Vitamin B12. Kurangnya kadar vitamin B12 daripada yang dibutuhkan tubuh dapat mengakibatkan gejala neuropaty.Hal ini disebabkan karena terganggunya pembentukan asam nukleat karena berkurangnya kadar vitamin B­12 yang dibutuhkan.
Pada umumnya, malabsorpsi dibagi menjadi dua tipe yaitu malabsopsi fase luminal dan malabsorpsi fase intestinal. Pada malabsorpsi fase luminal, terdapat gangguan yang terjadi di lumen usus seperti tidak adanya ketersediaan enzim- enzim pankreas untuk pencernaan. Malabsorpsi fase luminal biasanya disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi pancreas dan tidak adanya enzim lipase. Tipe kedua yaitu malabsorpsi fase intestinal disebabkan karena adanya defek pada usus halus. Penyebab lainnya adalah defisiensi enzim mucosal. Contohnya adalah penyakit celiac spure atau gluten-sensitive enteropathy, yaitu penyakit autoimun yang disebabkan karena hipersensitivitas terhadap gluen. Kemudian, hal ini akan menyebabkan atrofi vili dan ditandai dengan berkurangnya daerah absorpsi.

Gejala
Gejala umum yang ditimbulkan oleh penderita malabsorpsi adalah diare kronis, feses berlemak, penurunan berat badan, cepat letih, pengecilan otot/atrofi otot, dan berbagai keluhan lainnya yang menyangkut sistem pencernaan. Gejala feses berlemak (steatorrhea) terjadi pada penderita malabsorpsi lemak yang disebabkan karena gagalnya penyerapan lemak di dalam usus sehingga terbawa hingga sistem ekskresi. Namun gejala-gejala lain juga dapat timbul bila malabsorpsi yang terjadi dibiarkan berangsur-angsur. Karena keadaan ini dapat mempengaruhi kerja dari tubuh yang bergantung pada kadar nutrisi yang didapat oleh tubuh.
Berkurangnya kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi yang ada dikarenakan oleh beberapa penyebab. Penyebab umum malabsorpsi adalah defisiensi enzim yang diperlukan dalam proses absorpsi, adanya gangguan mukosa usus halus dan atrofi pada vili, berkurangnya kemampuan absorpsi usus halus, dan berkurangnya garam empedu. Terjadinya atrofi vili pada usus halus akan menyebabkan berkurangnya daerah penyerapan yang efektif di dalam usus halus. Berkurangnya daerah penyerapan pada usus halus menyebabkan penyerapan nutrisi pada usus halus menjadi kurang efektif daripada sebelumnya.

2.5.     Malabsorpsi karbohidrat
            Ketidakmampuan menyerap karbohidrat karena kekurangan satu atau lebih enzim tertentu akibat terganggunya fungsi organ tertentu. Malabsorpsi karbohidrat yang paling sering ditemukan adalah malabsorpsi laktosa dan malabsorpsi fruktosa:
2.5.    Malabsorpsi laktosa
            Malabsorpsi laktosa adalah suatu bentuk penolakan tubuh terhadap laktosa karena ketidakmampuan tubuh membentuk laktase akibat terganggunya daya absorpsi usus. Malabsorbsi lakstosa adalah kasus malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan.Terdapat tiga tipe intoleransi laktosa :
-          Tipe pertama
           Malabsorpsi laktosa yang disebabkan karena adanya kelainan genetik yang diwariskan sehingga berkurangnya kemampuan usus mengabsorpsi laktosa. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi laktosa.
-          Tipe kedua
           Malabsorpsi laktosa karena menurunnya enzim laktase akibat peradangan yang berasal dari respon imun abnormal. Hal ini menyebabkan sel darah putih terakumulasi dan menyebabkan peradangan kronis sehingga enzim laktase yang dikeluarkan jadi menurun.
-          Tipe ketiga
           Intoleransi laktosa tipe ini disebabkan karena pasien mengalami mutasi pada gen yang bertanggung jawab dalam memproduksi laktase.

          Malabsorpsi fruktosa
Malabsorpsi fruktosa disebabkan karena berkurangnya kemampuan usus dalam mengabsorpsi fruktosa berkurang. Hal ini bisa karena adanya kelainan genetik dan peradangan pada usus.

2        Diagnosis
·         H2 breath test
Diagnosis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi udara yang dihembuskan keluar dari saluran pencernaan. Adanya malabsorpsi karbohidrat ditandai dengan adanya kenaikkan level gas hidrogen atau metana yang signifikan. Jika tes menyatakan positif, maka itu tanda bahwa terdapat malabsorpsi karbohidrat. Sedangkan negatif berarti karbohidrat telah terserap secara sempurna. Hal ini disebabkan karena bakteri pada usus akan menghasilkan gas hidrogen atau metana ketika terdapat gula yang tidak terabsorpsi sempurna.
·         Diagnosis klinis
Diagnosis klinis dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan gejala-gejala yang ada seperti kelelahan, mual, mulas, lelah, perut kembung, serta masalah dalam buang air besar.

          Malabsorpsi Lemak
Malabsorbsi lemak adalah gangguan pada absorbsi lemak. Malabsorbsi lemak umumnya dapat terjadi dalam keadaan lipase tidak ada atau kurang sehingga enzim yang berfungsi menghidrolisis lipid menjadi asam amino dan gliserol tidak ada, sehingga lipid yang seharusnya dapat diabsorbsi menjadi terganggu. Sebab lain adalah conjugated bile salts tidak ada atau kurang yang menyebabkan pengemulsian lipid menjadi misel menjadi berkurang , mukosa usus halus (villi) atrofi atau rusak yang menyebabkan absorbsi lipid dalam usus halus yang seharusnya dapat diperluas permukaannya oleh villi menjadi terganggu, serta gangguan sistem limfe usus yang menyebabkan pengedaran lipid ke darah menjadi terganggu.
Keadaan ini menyebabkan diare dengan feses berlemak (steatore). Gejala klinis pada orang dewasa dapat dilihat dari feses yang dikeluarkan, fesesnya akan mengandung lebih dari 7 gram lemak dalam tinja per hari. Sedangkan, pada anak-anak akan terjadi penurunan berat badan atau sulit menambah berat badan pada bayi.

2.5.      Diagnosis
Uji Steatorrhea
      Uji makroskopis tinja, Tinja memiliki karakteristik berlemak, lembek, tidak berbentuk (nonformed stool), berwarna coklat muda sampai kuning, kelihatanberminyak. 

      Uji Kuantitatif. Feses dikumpulkan selama 72 jam. Jika jumlah lemak yang dikeluarkan melalui feses lebih dari 6 g/hari menunjukkan terjadinya steatorrhea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar