Senin, 14 Maret 2016

DEFISIENSI G6PD

DEFINISI
Glukosa-6-fosfatdehidrogenase (G6PD) adalah enzim yang bekerja pada metabolism karbohidrat. Enzim ini terdapat di sitoplasma, yang tersebar di seluruh sel dengan kadar yang berbeda-beda sesuai fungsinya masing-masing. Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase memiliki peran vital dalam metabolisme karbohidrat sehingga kekurangan enzim tersebut didalam sel akan menggangguproses metabolisme karbohidrat. G6PD juga berfungsi mereduksi nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADP) menjadi NADPH.NADPH berfungsi melindungi sel dari kerusakan oksidatif akibat radikal bebas. Dalam keadaan normal, sel darah merah atau eritrosit tidak dapat menghasilkan NADPH sehingga sel ini lebih rentan terkena kerusakan oksidatif. Pada metabolisme karbohidrat, NADPH diproduksi melalui jalur pentosa fosfat atau HMP Shunt.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Kekurangan enzim G6PD dapat menyebabkan defisiensi G6PD. Defisiensi G6PD adalah kondisi genetis yang diwariskan melaui gen yang sex linked (terkait jenis kelamin) pada kromosom X, yang dapat mengakibatkan anemia hemolitik akut, anemia hemolitik kronik non spherositik, hiperbilirubinemia pada neonatus, dan lainnya, karena G6PD adalah enzim yang membantu memperkuat dinding sel darah merah. Penyakit ini lebih umum terjadi pada laki-laki karena mereka hanya memiliki satu kromosom X. Sementara itu, wanita lebih sering menjadi pembawa (carrier) dari kelainan ini.
Apabila terjadi kekurangan enzim ini, maka sel darah merah akan lebih mudah pecah. Penurunan aktivitas G6PD menghasilkan peningkatan kepekaan terhadap aksi hemolitik obat dan zat kimia yang secara teratur menghasilkan hemolisis pada orang normal dan juga terhadap banyak obat yang secara tidak normal menghasilkan hemolisis. Keadaan ini karena adanya enzim G6PD yang tidak normal dengan aktivitas yang rendah sehingga apabila sel darah merah terpapar dengan bahan yang bersifat oksidan, akan mengalami hemolisis.
Proses Glukosa 6 fosfat diubah menjadi 6-fosfoglukonolakton menggunakan bantuan enzim G6PD, pada pembentukan 6-fosfoglukonolakton, NADPH berikatan GSSG dengan bantuan GR menghasilkan glutation tereduksi atau GSH dan NADP. GSH berikatan dengan H2O2 dengan bantuan GPx (Glutation Peroksidase) menghasilkan H2O dan GSSG. Apabila terjadi defisiensi G6PD, proses ini tidak berlangsung, sehingga terjadi penumpukan H2O2 (Hidrogen Peroksida) yang bersifat oksidan di dalam tubuh sehingga sel darah merah menjadi mudah lisis, menyebabkan perbesaran limpa dan hepar.
Menurut patofisiologi, terjadinya hemolisis sel darah merah karena G6PD yang berkurang, ditandai dengan demam yang disertai jaundice (kuning) dan pucat di seluruh tubuh dan mukosa, urin juga berubah warna menjadi jingga-kecoklatan, ditemukan tanda shock (nadi cepat dan lemah, frekuensi pernapasan meningkat), dan mengalami tanda-tanda kelelahan umum.

  Gejala dan Gambaran Klinis
Sebagian besar kasus defisiensi G6PD relatif ringan dan tidak memiliki gejala.Gejala baru timbul saatpenderita mengalami sakit dan mengkonsumsi obat-obatan; makan kacang fava (kacang babi); atau setelah menghirup uap kapur barus.Jika bersentuhan dengan bahan tersebut penderita defiensi G6PD akan mengalami kejang otot, kelelahan otot, infeksi kronis, dan anemia. Penderita defisiensi G6DP juga memiliki kemungkinan besar mengalami keguguran saat hamil dan melahirkan anak yang cacat. Pada penderita defisiensi derajat berat, gejala dapat timbul tanpa faktor pencetus.

DIAGNOSIS
Kekurangan kadar G6PD pada sel menyebabkan berbagai penyakit dan dapat dilakukan diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut. Pada pemeriksaan fisik, didapat data bahwa orang yang terkena penyakit tersebut memiliki ciri keadaanpucat,jaundice (kuning pada bayi), mudah letih, sesak napas,jantung berdebar-debar, dan hemoglobinuria.
-       Pemeriksaan laboratorium
Dilihat hasil uji retikulosit dan sediaan apus darah, Hb kurang, bilirubin tinggi,dan pada blood film menunjukkan blister cells, retikulosit, dan heinz body.
-       Uji spesifik
Dilakukan beberapa uji yaitu (1) uji fluoresens yang apabila tidak mengalami defisiensi atau dalam keadaan normal akan terjadi perubahan NADP menjadi NADPH dan menimbulkan warna, dan (2) uji biru metilen, yang akan menunjukkan hasil apabila mengalami defisiensi G6PD akan terjadi perubahan warna dari warna merah transparan hemoglobin berubah menjadi coklat lumpur methemoglobin dengan keberadaan biru metilen.

  Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit akibat defisiensi enzim G6PD merupakan penyakit yang bersifat bawaan yang tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu diperlukan beberapa langkah untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Pencegahan dapat dibagi menjadi primer, sekunder, dan tersier.
1.    Upaya Pencegahan Primer
Dapat dilakukan skrining untuk mengetahui frekuensi (angka kejadian) kelainan enzim G6PD di masyarakat yang membantu diagnosis dini karena sebagian besar defisiensi G6PD tidak menunjukkan gejala klinis, sehingga pemahaman mengenai akibat yang mungkin timbul pada penderita yang terpapar bahan oksidan masih belum sepenuhnya dipahami serta disadari dan dapat mengakibatkan diagnosis dini yang terlewatkan. Masih termasuk pencegahan primer yaitu dengan memberikan informasi danpendidikan kepada masyarakat mengenai kelainan enzim G6PD, termasukberupa konseling genetik pada pasangan resiko tinggi. 
2.    Upaya Pencegahan Sekunder
Berupa pencegahan terhadap terpaparnya penderitadefisiensi enzim G6PD dengan bahan-bahan oksidan yang dapatmenimbulkan manifestasi klinis yang merugikan sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yangoptimal. Sekali diagnosa defisiensi enzim G6PD ditegakkan, orang tua dianjurkan untuk menghindari bahan-bahan oksidan termasuk obat-obat tertentu, juga harus dijelaskan mengenai resiko terjadinya hemolisis pada infeksi berulang. Selain itu perlu juga dilakukan skrining G6PDpada saudara kandung dan anggota keluarga yang lainnya. Beberapa obat-obatan dan bahan kimia (bahan oksidan) yang dapat menyebabkan hemolisis pada pasien dengan defisiensi G6PD (Cappellini, 2008) antara lain yaitu obat antimalaria, sulfonamin, sulfon, nitrofurantoin, antipiretik atau analgesik, dan berbagai bahan kimia lainnya dapat dilihat di tabel pada lampiran.
3.    Upaya Pencegahan Tersier
Berupa pencegahan terjadinya komplikasi akibat paparan bahan oksidan maupun infeksi yang menimbulkan gejala klinik yang merugikan, seperti mencegah terjadinya kern ikterus pada hiperbilirubinemi neonatus yang dapat menyebabkan retardasi mental, mencegah kerusakan ginjal maupun syok akibat hemolisis akut masif, maupun mencegah terjadinya juvenile katarak pada penderita defisiensi enzim G6PD.
Pencegahan terhadap penyakit akibat defisiensi G6PD dapat dilakukan pula dengan cara memperbanyak asupan antioksidan endogen.Antioksidan dapat diperoleh dari konsumsi vitamin C, vitamin E, beta karoten, selenium, dan zinc, yang banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau dan kuning, ikan laut, daging, gandum, dan lain-lain. Selain itu dapat dilakukan dengan menurunkan serum bilirubin dengan cara fototerapi, transfusi pengganti, dan terapi obat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar