Jumat, 18 Maret 2016

KLASIFIKASI HIPERLIPIDEMIA


Hiperlipidemia I

Definisi dan Etiologi Hiperlipidemia

Penyakit hiperlipidemia (disebut juga hiperlipoproteinemia atau dislipidemia) merupakan kelainan metabolisme lipid yakni terjadinya peningkatan fraksi lipid dan lipoprotein dalam plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, triasilgliserol (TG), serta penurunan kolesterol HDL.
Berdasarkan penyebabnya, hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu : hiperlipidemia primer, terjadi akibat kelainan genetik. Biasanya kelainan ini ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan. Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak adanya xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit); hiperlipidemia sekunder terjadi akibat peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar & penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversibel (berulang). Beberapa obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak, seperti β-bloker, diuretik, kontrasepsi oral (estrogen, gestagen).
Menurut klasifikasi Fredrickson yang didasarkan pada pola lipoprotein pada elektroforesis atau ultrasentrifugasi, hiperlipidemia dibagi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berikut :



Tabel 1. Klasifikasi hiperlipidemia berdasarkan WHO

Penyakit hiperlipidemia sekunder juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut : usia, di mana kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya usia; jenis kelamin, dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita mulai meningkat; obesitas atau kegemukan; penggunaan alkohol; mengonsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh seperti mentega, margarin, whole milk, es krim, keju, daging berlemak; kurang melakukan aktivitas fisik; merokok; diabetes yang tidak terkontrol dengan baik; gagal ginjal; kelenjar tiroid yang kurang aktif; dan konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak seperti estrogen, pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid.

B. Gejala Hiperlipidemia
Penyakit hiperlipidemia ini memiliki potensi yang berbahaya, namun gejala-gejala yang ditimbulkan sangat awam sehingga seringkali sulit didiagnosis lebih dini pada kasus-kasus tertentu. Biasanya penyakit ini diketahui tidak sengaja pada saat medical check up.
Diagnosa kelainan lipid dapat dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol total. Untuk mengukur kadar kolesterol LDL, HDL dan trigliserida, sebaiknya penderita berpuasa dulu minimal selama 12 jam. Seorang pasien dinyatakan hiperlipidemia apabila kadar lemak darah menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari yang tertulis pada tabel.
Pemeriksaan Laboratorium
Kisaran yang Ideal (mg/dL darah)
Kolesterol total
120-200
Kilomikron
negatif (setelah berpuasa selama 12 jam)
VLDL
1-30
LDL
60-160
HDL
35-65
Perbandingan LDL dengan HDL
< 3,5
Trigliserida
10-160

Tabel 2. Kadar lemak darah normal pada manusia

C. Definisi Hiperlipidemia Tipe 1
Hiperlipidemia tipe 1 atau hiperlipoproteinemia tipe 1 (hiperkolesterolemia murni) merupakan hiperlipidemia yang disebabkan oleh asupan lipid eksogen yang berlebihan ditandai dengan peningkatan kilomikron yang melebihi batas normal. Hiperlipidemia tipe ini dapat diatasi dengan diet rendah lipid, tidak memerlukan terapi farmakologi.

D. Fisiologis Hiperlipidemia Tipe 1
Pada keadaan normal, lipid yang dikonsumsi dalam tubuh adalah kolesterol dan trigliserid. Pada kasus hiperlipidemia terjadi kelainan metabolisme lipid yang terjadi akibat kelainan produksi lipoprotein.
            Enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas menghidrolisis lemak di mana lemak tersebut akan diserap oleh sel mukosa usus halus dan disekresikan ke dalam saluran limfe mesenterikus dalam bentuk kilomikron. Dengan bantuan enzim lipoprotein lipase (LPL),kandungan trigliserida dan kilomikron dipecah menjadi kilomikron remnan (sisa), asam lemak, gliserol dan kolesterol. Kilomikron remnan akan terikat dengan hepatosit dan mengalami degradasi oleh enzim lisosom.
E. Patofisiologis Hiperlipidemia Tipe 1
Pada keadaan normal, gen LPL (Lipoprotein Lipase) akan memacu produksi enzim lipoprotein lipase dan membutuhkan bantuan apo C-II sebagai kofaktornya. Enzim lipoprotein lipase ini akan memecah lipoprotein dalam bentuk kilomikron yang membawa molekul lemak dari usus ke dalam darah. Ketika lipoprotein dipecah, lipoprotein akan melepaskan asam lemak yang disimpan dalam jaringan adiposa dan digunakan untuk energi dalam otot serta gliserol yang digunakan oleh hati untuk sintesis lemak lainnya.
Pada penderita hiperlipidemia tipe 1 terjadi defisiensi enzim lipoprotein lipase dan apo C-II yang disebabkan karena adanya mutasi pada gen LPL. Akibatnya, lipoprotein tidak akan terurai secara efisien dan menyebabkan akumulasi drastis kilomikron dalam plasma, walaupun dalam keadaan puasa. Pada dasarnya, penderita hiperlipidemia tipe 1 mengalami kegagalan memecah kilomikron menjadi asam lemak dan gliserol, sehingga kadar kilomikron (triasilgliserida) meningkat drastis.





Gambar 1. Nasib kilomikron secara metabolik

F. Parameter Klinis Hiperlipidemia Tipe 1
Parameter
Kadar Normal
Penyakit Hiperlipidemia Tipe 1
Lipoprotein lipase
LDL
100 mg/dL
Level kolesterol total
160-200 mg/dL
Trigliserida
150 mg/dL
(mencapai 1000-10.000 mg/dL)











Tabel 3. Kadar lipid pada penderita hiperlipidemia tipe 1
G. Gejala Klinis Hiperlipidemia Tipe 1
Gejala klinis penyakit hiperlipidemia tipe 1 antara lain : pankreasitis (peradangan pankreas, yang menyebabkan kerusakan kelenjar yang menetap), hepatomegali (pembesaran hati) akibat kerja hati yang berlebihan dalam membentuk triasilgliserida, dan lesi kulit berwarna kuning (xanthoma eruptif).

H. Pengobatan dan Terapi Hiperlipidemia Tipe 1
Pengobatan yang umum dilakukan untuk penderita hiperlipoproteinemia tipe 1 adalah diet rendah lemak (low-fat diet) yaitu dengan menghindari lemak baik lemak jenuh maupun lemak tak jenuh.Perawatan hiperlipoproteinemia tipe 1 ditujukan langsung untuk mengurangi kilomikron dari lemak makanan dengan juga pengurangan plasma trigliserida. Total asupan harian lemak sebaiknya tidak lebih dari 10-25 g/hari, atau sekitar 15% dari total kalori.
Pengobatan juga dilakukan dengan cara mengubah gaya hidupseperti mengonsumsi makanan rendah lemak, meningkatkan intensitas olahraga, menurunkan stress, dan tidak mengonsumsi alkohol.

Pada penderita hiperlipidemia tipe 1, terapi yang diberikan antara lain dengan mengonsumsi obat-obatan. Contohnya adalah obat statin (obat yang menurunkan kadar kolesterol atau triasilgliserol). Obat statin bekerja dengan caramenghalangi enzim yang dibutuhkan untuk membentuk kolesterol dalam hati. Selain itu obat yang sering digunakan adalah asam omega-3 atau fibrate tablets, di mana konsumsi obat digunakan jika hanya kadar triasilgliserol saja yang tinggi.

2.3.2  Hiperlipidemia II
Penyakit hyperlipidemia 2A sama seperti penyakit hiperlipidemia pada umumnya, yaitu merupakan penyakit yang disebabkan karena kadar kolesterol tinggi di dalam darah. Hiperlipidemia biasa disebut dengan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yang mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. (perkeni 2004). Penyakit ini sangat berhubungan erat dengan kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein)  di dalam darah. Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan degradasi LDL sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum, tetapi triasilgliserol normal.
Faktor genetik dan faktor sekunder adalah pembagian bagi etiologi hiperkolesterolemia. Penyebab penyakit ini antara lain berasal dari faktor genetik. Berdasarkan faktor genetiknya, hiperkolesterolemia dibagi menjadi :
·         Hiperkolesterolemia familial

Penyakit yang diturunkan segara genetis. berupa mutasi pada kromosom nomor 19  atau region ligan apo B-100 yang merupakan reseptor LDL di hati dan jaringan ekstrahepatik. Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma hal ini menyebabkan penumpukan lemak di darah.

·         Hiperkolesterolemia poligenik
Merupakan hiperkolesterolemia yang paling ditemukan namun tidak disertai xantoma ( penumpukan lemak pada jaringan ). Sesuai dengan namanya, penyakit hiperkolesterolemia poligenik merupakan interaksi antara kelainan genetik yang multipel, nutrisi dan faktor-faktor lingkungan lainnya serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik.
Faktor sekunder membawahi pola hidup serta penyakit lain sehingga hiperkolesterolemia dapat terjadi. Gaya hidup yang sering mengonsumsi makanan berlemak, kegemukan serta kurangnya olah raga ternyata diduga dapat menyebabkan penyakit hiperkolesterolemia, sedangkan diabetes mellitus adalah penyakit yang dianggap memperparah hiperkolesterolemia.
Diagnosis penyakit ini, dapat berupa pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah antropometri, frekuensi denyut nadi, tekanan darah, auskultasi irama jantung, serta EKG. Pemeriksaan laboratorium darah yaitu kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Trigliserida dan kolesterol HDL dalam plasma.
Pengobatan dan terapi farmakologi dapat dilakukan untuk mencegah penyakit hiperkolesterolemia, antara lain secara farmakologi adalah dengan meminum obat kolestiramin, kolestipol, lovastatin atau mevastatin. Sedangkan secara non farmakologi atau tIdak menggunakan obat ada cara cara mencegah penyakit ini seperti menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan, berhenti merokok, mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya, dan menambah porsi olah raga.
Hiperlipidemia tipe IIB adalah suatu kondisi dimana kadar lipid dalam darah melebihi kadar normal. Hiperlipidemia tipe IIB seringkali disebut juga sebagai Familial Combined Hypercholesterolemia, yaitu merupakan suatu penyakit genetik yang dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis, serta kematian dini yang sering terjadi akibat serangan jantung. Hiperlipidemia IIB ini ditandai dengan tingginya kadar kolesterol dan trigliserida akibat peningkatan LDL dan VLDL. Tingginya LDL dan VLDL dapat menimbulkan endapan lemak dan menyebabkan adanya pertumbuhan xantoma di lapisan kulit. Peningkatan LDL dan VLDL ini dapat terjadi karena adanya mutasi pada reseptor apolipoprotein B-100 dimana apolipoprotein B-100 ini merupakan komponen utama dari LDL dan VLDL.
Pada penyakit hiperlipidemia IIB, terjadi penurunan reseptor LDL dan peningkatan apolipoprotein B, sehingga tingkat VLDL dan LDL tinggi karena kelebihan produksi substrat, dan disertai peningkatan sintesis apolipoprotein B-100. Tingginya kadar LDL, kolesterol, dan trigliserida dapat pula disebabkan karena disregulasi dari 3-hidroksi-3-metilglutaril A reduktase (HMG-CoA reductase) yang merupakan enzim pengendali dalam biosintesis kolesterol.
Parameter klinis dari penyakit hiperlipidemia IIB ini yaitu kadar LDL dan VLDL yang tinggi, trigliserida dengan kadar 250-750 mg/dL dan kolesterol dengan kadar 250-500 mg/dL. Gejala dari penyakit hiperlipidemia IIB ini tidak muncul secara signifikan, hanya saja kondisi pasien menunjukkan adanya penyumbatan arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung, struk, dan lain lain. Hiperlipidemia IIB tidak menular, hanya perlu dilakukan screening kolesterol secara rutin untuk memantau kadar kolesterol dalam tubuh. Dalam mendiagnosis penyakit ini dapat dilihat dari riwayat keluarga yang hasil testnya menunjukkan kadar kolesterol dan triasilgliserolnya tinggi. Selain itu, dapat juga dilakukan pemantauan lewat screening kadar kolesterol.
Hiperlipidemia IIB dapat disebabkan oleh hipotiroidism, penyakit obstruktif hati, sindrim Nefrotik, anorexia nervosa, porphyria akut, serta penyalahgunaan alkohol. Pencegahan terhadap penyakit hiperlipidemia IIB ini dapat dilakukan dengan cara monitoring serta memberikan konseling kepada pasien. Apabila sudah terkena penyakit hiperlipidemia IIB ini, pasien diharuskan menurunkan berat badan dengan cara menyusun diet rendah kalori, rendah lemak, serta berolahraga. Pencegahan lainnya dapat dilakukan dengan cara menghindari rokok dan obesitas.
Penyakit hiperlipidemia tipe IIB ini dapat disembuhkan dengan terapi, baik terapi non farmakologis maupun terapi farmakologis. Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu menurunkan berat badan, berhenti merokok, mengurangi jumlah lemak dalam makanan, rutin berolahraga, mengkonsumsi obat penurun kadar lemak, serta menambahkan bekatul gandum pada makanan yang dapat membantu mengikat lemak di usus. Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obat seperti,
Nama Obat
Contoh
Cara Kerja
Obat penyerap asam empedu
Kolestiramin, kolestipol
Mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dalam aliran darah
Obat penghambat sintesa lipoprotein
Niasin
Mengurangi kecepatan sintesis VLDL yang merupakan prekursor dari LDL
Obat penghambat HMG Ko-A Reduktase
Adrenalin, Fluvastatin, Lovastatin, Sinvastatin
Menghambat pembentukan kolesterol, dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah
Obat dari derivat asam fibrat
Kolfibrat, fenofibrat, gemfibrosil
Meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase yang dapat meningkatkan katabolisme lipoprotein.
Obat probukol

Menurunkan LDL.


2.3.3  HIPERLIPIDEMIA TIPE III

            Salah satu penyakit hiperlipidemia yang  masih jarang terjadi adalah hiperlipidemia tipe III. Hiperlipidemia tipe III merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan gangguan kemampuan tubuh dalam memecah lemak tertentu, seperti lemak kaya trigliserida, yang mengakibatkan penumpukan lipoprotein sisa dalam darah dan berisiko pada perkembangan aterosklerosis dini. Hiperlipidemia tipe III ini disebabkan karena adanya kecacatan akibat terjadinya mutasi pada gen Apolipoprotein E (Apo E) yang berperan penting dalam metabolisme normal lipoprotein kaya trigliserida. Adanya kesalahan pada Apo E ini dapat mengakibatkan akumulasi partikel kaya trigliserida dalam plasma.
            Penyakit ini diawali dengan terjadinya mutasi pada genotip Apo E-3 menjadi Apo E-2. Mutasi ini menyebabkan Apo memiliki defek dan tidak dapat berikatan dengan reseptor lipoprotein. Pada keadaan metabolisme yang normal, VLDL remnans atau IDL yang mengandung trigliserida, kolestrol, Apo B, dan Apo E akan masuk ke hati melalui reseptor LDL (reseptor Apo B-100/Apo-E). Akan tetapi, Apo E yang telah mengalami mutasi tidak dapat berikatan dengan reseptor lipoprotein ini sehingga IDL (VLDL remnant) tidak dapat masuk ke hati. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penumpukan kilomikron dan VLDL remnant dalam darah, sehingga berisiko terkena stroke, aterosklerosis, dan penyakit lainnya.
            Penyakit hiperlipidemia III ini menunjukkan beberapa gejala, seperti nyeri perut, xanthoma (penimbunan lemak tertentu di bawah permukaan kulit), dan aterosklerosis yang berkembang pada usia dini, yang ditandai dengan terjadinya nyeri dada awal (angina) atau penurunan aliran darah ke bagian tertentu dari tubuh. Pada penderita pria, pertumbuhan lemak di bawah kulit akan tampak pada masa dewasa awal, sedangkan pada penderita wanita, pertumbuhan lemak ini akan terlihat 10-15 tahun kemudian. Namun, jika penderitanya mengalami obesitas, baik pada pria maupun wanita, pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal.
            Pada pemeriksaan, penyakit hiperlipidemia tipe III ditandai dengan meningkatnya kadar kolestrol, serta triasilgliserol yang berkisar antara 250-750 mg/dl dalam plasma. Selain itu, hiperlipidemia tipe III juga ditandai dengan meningkatnya kadar VLDL dan IDL yang melebihi batas normal, sedangkan nilai LDL normal. Penderita juga seringkali mengalami diabetes ringan dan peningkatan kadar asam urat dalam darah.

2.3.4    Hiperlipidemia Tipe IV
Disebut juga hipertrigliseridemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar trigliserida dalam darah yang lebih tinggi dari normal. Kadar Trigliserida yang diperlukan oleh tubuh di bawah 150 mg/dL (1,7 mmol/L). Sedangkan kadar di atas 200 mg/dL (2,3 mmol/L) mengindikasikan adanya hipertrigliseridemia
Etiologi
Hipertrigliseridemia dapat disebabkan oleh berikut:
a.      Hipertrigliseridemia primer
Disebabkan oleh hasil dari berbagai cacat genetik yang menyebabkan metabolisme trigliserida tidak teratur.
b.      Hipergliseridemia sekunder
Disebabkan oleh diet tinggi lemak, obesitas, diabetes, hipotiroidisme, dan obat-obatan tertentu.
Gejala
Gejala umum hiperlipidemia :
    Tanpa gejala, ini biasanya terjadi pada saat-saat awal terjadinya hiperlipidemia
    Nyeri abdomen berat
    Pankreatitis
    Xanthomas eruptif
    Polineuropati perifer
    Hipertensi

Patofisiologi
               Kadar VLDL meningkat, sedangkan  kadar LDL normal atau berkurang, mengakibatkan kolesterol normal atau  meningkat dan peningkatan kadar gliserol yang berbeda. Peningkatan kadar triasilgliserol yang terkandung di dalam VLDL dan kemungkinan akan berkembang menjadi aterosklerosis. Kondisi berhubungan dengan abnormalitas toleransi glukosa (resisten insulin) dan obesitas.
Diagnosis
Hiperlipidemia Tipe IV ditandai oleh peningkatan VLDL dan kadar trigliserida hampir selalu kurang dari 1000 mg / dL. Kadar kolesterol serum normal. Tipe IV Penyakit ini ditandai dengan keruhnya serum dan tingkat kolesterol normal atau hanya sedikit lebih tinggi dari kadar normal. Hyperlipoproteinemia dapat bersifat primer, yang dihasilkan dari karakteristik diwariskan, atau sekunder, yang disebabkan oleh diabetes yang kurang terkontrol, alkoholisme, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronis, dan dysgammaglobulinemia.
Disebut juga dengan Familial Hyperlipemia. Cacat metabolik utama berasal dari familial hypertriglyceridemia (FHTG) yang meningkatkan sintesis trigliserida di hati disertai dengan akumulasi trigliserida kaya VLDL dalam plasma, akibat dari kejenuhan proses katabolik.

Parameter Klinis
Parameter klinis pada Hiperlipidemia tipe IV adalah sebagai berikut :
1.VLDL tinggi
2.Kadar trigliserida yang hampir selalu kurang dari 1000 mg/DL
3.Penampakan plasma nya jelas terlihat keruh
4.Level serum kolestrol normal atau sedikit lebih tinggi

2.3.5  Hiperlipidemia Tipe V
I.                    Pengertian

Merupakan penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak mampu memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana mestinya.

II.                  Penyebab

Terkadang dipengaruhi oleh faktor keluarga, terkait dengan ketidaksempurnaan pembersihan trigliserida eksogen maupun endogen yang tidak sempurna dapat dan ancaman resiko pankreatitis seumur hidup.
Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :
a.                  Penyalahgunaan alkohol
b.                  Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
c.                   Gagal ginjal
d.                  Obesitas

III.                Gejala

·                      Diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal.
·                     Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit, pembesaran
hati dan limpa serta nyeri perut.
·                     Biasanya terjadi diabetes ringan dan peningkatan asam urat.
·                     Banyak penderita yang mengalami kelebihan berat badan.

IV.                Patofisiologi

-                      Kadar VLDL dan kilomikron serum meningkat. LDL normal atau berkurang.Ini
menyebabkan kadar kolesterol meningkat dan triasilgliserol sangat meningkat.
-                      Penyebabnya adalah peningkatan produksi atau penurunan bersihan VLDLdan
kilomikron. Biasanya suatu kelainan genetic.Paling sering terjadi pada orang
dewasa yang gemuk dan/atau diabetic.

V.                  Pemeriksaan dan Parameter Klinis

a.                  Pemeriksaan fisik harus menggambarkan:

              Ada atau tidaknya faktor resiko jantung.
              Sejarah penyakit jantung atau gangguan lipid.
              Ada atau tidaknya faktor sekunder hiperlipidemia termasuk pengobatan secara
bersamaan.
              Ada atau tidaknya xantoma, nyeri abdomal, atau sejarah pankreatitis, penyakit
ginjal atau hati, atau penyakit pembuluh darah otak (bruits carotid, stroke,
serangan iskemik transient).

b.                  Parameter Klinis

VLDL Levels
High
LDL Levels
Usually low
Chylomicron
Increase
Appearance of Plasma
Creamy layer over turbid infranatant on standing
The triglycerides
are invariably greater than 1000 mg/dL, and total cholesterol levels are always elevated
Lipoprotein Lipase
Decrease


VI.                Pengobatan
·         Penurunan berat (jika terjadi) sangat penting.
·         Diet harus mengandung protein, rendah lemak dan karbohidrat yang terkontrol
serta tidak boleh mengkonsumsi alcohol. Jika perlu, terapi obat termasuk niasin, klofibrat dan/atau gemfibrozil atau lovastatin.

VII.              Obat Untuk Penderita Hiperlipidemia tipe V
1. Niasin
Dapat dikonsumsi berdasarkan hasil dari ADMIT (arterial disease multiple intervention trial) di mana jumlah trigliserida menurun hingga 23%, HDL-C meningkat hingga 29%, peningkatan glukosa sangat kecil (sekitar 8.7 mg/dL), dan hemoglobin A1C tidak berubah.

2. Statin.
Dapat dikonsumsi karena statin mampu mengurangi jumlah trigliserida dan meningkatkan jumlah HDL.

2.3.6  HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER
I.                    PENGERTIAN HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER
Hiperlipidemia sekunder adalah kondisi abnormal yang disebabkan oleh faktor tertentu seperti obat –obatan dan penyakit.
II.                  HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER AKIBAT GOLONGAN OBAT
Hiperlipidemia sekunder ini dapat disebabkan karena penggunaan obat golongan tertentu.
1.                  Golongan diuretik ( obat antihipertensi)
golongan diuretik thiazid dan loop diuretik dapat menyebabkan hiperlipidemia dengan cara meningkatkan VLDL (Very Low Density Lipid) dan LDL (Low Density Lipid).
2.                  Golongan Kortikostetorid
pengaruh pemberian glukokortikoid pada kadar lemak sudah terbukti dengan melakukan penelitian pada pasien asma, rematoid artritis dan gangguan jaringan ikat. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa pengobatan dengan prednisolon ternyata dapat meningkatkan kadar LDL dalam tubuh
3.                  ß-blocker
ß-blocker mempengaruhi metabolisme yang dampaknya dapat menaikan kadar trigliserida dan menurunkan HDL tetapi tidak mempengaruhi LDL.
4.                  Obat Pil KB (Kontrasepsi Oral), esterogen dan progesteron bersifat mineralkortikoid dan glukokortikoid yang menyebabkan hipertensi dan diabetes mellitus. Efek kedua hormon tersebut bersifat berlawanan. Esterogen sedikit menaikkan VLDL dan HDL, serta menurunkan LDL terutama pada wanita menopause. Sebaliknya progesteron menaikkan LDL dan menurunka VLDL dan HDL.
5.                  Siklosporin
siklosporin adalah suatu obat penekan imunitas terutama digunakkan untuk menekan penolakan transplantasi organ, Obat golongan ini dapat meningkatkan LDL.
6.                  Golongan obat yang dapat menginduksi enzim makrosomal hati, contoh obat golongan ini yakni karbamazepin, fenitoin, fenobarbital, rifamfisin. Obat obatan tersebut dapat meningkatkan kadar HDL, tetapi dapat juga meningkatkan kadar VLDL dan LDL walaupun jumlahnya tidak sebanyak peningkatan pada HDL.

III.                HIPERLIPIDEMIA SEKUNDER AKIBAT PENYAKIT TERTENTU
Hiperlipidemia adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya kelainan pada metabolisme lemak. Hiperlipidemia ini ditandai dengan peningkatan jumlah lipid (dapat berupa trigliserida (TG) dan kolesterol) dan/atau lipoprotein (dapat berupa LDL dan VLDL) di dalam darah, sebagaimana dapat diklasifikasikan dalam tabel di bawah ini
Klasifikasi
TG level
(dalam mg/dL)
Tingkat normal
< 150
Perbatasan
150 - 199
Tingkat TG tinggi
200 - 499
Tingkat TG sangat tinggi
>500











Hiperlipidemia dapat diwariskan dan meningkatkan risiko terkena kelainan pembuluh darah, kelainan tersebut akan mengarah kepada penyakit stroke dan penyakit jantung. Hiperlipidemia terbagi menjadi dua macam, yaitu hiperlipidemia primer dan hiperlipidemia sekunder. Hiperlipidemia primer adalah salah satu jenis hiperlipidemia yang terjadi karena perihal genetik atau keturunan. Di samping terdapat hiperlipidemia primer, terdapat pula hiperlipidemia sekunder. Hiperlipidemia sekunder adalah salah satu jenis hiperlipidemia yang terjadi bukan karena hal-hal yang diterkait dengan pewarisan gen dari orangtua ke anaknya. Dengan kata lain, hiperlipidemia sekunder adalah acquired condition dan bukan merupakan inherited condition. Hiperlipidemia sekunder ini timbul disebabkan oleh beberapa penyebab seperti diabetes atau obesitas. Pada lembar tugas mandiri ini, saya akan membahas lebih dalam tentang hiperlipidemia sekunder ditinjau dari patofisiologi, gejala, pemeriksaan lab, dan terapi.

Penyebab
Hiperlipidemia sekunder disebabkan oleh beberapa hal, yaitu keadaan obesitas, kurangnya olahraga dan tidak memiliki pergerakan (hanya duduk terus-menerus), kebiasaan merokok, beberapa medikasi tertentu, beberapa penyakit tertentu, dan pengonsumsian alkohol yang berlebihan. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan hiperlipidemia sekunder, karena merokok dapat mengurangi jumlah HDL dalam tubuh. Pengobatan atau medikasi tertentu dapat menyebabkan hiperlipidemia sekunder, seperti pengonsumsian obat pengendali kehamilan, estrogen, kortikosteroid, beta blocker, dan antidepresan tertentu. Beberapa penyakit juga dapat menyebabkan hiperlipidemia sekunder, seperti penyakit diabetes, hipotiroidisme, cushing syndrome, dan penyakit jantung. Selain beberapa hal yang telah dijelaskan sebelumnya, makanan juga dapat menjadi penyebab timbulnya kelainan ini, yaitu jenis makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi seperti daging berwarna merah, high fat dairy products, dan kuning telur.

Patofisiologi
Hiperlipidemia sekunder memiliki patofisiologi seperti berikut:
·                     Peningkatan LDL-C dan pengurangan HDL-C
Peningkatan LDL-C dan pengurangan HDL-C ini merupakan tahap awal terjadinya hiperlipidemia sekunder. Pada tahap ini, terjadi kemungkinan lain selain terkena hiperlipidemia sekunder secara langsung yaitu kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner, yang tetap akan berujung pada keadaan hiperlipidemia sekunder pula. Akan tetapi, pengembangan penyakit jantung koroner tetaplah bahaya dan juga harus diwaspadai.
·                     Disfungsi endotelial
Hipotesa respon terhadap cedera menyatakan bahwa faktor risiko seperti LDL teroksidasi, cedera mekanik kepada endothelium, hoomosistein berlebih, atau perubahan endotelial yang terinfeksi akan mengakibatkan tubuh menuju keadaan disfungsi endotelial dan akan mengarah pula kepada aterosklerosis (yang terbentuk oleh kumpulan interaksi seluler di endotelium yang tidak berfungsi).
·                     Lesi aterosklerosis
Lesi aterosklerosis ini disebabkan oleh transpor plasma LDL-C melalui lapisan sel endotelial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ketika berada di dinding arteri, LDL diubah secara kimia melalui oksidasi dan glikasi non-enzimatik. LDL yang sedikit ini teroksidasi dan menarik monosit ke dinding arteri, lalu selanjutnya monosit ini berubah menjadi makrofag menimbulkan oksidasi pada LDL.
·                     Respon Inflamasi
Peristiwa oksidasi pada LDL yang sedikit tadi menimbulkan respon inflamasi yang dimediasi oleh chemoattractant dan sitoleukin. Tahap ini merupakan kontrol genetik dari hiperlipidemia (namun cenderung lebih spesifik pada hiperlipidemia primer).

Gejala
Tidak ada gejala khusus dan spesifik (terutama gejala fisik dan psikis) yang dapat menandakan bahwa seseorang terkena hiperlipidemia sekunder. Namun, apabila seseorang telah memiliki kadar trigliserida dalam level yang tinggi jumlahnya, lemaknya akan terdeposit di kulit dan membentuk benjolan yang disebut dengan xanthoma. Selain itu, apabila seseorang telah memiliki kadar trigliserida dalam level yang sangat tinggi jumlahnya akan menyebabkan pembesaran limpa atau hati, sehingga seseorang tersebut akan merasakan sensasi panas terbakar pada kaki dan tangannya, kesulitan bernapas, dan merasa kebingungan.

Diagnosis
Hiperlipidemia sekunder ini dapat diidentifikasi melalui pemerikasaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium tersebut yaitu dengan melakukan tes darah yang meliputi:
ü    Tes HDL
Tes HDL ini menunjukkan banyak atau sedikit kadar HDL dalam darah, karena HDL berperan dalam tubuh untuk membawa kolesterol dalam darah menuju hati untuk diproses lebih lanjut guna menghindari terjadinya penumpukan kolesterol pada saluran darah. Semakin banyak kadar HDL dalam darah, maka kemungkinan seseorang terkena hiperlipidemia sekunder akan kecil. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki kadar HDL sedikit di dalam darah, maka perlu diwaspadai bahwa seseorang tersebut dapat terkena risiko penyakit jantung yang juga merupakan penyebab hiperlipidemia sekunder. Tingkatan jumlah HDL dalam darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


ü    Tes LDL
Tes LDL ini menunjukkan banyak atau sedikit kadar LDL dalam darah. Semakin banyak kadar LDL dalam darah, maka kemungkinan seseorang terkena hiperlipidemia sekunder akan besar karena banyaknya LDL akan menimbulkan penumpukan pada saluran pembuluh darah dan dapat membahayakan tubuh. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki kadar LDL sedikit di dalam darah, maka seseorang tersebut akan mendapat kemungkinan sangat kecil terkena hiperlipidemia sekunder. Tingkatan jumlah LDL dalam darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

ü    Tes trigliserida
Tes trigliserida ini menunjukkan banyak atau sedikit kadar trigliserida dalam darah. Kemungkinan terjadinya hiperlipidemia sekunder pada tes trigliserida ini dapat dinyatakan dalam tabel di bawah ini:

Klasifikasi
TG level
(dalam mg/dL)
Tingkat normal
< 150
Perbatasan
150 - 199
Tingkat TG tinggi
200 - 499
Tingkat TG sangat tinggi
>500

            Seseorang dapat terkena hiperlipidemia sekunder apabila dia memiliki kadar trigliserida
dalam jumlah tinggi dan sangat tinggi seperti yang tertera pada tabel sebelumnya.
ü    Tes total kolesterol
Tes total kolesterol menunjukkan jumlah antara HDL kolesterol, LDL kolesterol, dan trigliserida dalam tubuh kita (dalam darah). Kemungkinan terjadinya hiperlipidemia sekunder pada tes total kolesterol dapat dinyatakan dalam tabel di bawah ini:

Apabila seseorang memiliki total kolesterol dalam jumlah yang tinggi, maka seseorang dapat terkena hiperlipidemia sekunder dalam kemungkinan yang besar.
Pengobatan dan Pencegahan
Hiperlipidemia sekunder dapat diatasi atau dicegah dengan melakukan beberapa cara, yaitu:
·                     Diet lemak jenuh dan kolesterol
Diet lemak jenuh dan kolesterol dapat menurunkan kadar LDL yang berlebih dalam tubuh. Beberapa ahli merekomendasikan untuk membatasi lemak dalam makanan agar makanan tersebut tidak mengandung lebih dari 25-30 % dari jumlah kalori total. Hal tersebut dapat direalisasikan dengan cara mengurangi pengonsumsian daging merah, kelapa, kuning telur, produk susu, dan beberapa kacang-kacang. Selain itu, kita juga dapat menggantikannya dengan makanan yang memiliki lemak jenuh yang rendah, contohnya seperti margarine, serta dapat mengonsumsi buah-buahan, ikan, dan ayam (tanpa kulit).
·                     Pengonsumsian obat
Hiperlipidemia sekunder dapat diobati dengan obat-obatan yang bersifat lipid-lowering drugs, seperti niacin, statin, derivat asam fibrat, pengikat asam empedu, penghambat absorpsi kolesterol, dan suplemen dari lemak omega-3 (akan dijelaskan dalam gambar tabel). Setiap obat yang telah disebutkan sebelumnya memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Obat-obat ini dapat bekerja lebih banyak daripada tingkat lipid rendah itu sendiri. Sehingga, obat-obat ini dapat mengobati hiperlipidemia sekunder.






·                     Olahraga
Memperbanyak olahraga dapat mencegah hiperlipidemia sekunder.
·                     Mengurangi berat badan
Mengurangi berat badan merupakan salah satu cara efektif yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperlipidemia sekunder, terutama untuk orang yang mengalami obesitas.



1 komentar: