Kamis, 28 April 2016

TUMOR MARKER PAP DAN PSA

Tumor Marker
Tumor Marker atau penanda tumor adalah zat yang ditemukan dalam darah, urine, tinja, cairan tubuh lainnya, atau jaringan dari beberapa pasien yang terkena kanker.
Digunakan untuk membantu mendiagnosa kanker, memprediksi respon pasien terhadap terapi kanker tertentu, memeriksa respons pasien terhadap pengobatan, atau menentukan apakah kanker telah kembali.

Tumor Marker PAP
Prostatic Acid Phosphatase adalah suatu enzim yang disintesis oleh kelenjar prostat. Merupakan bagian dari beberapa kelompok isoenzim, para fosfatase asam yang dapat menghidrolisis ester fosfat dalam medium asam. Dapat ditemukan pada kelenjar prostat dan air mani pria. Kadar PAP akan meningkat pada orang yang menderita kanker prostat, terutama ketika telah terjadi metastasis.
PAP dapat digunakan sebagai penanda terjadinya kanker prostat, namun dapat pula disebabkan oleh faktor lain. Studi kasus yang baru à PAP juga ditemukan di hati, sel ginjal remaja. Hal ini dikarenakan prostat disfungsi menghasilkan pelepasan PAP ke dalam darah.


Test PAP
Dilakukan untuk mengetahui apakah kanker prostat telah menyebar ke bagian lain (metastasis) melalui darah.
Persiapan untuk melakukan test ini tidak memerlukan persiapan khusus. Seperti halnya tes darah, penyedia layanan kesehatan dapat membatasi makanan tertentu atau obat sesaat sebelum tes untuk memastikan sampel yang akurat.
Hasil Test PAP : Pasien dikatakan mengalami keabnormalan PAP apabila kadar PAP tidak berada pada kisaran 1 – 3 ng / ml. Karena kirasan tersebut merupakan kadar normal PAP di dalam tubuh manusia normal.
Saat ini, PAP test tidak lagi digunakan untuk memantau kanker prostat, dan digantikan dengan PSA atau Prostate-Specific Antigen. Hal ini terjadi karena perbedaan sensitivitas antara PAP test dengan PSA. Sensitivitas PAP Test lebih rendah dibandingkan PSA (Prostat Spesifik Antigen) Test (45% : 96%).

PSA (Prostate-Specific Antigen)
PSA adalah suatu enzim (glikoprotein) yang dibentuk oleh sel-sel kelenjar dari prostat dan disekresikan ke dalam cairan mani. PSA dalam sperma, berfungsi memecah molekul protein besar menjadi bagian yang lebih kecil, yang membuat sperma lebih cair.
PSA jauh lebih spesifik untuk skrining atau deteksi dini kanker, yaitu kanker prostat.  Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk dalam aliran darah, tetapi pada kanker prostat, kadar PSA dalam darah meningkat. Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat oleh protein (c-PSA).

Peningkatan PSA
Peningkatan PSA dapat terjadi pada kelainan kanker, kanker prostat dan kelainan non kanker, misalnya prostatitis atau hiperplastia prostat jinak (BPH).
Pada BPH (pembesaran prostate yang jinak) konsentrasi free PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA yang lebih dominan.
BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra.



Kanker Prostat
Pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dan tidak terkendali di kelenjar prostat. Sebagian besar terjadi tanpa penyebab yang jelas, tetapi riwayat keluarga, paparan radiasi, dan polutan mungkin berperan dalam penyakit ini. Stadium akhirnya dapat bermetastasis pada kelenjar limfe.

Pemeriksaan
Pemeriksaan Darah untuk mengukur kadar PSA total dalam darah
   Nilai PSA normal < 4 ng/ml
   Bila kadar PSA > 4 ng/ml dalam darah direkomendasikan untuk melakukan biopsi.
   Nilai PSA > 10 harus diperiksa lebih lanjut untuk memeriksa adanya kanker prostat
Untuk membedakan kanker prostat dan BPH :
   Pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total terutama bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml dalam darah.
   Interpretasi pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total:
   <10 % : dugaan kanker prostate
   10%-25% : BPH / keganasan
   >25% : dugaan BPH









Sumber:
   Moul, Judd W., et al. "The Contemporary Value of Pretreatment Prostatic Acid Phosphatase to Predict Pathological Stage and Recurrencein Radical Prostatectomy Cases." Journal of Urology (March 1998): 935-940.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar