Kamis, 10 Maret 2016

INTOLERANSI LAKTOSA

Definisi
Intoleransi laktosa adalah munculnya gejala klinis setelah mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang mengandung laktosa seperti diare, mual, muntah, perut kembung, dan sakit perut. Jumlah laktosa yang menyebabkan gejala klinis tersebut bergantung pada laktosa yang dikonsumsi, derajat defisiensi laktosa, dan bentuk makanan yang dikonsumsi.

Penyebab
Intoleransi laktosa dapat disebabkan oleh 4 hal, yaitu malabsorbsi laktosa, defisiensi laktase primer, defisiensi laktase sekunder, dan defisiensi laktase kongenital.
·      Malabsorbsi laktosa
Terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah laktosa yang yang dikonsumsi dengan kapasitas laktase untuk menghidrolisa disakarida (laktosa) menjadi monosakarida (glukosa dan galaktosa).
·      Defisiensi laktase primer
Merupakan penyebab tersering malasorbsi laktosa dan intoleransi laktosa karena tidak adanya laktase baik secara relatif maupun absolut yang terjadi pada semua usia, biasanya mulai terjadi setelah masa kanak-kanak. Defisiensi laktase primer juga sering disebut hipolaktasia tipe dewasa, laktase nonpersisten, atau defisiensi laktase herediter.
·      Defisiensi laktase sekunder
Defisiensi laktase yang diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, seperti pada gastroenteritis akut, kwarshiorkor, diare persisten, kemoterapi kanker, yang menyebabkan destruksi epitel mukosa usus atau tempat laktase aktif. Defisiensi ini dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi lebih sering terjadi pada bayi.
·      Defisiensi laktase kongenital
Merupakan kelainan yang sangat jarang yang disebabkan karena mutasi pada gen LCT. Gen LCT ini yang memberikan instruksi untuk pembuatan enzim laktase.

Patofisiologi
Apabila terjadi defisiensi laktase baik primer (herediter) maupun sekunder (luka usus halus), laktosa tidak bisa dipecah menjadi bentuk yang bisa diserap, sehingga laktosa akan menumpuk. Laktosa merupakan sumber energi yang baik untuk mikroorganisme di kolon, dimana laktosa akan difermentasi oleh mikroorganisme tersebut dan menghasilkan asam laktat, gas methan (CH4) dan hidrogen (H2). Gas yang diproduksi tersebut memberikan perasaan tidak nyaman dan distensi usus dan flatulensia. Asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme tersebut aktif secara osmotik dan menarik air ke lumen usus, demikian juga laktosa yang tidak tercerna juga menarik air sehingga menyebabkan diare. Bila cukup berat, produksi gas dan adanya diare tadi akan menghambat penyerapan nutrisi lainnya seperti protein dan lemak.

Biokimia Laktosa

Laktosa dengan struktur O-β-D-Galactopyranosyl-(1à4)-β-D-glucopyranose, diperlukan untuk absorbsi kalsium. Laktosa terhidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Galaktosa adalah senyawa yang penting untuk pembentukan serebrosida di otak. Dalam tubuh, galaktosa dapat disintesis dari glukosa di hati. Dalam tubuh, hidrolisis laktosa dilakukan oleh enzim laktase. Laktase dapat menghidrolisis berbagai macam substrat. Tergolong dalam kelas β-galaktosidase sehingga memiliki aktivitas glukosidase dan glikosilseamidase. Laktase memiliki 2 sisi aktif untuk hidrolisis laktosa dan untuk hidrolasi pholorizin dan glikolipid. Gen pengkode laktase terletak pada kromosom 2. Aktivitas laktase mengalami penurunan secara nyata pada usia 2-5 tahun (late onset lactase deficiency) walau laktosa terus diberikan. Ini menandakan, laktase bukan merupakan enzim adaptif.


Diagnosis
Intoleransi laktosa dapat didiagnosis dengan cara antara lain :
-       Analisis tinja yang merupakan uji penapisan awal yang sederhana, feses asam, dan ditemukan bahan pereduksi dalam tinja setelah minum atau makan yang mengandung laktosa;
-          Penentuan kadar gula dalam tinja dengan tablet “Clinitest” 
    (Modifikasi Kerry dan Anderson, 1964) 
     Prinsip kerja :  Reduksi ion cupri (CuSO4).  
     Cara kerja    :
a.      Tinja cair ditampung dengan plastik.
b.      Masukkan tinja cair dalam tabung Ames sebanyak 5 tetes.
c.       Tambahkan 10 tetes air.
d.      Masukkan 1 tablet “Clinitest”.
e.      Perubahan warna dibandingkan dengan warna standar.
f.        Hasil :
g.      Dinyatakan dengan –(0%), Trace(0,25%), +(0,5%), ++(0,75%), +++(1%), ++++(2%).
h.      Dicurigai adanya malabsorpsi laktosa bila lebih dari 0,5% bahan pereduksi (++ - ++++).
-       uji toleransi laktosa, digunakan untuk diagnosis intoleransi laktosa jika dihubungkan dengan gambaran klinik yang terjadi;
Pengujian klinis dengan cara setiap bayi minum bahan yang mengandung laktosa. Bayi akan menimbulkan gejala klinis (diare, muntah, perut kembung, dll). Bila laktosa hilang dari dietnya, maka gejala juga hilang.
Adanya bahan reduksi dan pH tinja asam mengindikasikan terjadi malabsorbsi laktosa.
Kevalidan pengujian ini dilihat dari :
               1.      Hanya laktosa yang diminum
               2.      Waktu transit usus yang cepat
               3.      Tinja yang segar dan harus diperiksa segera
               4.      Degradasi laktosa oleh flora kolon tidak komplit
-       pemeriksaan radiologis minum barium-laktosa, bila terdapat malabsorpsi laktosa, seri foto usus memperlihatkan dilusi barium dan dilatasi lumen usus tetapi pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan, karena adanya radiasi.
-          Cara :
       a.      Pasien dipuasakan semalam.
b. Berikan larutan barium-laktosa (50ml barium sulfat dan laktosa 2,2 g / kgBB) diikuti pengambilan foto esofagus,  gaster dan usus halus.
c. Pasien ditidurkan pada sisi kanan selama 1 jam dan dilakukan foto polos abdomen dalam posisi supinasi.
  Hasil :
Dinyatakan  malabsorpsi laktosa bila tampak dilatasi usus  halus, pengenceran barium, dan kenaikan kecepatan waktu   singgah.
-       ekskresi galaktosa pada urin;
-    uji hidrogen napas yang merupakan metoda pilihan untuk menentukan malabsorbsi laktosa (Hydrogen breath test)
Merupakan pengujian terhadap jumlah gas hidrogen yang dikeluarkan melalui pernafasan. Laktosa mengalami fermentasi oleh bakteri di saluran pencernaan, sehingga produksi gas hidrogen lebih banyak dari keadaan normal.  Penderita melakukan puasa malam hari. Bila peningkatan gas hidrogen > 20 ppm, maka dipastikan terjadi malabsorbsi.
-       Elimination diet  
Merupakan diagnosa  dengan cara meniadakan konsumsi makanan yang mengandung laktosa untuk melihat perbaikan gejala. Jika gejala muncul kembali ketika makanan yang mengandung laktosa diberikan lagi, hamper bisa dipastikan penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa.
-       biopsi usus dan pengukuran aktivitas laktase.
Merupakan baku emas diagnosa berbagai penyakit yang menyerang mukosa usus halus. Dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan endoskopi untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologi di bagian patologi anatomi

Pengobatan
Menangani intoleransi laktosa, pengobatan cukup mudah dilakukan. Biasanya merubah pola makan adalah cara yang tepat untuk mengatasi kondisi ini. Namun ada faktor lain yang harus dipertimbangkan. Sangat penting untuk mengetahui seberapa sensitif seseorang pada produk makanan yang mengandung laktosa. Namun, tidak dianjurkan untuk secara total menghilangkan produk makanan apapun dari pola makan penderita, karena dapat menyebabkan beberapa kekurangan. Kekurangan yang paling umum adalah kekurangan kalsium yang mencakup beberapa mineral penting. Jika seseorang sangat tidak toleran terhadap laktosa, ada baiknya untuk konsultasi dengan seorang ahli kesehatan. Ahli kesehatan dapat merujuk penderita intoleran laktosa ke ahli gizi, yang dapat membantu dengan alternatif lain yang dapat dimasukkan dalam pola makan penderita.
Dalam kasus seseorang yang benar-benar toleran terhadap laktosa, penderita harus mencari cara bagaimana bisa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Untuk menyediakan tubuh cukup kalsium, penderita dapat memilih mengkonsumsi sayuran seperti brokoli, kubis, okra/bendi, buah-buahan kering, tahu, kacang-kacangan, biji wijen, dan lain sebagainya. Sangat penting untuk diingat bahwa agar penyerapan kalsium dalam tubuh dapat menjadi lebih baik, perlu dipastikan bahwa penderita intoleran laktosa juga mengkonsumsi jumlah vitamin D yang cukup, yang dapat membantu dalam penyerapan kalsium.
Intoleransi laktosa telah terjadi pada bayi sampai menjelang dewasa. Beberapa gejala yang tidak disertai diare seringkali terlewatkan oleh dokter. Oleh karena itu, mengetahui dan memahami patogenesis malabsorpsi laktosa, sifat kimia berbagai zat hasil pemecahan laktosa, dan mengetahui klasifikasi malabsorpsi dan intoleransi laktosa memudahkan untuk mengenal gejala intoleransi laktosa.





Sumber:
      Sinuhaji AB. 2006. Intoleransi laktosa. Majalah kedokteran nusantara 39, 4, 424- 429.
      Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennellt PJ, Rodvell VW, Weil PA: Herper’s Illustrated Biochemistry, 28th Edition: http://www. Accessmedicine.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar