Kamis, 24 Maret 2016

JANTUNG KORONER

Definisi dan Etiologi
Jantung Koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan menumpuk dibawah lapisan terdalam (endotellium) dari dinding pembuluh nadi. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah ini dapat mengehentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina, Krisnatuti, 1999). Pada kondisi normal, pembuluh darah arteri koroner berfungsi untuk mengalirkan darah dengan membawa sari-sari makanan dan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh otot jantung agar bisa berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh
EtiologiYang dapat menyebabkan terjadi sumbatan pada pembuluh arteri koroner adalah:
a.    Hiperkolesterolemia (kolesterol dalam darah tinggi), Hipertrigliseridemia (Trigliserida dalam darah tinggi), Hiperlipidemia (Segala jenis lemah di darah tinggi). Substansi tersebut (zat lemak) yang tinggi dalam darah akan ikut mengalir bersama darah menuju otot jantung dan  melewati arteri koroner yang sangat kecil, kemudian zat zat lemak akan  menempel dan menumpuk sehingga menutupi pembuluh darah arteri coroner.
b.    Riwayat keturunan yang  memiliki penyakit jantung
c.    Hipertensi. Tingginya tekanan darah disebabkan karena konsentrasi darah yang tinggi. Konsentrasi darah yang tinggi membuat viskositas darah meningkat sehingga dapat menyumbat pembuluh darah arteri koroner apabila melewatinya.
d.    Kadar Kolesterol HDL rendah dan LDL tinggi. HDL bertugas mengangkut kolesterol dari jaringan kehati untuk dimetabolisme menjadi garam empedu. Sementara LDL berfungsi  mengangkut kolesterol dari hati menuju jaringan. Apabila kadar HDL rendah dan LDL tinggi, maka akan banyak kolesterol yang menumpuk dijaringan, termasuk jaringan endotel pada pembuluh darah arteri koroner.  Kolesterol yang disimpan akan membuat jaringan endotel semakin membesar ke arah dalam dan menyempitkan bahkan menyumbat arteri coroner.
e.    Obesitas. Obesitas dimana kegemukan dipicu karena banyaknya simpanan lemak dijaringan tubuh sehingga menyumbat pembuluh tersebut.
f.     Diabetes Mellitus. DM menyebabkan kadar glukosa darah naik  terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Gula darah menjadi pekat sehingga terjadi pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner
g.    Gaya hidup tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga, dan stress. Berbagai penelitian menunjukkan oang yang kurang bergerak lebih mudah terkena PJK dibanding dengan yang aktif bergerak dikarenakan aktifitas fisik akan meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan faktor resiko koroner lainnya seperti tekanan darah tinggi, kegemukan, maupun diabetes. Stress merangsang hormone adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Efek rokok akan meyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO. Katekolamin juga dapat menambah reaksi  trombosis dan juga menyebabkan kerusakan dinding arteri sedangkan glikoprotein tembakau dapat menimbulkan  reaksi hipersensitif dinding arteri
Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya
Lesi diklasifikasikan sebagai endapan lemak, plak fibrosa, dan lesi komplikata, sebagai berikut :
a.      Endapan lemak, yang terbentuk sebagai tanda awal aterosklerosis, dicirikan dengan penimbunan makrofag dan sel-sel otot polos terisi lemak (terutama kolesterol oleat) pada daerah fokal tunika intima (lapisan terdalam arteri). Endapan lemak mendatar dan bersifat non-obstruktif dan mungkin terlihat oleh mata telanjang sebagai bercak kekuningan pada permukaan endotel pembuluh darah.
b.      Endapan  lemak biasanya dijumpai dalam aorta pada usia 10 tahun dan dalam arteri koronaria pada usia 15 tahun. Sebagian endapan lemak berkurang, tetapi yang lain berkembang menjadi plak fibrosa.
c.       Plak fibrosa (atau plak ateromatosa) merupakan daerah penebalan tunika intima yang meninggi dan dapat diraba yang mencerminkan lesi paling khas aterosklerosis lanjut dan biasanya tidak timbul hingga usia dekade ketiga.
Awal mula menyebarnya penyakit jantung koroner karena penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran,pembekuan darah, dan lain-lain. Proses-proses tersebut akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius. Akibat yang timbul itu bisa dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark jantung.
Dalam tubuh, transport lemak berlangsung dalam partikel lipoprotein, yaitu low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). Apo B-100 merupakan protein yang terdapat pada partikel-partikel lipoprotein yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner. Lebih dari 90% Apo B-100 teradapat pada partikel LDL, sehingga jika kadar LDL tinggi, maka akan semakin tinggi pula resiko penyakit jantung koroner.
Apo B-100 sangat penting peranannya dalam aterosklerosis karena dengan adanya Apo B-100 maka akan ada interkasi antara Apo B-100 dengan bagian dinding pembuluh darah yang mengakibatkan partikel LDL tersebut tertahan di dalam dinding pembuluh darah. Partikel lipoprotein-mengandung Apo B yang tertahan inilah yang akan meningkatkan resiko aterosklerosis karena partikel lipoprotein tersebut akan dirubah menjadi partikel berbahaya yang meningkatkan resiko PJK.




Manifestasi klinis

Menurut AHA (American Health Association) manisfestasi dari PJK adalah:
  1. Tidak ada simptom dimana tidak merasakan sesuatu yang menjadi gejala-gejala suatu penyakit. Hal ini disebut Silent Iskemia. Penderita diabetes rentan terhadap Silent Iskemia.
  2. Angina (Angina Pectoris).  Ditunjukkan dengan sakit dada sementara sewaktu melakukan gerakan fisik atau olahraga.
  3. Angina tidak stabil. Sakit dada yang tiba-tiba terasa sewaktu dalam keadaan istirahat atau terjadi lebih berat secara tiba-tiba
  4. Serangan jantung (myocardial infarction) . Bila alirah darah ke pembulu arteri koroner terhalang sepenuhnya
Diagnosa

Tahapan-tahapan untuk diagnosis pasien dengan Jantung Koroner :
Ø  Anamnesis (Wawancara)
Wawancara merupakan cara untuk membuat hipotesis (kemungkinan), apakah keluhan nyeri dada ‘angina pektoris’ yang dirasakan oleh seseorang merupakan gejala khas (‘typical’) untuk penyakit jantung koroner

Ø  Pemeriksaan Penunjang
a.      Elektrokardiogram (EKG)
b.      Pemeriksaan Laboratorium
c.       Rontgen Dada
d.      Ekokardiografi
e.      Treadmill
f.        Angiografi Koroner
g.      CT Scan

*      Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG mampu merekam aktivitas 'listrik' jantung. Sumbatan koroner pada jantung yang mengalami 'iskemik' menyebabkan gangguan aktivitas 'listrik' jantung yang terdeteksi melalui 'elektrokardiogram'. EKG juga dapat merekam berbagai kelainan aktivitas listrik jantung lainnya.
*      Pemeriksaan Laboratorium
ü  Pemeriksaan Kadar Kolesterol-LDL
Pemeriksaan ini guna mengetahuin penyumbatan lemak di jantung koroner.
ü  Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini dilakukan karena kadar gula dalam darah yang tinggi juga mempengaruhi penyakit jantung
*      Rontgen Dada
a.      Pemeriksaan foto Röntgent dada merupakan pemeriksaan pencitraan dengan sinar-X dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran / kesan tentang rongga dada.
b.      Identifikasi ukuran jantung untuk melihat penderita jantung koroner telah masuk tahap lanjut atau belum. Jika penderita jantung telah masuk tahap lanjut maka jantung akan terlihat membesar. Hal ini dikarenakan pembuluh darah yang menyempit mengakibatkan kerja jantung lebih berat sehingga membuat ukurannya membesar.
*      Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah alat yang dapat mengamati struktur jantung dan pembuluh darahnya dengan menggunakan teknik pencitraan dari pantulan gelombang suara ultra. Jadi prinsipnya seperti pemeriksaan USG (Ultra Sonografi). Pantulan gelombang suara ultra yang tertangkap diproses oleh komputer lalu ditampilkan di dalam monitor. Pada penderita PJK, otot jantung yang kurang mendapatkan aliran darah akan terlihat lebih 'lemas' dan kurang gerak, sehingga dapat dicurigai sebagai suatu petanda adanya penyakit jantung koroner. Pemeriksaan ekokardiografi juga dapat mendeteksi berbagai komplikasi akibat PJK seperti pembengkakan jantung dan kebocoran katup jantung.
*      EKG Treadmill
a.      Pemeriksaan treadmill atau 'EKG dengan uji latih beban jantung' sebenarnya merupakan modifikasi dari pemeriksaan EKG, yaitu pada saat pemeriksaan penderita diberikan beban aktivitas yang menyebabkan jantung disengaja mengalami peningkatan kebutuhan aliran darah sehingga 'gejala iskemik' dapat terekam oleh EKG.
b.      Bila seseorang tidak dapat melakukan treadmill di atas alat uji (sepeda atau treadmill), maka ia akan diberikan beban buatan pada jantung dengan pemberian obat-obatan sehingga seolah-olah jantung sedang beraktifitas (‘pharmacological stress’). Uji  ini misalnya dilakukan pada penderita cacat kaki yang mengeluh nyeri dada.
*      Angiografi Koroner (Kateterisasi Jantung)
a.      Pemeriksaan dengan pemasukan kateter atau semacam selang melalui pembuluh nadi (arteri) sampai ke muara pembuluh koroner, setelah itu penginjeksian cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner. Dari tes ini dapat dilihat ada atau tidaknya penyempitan pembuluh

b.      Dari sini dapat diketahui penyembuhan dengan obat atau dengan pemasangan balon atau cincin untuk menahan penyempitan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar