Kamis, 31 Maret 2016

TAY-SACHS

Definisi
Penyakit Tay-Sachs adalah penyakit keturunan dimana terjadi penimbunan gangliosida (suatu hasil metabolisme lemak) di dalam jaringan dan sel terutama pada otak dan sel saraf (neutron). Dikenal sebagai GM2 gangliosidosis atau Hexosaminidase defisiensi A. Orang yang menderita penyakit ini biasanya kemampuan mental dan fisiknya mengalami kerusakan tanpa henti.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh mutasi dari Hexosaminidase A. Gen Hex A memberikan instruksi untuk membuat bagian dari enzim yang disebut Beta-Hexosaminidase A, yang memainkan peran penting dalam otak dan sumsum tulang belakang. Enzim ini terletak di lisosom, yang berfungsi untuk memecah zat beracun dan bertindak sebagai pusat daur ulang. Dalam lisosom Hexosaminidase A membantu memecah zat lemak yang disebut GM2 Gangliosida. Mutasi pada gen Hex A menggangu aktifitas Beta-Hexosaminidase A, yang mencegah enzim untuk memecah GM2 Gangliosida. Akibatnya, zat ini terakumulasi menjadi tingkat beracun, khususnya di neuron otak dan sumsum tulang belakang. Kerusakan progresif yang disebabkan oleh penumpukan GM2 Gangliosida mengarah ke penghancuran neuron, inilah yang menyebabkan tanda-tanda gejala penyakit Tay-Sachs. Karena penyakit Tay-Sachs merusak fungsi enzim lisosomal dan melibatkan penumpukan GM2 gangliosida, maka kondisi ini disebut dengan ganguan penyimpanan lisosomal (GM2 Gangliosidosis).

Sejarah       
Penyakit ini dinamai berdasarkan seorang dokter mata, Warren Tay (1843-1927) dan seorang ahli syaraf New York, Bernard Sachs (1885-1944). Warren menggambarkan cherry merah pada retina mata pasiennya pada tahun 1881. Sementara, Sachs beberapa tahun kemudian memberikan gambaran pertama mengenai perubahan seluler dalam penyakit ini. Dia juga menyadari bahwa penyakit ini bersifat genetik, dia mengamati sejumlah kasus dan mencatat bahwa sebagian besar bayi yang menderita penyakit Tay-Sachs dari Eropa Timur yang berasal dari Yahudi. Sekarang penyakit ini, dapat terjadi pada seseorang dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda.

Gejala
o  Tuli
o  Penurunan kontak mata
o  Kebutaan,
o  Tonus otot menurun (hilangnya kekuatan otot)
o  Mental dan keterampilam sosial terhambat
o  Kepikunan,
o  Hilangnya keterampilan motorik
o  Pertumbuhan yang lambat

Patofisiologi
Enzim HEXA biasanya memainkan peran penting dalam proses memecah glikolipid di lisosom. Di samping enzim lain, ia juga bertanggung jawab untuk pemecahan turunan asam lemak tertentu yang adalah gangliosida. Ada tiga protein yang diperlukan untuk hidrolisis GM2-gangliosida, yaitu alfa dan beta subunit dari hexosaminidase, dan protein aktivator GM2 yang diperlukan sebagai kofaktor untuk enzim.
Penyakit Tay-Sachs terjadi karena berkurangnya atau terganggunya aktivitas enzim hexosaminidase A (HEXA). Jika aktivitas dari enzim ini terganggu, maka  dapat menyebabkan penimbunan gangliosida. Dengan adanya penimbunan gangliosida terus-menerus, dapat menyebabkan kerusakan  sel secara cepat dan progesif pada otak dan sistem saraf penderita. Bayi yang menderita penyakit Tay-Sachs terlihat berkembang seperti biasa dalam beberapa bulan pertama (sekitar 3-6 bulan). Namun, tanpa disadari terjadi penyumbatan lemak pada sel-sel saraf mereka. Hal ini mengakibatkan kerusakan yang mempengaruhi kemampuan fisik dan mental mereka sehingga dapat kehilangan kemampuan perkembangan mereka. Bahkan, dapat menyebabkan kematian yang biasanya terjadi pada usia 4 tahun.
Penyakit Tay-Sachs merupakan kelainan genetik yang bersifat autosomal resesif. Pada penyakit ini, terdapat gen yang rusak atau mengalami kelainann yaitu gen nomor 15. Ini berarti jika kedua orang tua adalah carrier (pembawa gen yang mengalami kelainan), maka akan terdapat resiko sebesar 25% untuk mendapatkan anak dengan penyakit Tay-Sachs pada setiap kehamilan. Jika hanya salah satu dari orang tua yang menjadi karier, maka anak yang dilahirkan akan menjadi carrier. Ia tidak akan terkena penyakit ini tetapi berpotensi untuk menurunkan penyakit ini ke anaknya kelak.

 

Klasifikasi
1.                  Tay Sachs Infantile / Classic
Jenis ini merupakan yang paling umum dan paling banyak ditemui pada penderita Tay Sachs. Pada bentuk classic, bayi berkembang normal pada awalnya, namun lama-kelamaan neuron membesar akibat adanya gangliosida yang menumpuk. Kemerosotan tanpa henti terjadi dan mempengaruhi kemampuan fisik dan mental. Anak menjadi buta, tuli, tidak mampu menelan, berhenti berkembang, dan paralytic. Tay Sach jenis ini biasanya bisa menyebabkan kematian pada usia 4-5 tahun
2.                  Tay Sachs Juvenile / Remaja
Penyakit jenis ini lebih jarang ditemukan daripada tipe classic. Gejala dari penyakit Tay Sachs biasanya baru muncul dan terlihat pada anak-anak berusia antara 2-10 tahun pada tipe ini. Orang yang menderita Tay Sachs ini mengalami kerusakan keterampilan kognitif dan motorik, disartria, disfagia, ataksia dan kelenturan. Biasanya bisa mengalami kematian pada usialima bela15 tahun yang disebabkan karena infeksi.
3.                  Tay Sachs Late Onset (LTSO) / Dewasa
Merupakan jenis yang paling langka dibandingkan dengan yang lain. Penyakit jenis ini baru menunjukkan gejala pada usia 30 atau 40 tahun. Pada Tay Sachs jenis ini, tidak memberikan efek yang begitu fatal seperti yang lainnya yang dapat menghentikan perkembangan seseorang.
Diagnosis
1.                  Uji Darah
Dilakukan untuk memeriksa kandungan atau jumlah enzim HEXA di dalam tubuh. Pada penderita Tay Sachs, aktivitas enzim HEXA menurun dibandingkan dengan orang normal. Untuk tipe Classic, enzim HEXA akan benar-benar berhenti berproduksi sehingga tidak ada yang memecah gangliosida, sementara untuk tipe Juvenile dan Late Onset enzim HEXA masih ada namun hanya sedikit diproduksi sehingga tetap terjadi penimbunan gangliosida.
2.                  Uji Fisik
Melakukan pemeriksaan mata untuk menemukan red cherry spot di macula dengan menggunakan ophthalmoscopeRed Cherry Spot merupakan sesuatu yang khas pada penderita Tay Sachs, sehingga dokter mata dapat dengan mudah menemukannya pada orang yang mengalami penyakit Tay Sachs
3.                  Antenatal Screening
a.       Uji Cairan Ketuban(Amniocentesis)
Uji ini dilakukan dengan cara  mengambil sampel cairan ketuban dengan menggunakan jarum melalui perut. Dapat dilakukan antara minggu 15 dan 20 pada kehamilan.
b.       Chorionic Villus Sampling (CVS)
Dapat dilakukan antara 10 dan 14 minggu pada kehamilan. Uji ini menggunakan sampel sel dari plasenta, yang diambil melalui vagina atau perut.
4.                  Uji genetik

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya gen pembawa Tay Sachs. Dilakukan dengan mengambil sampel darah dari seseorang.


Rabu, 30 Maret 2016

LIPIDOSIS

            Lipidosis merupakan penyakit keturunan (genetik), karena bentuk-bentuk lipid paling banyak di otak dan susunan saraf. Semua penyakit yang muncul menyebutkan banyaknya penurunan kadar lipid.
            Lipidosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada enzim-enzim yang memecah lemak, yang mengakibatkan penimbunan racun yang dihasilkan oleh lemak di dalam jaringan. Enzim-enzim tertentu membantu tubuh memecah setiap jenis lemak. Kelainan pada enzim-enzim ini bisa menyebabkan penimbunan lemak tertentu. Lama-lama penimbunan ini bisa mengancam berbagai organ tubuh.

            Lipidosis ini mempunyai berbagai jenis penyakit seperti penyakit Tay-sachs, penyakit Gaucher, penyakit Fabry, penyakit Niemann Pick, penyakit Leukodistrofi Metakromatik, penyakit Krabbe, dan penyakit Fabber.

Senin, 28 Maret 2016

DISLIPIDEMIA (HIPERLIPIDEMIA)


   Definisi dan Etiologi
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan abnormalitas jumlah fraksi lipid dalam darah atau lipoprotein plasma (dyslipoproteinemia) ,Lipoprotein tersebut adalah kilomikron, trigliserida, LDL, dan HDL. Dislipidemia merupakan factor resiko dari perkembangan penyakit atherosclerosis. Diagnosis dilakukan dengan pengukuran kadar kolesterol total pada plasma darah, trigliserida, dan masing-masing lipoprotein.
Penyebab dyslipidemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab primer dan sekunder.
a.      Penyebab Primer (faktorketurunan/genetik)
Penyebab primer adalah mutasi gen tunggal atau lebih yang mengakibatkan produksi berlebihan atau defek pada kliren strigliserida dan kolesterol LDL, atau produksi yang kurang atau klirens berlebih dari kolesterol HDL.
b.      Penyebab Sekunder (gayahidupdanlainnya)
1.    Faktor Jenis Kelamin
Pria mempunyai risiko lebih besar dari wanita, karena pria mempunyai hormon testosteron yang mempercepat timbulnya aterosklerosis sedangkan hormon estrogen mempunyai efek perlindungan aterosklerosis. Tetapi pada wanita menopause mempunyai risiko lebih besar.
2.    Faktor Usia
Semakin tua usia maka fungsi organ tubuhnya menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan   kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL relatif tidak berubah.
3.    Faktor Kegemukan 
Kegemukan disebabkan ketidakseimbangan energi yang masuk bersama makanan, dengan energi yang dipakai. Kegemukan menunjukkan output VLDL trigliserida yang tinggi dan  kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi dan memengaruhi lipoprotein lain.

4.      Faktor Kurang Olahraga
Olahraga yang teratur menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL meningkat. Olahraga memecahkan timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam aliran darah. Jika kurang olahraga akibatnya tidak bias memecahkan timbunan trigliserida.
5.      Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan menekan kolesterol HDL. Nikotin dalam asap rokok akan merangsang hormon adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah.
6.    Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL.
7.    Faktorlainnya
Penyakit diabetes mellitus, Konsumsi alkohol, Penyakit ginjal kronis, Hypothyroid, Penyakit liver, Obat-obatan, sepertiβ – Bloker, diuretik, kontrasepsi oral  (estrogen, gestagen).

Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, dyslipidemia terdiri dari dyslipidemia primer dan sekunder seperti pada penjelasan di atas.
Dyslipidemia primer terdiri dari:
Hipolipoproteinemia
Nama
Defek
Keterangan
Abetalipoproteinemia
Tidak terbentuknya kilomikron, VLDL, atau LDL karena defek dalam loading apo B dengan lipid
Langka; asilgliserol darah rendah; usus dan hati mengakumulasi asilgliserol. Malabsorbsi intestinal. Kematian dini dapat dihindari dengan pemberian dosis tinggi vitamin larut lemak, khususnya vitamin E.
Familial alpha-lipoprotein deficiency 
Tangier disease 
Fish-eye disease 
Apo-A-I deficiencie
HDL yang rendah atau hamper tidak ada
Dapat menuju hypertriacylglycerolemia sebagai akibat tidak adanya apo C-II, mengakibatkan LDL inaktif. Kadar LDL rendah. Atherosclerosis padalansia


Hiperlipoproteinemia
Definisi
         Suatu keadaan dimana kadar kolesterol atau trigliserida tinggi dalam darah, LDL (Low Density Lipoprotein) yang tinggi, dan HDL (High Density Lipoprotein) yang rendah.


Etiologi
·         Faktorgenetik
Jika memiliki anggota keluarga lain yang mengidap penyakit ini, maka kemungkinannya adalah berasal dari faktorgenetik.
·         Gaya hidup dan pola makan
Kebanyakan disebabkan oleh kebiasaan gaya hidup atau kondisi medis yang dapat diobati. Kontributor gaya hidup termasuk obesitas, kurang / tidakberolahraga, dan merokok. Mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang kaya akan lemak trans dan kolesterol akan meningkatkan jumlah lipid dalam tubuh kita. Kondisi lain yang menyebabkan hiperlipidemia dapat termasuk diabetes, penyakit ginjal, kehamilan, dan kelenjar tiroid yang kurang aktif, serta obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolism lemak seperti estrogen, pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu).
Patofisiologi
         Konsentrasi kolesterol pada HDL dan LDL atau VLDL lipoprotein adalah predictor kuat untuk penyakit jantung koroner. Konsentrasi tinggi dari LDL dan konsentrasi rendah dari HDL sangat terkait dengan penyakit kardiovaskuler karena beresiko tinggi terkena aterosklerosis. Keseimbanganantara HDL dan LDL semata-mata ditentukan secara genetikal, tetapi dapat diubah dengan pengobatan, pemilihan makanan dan factor lainnya.
Berdasarkan klasifikasi Fredrickson hiperlipoproteinemia dibedakan menjadi

B.   Patofisiologis

  1. Homeostasis Kolesterol
Kolesterol, trigliserida, dan lipid yang bersifat hidrofobik lain dalam tubuh diangkut melalui aliran darah dalam partikel berbentuk bola yang disebut lipoprotein yang lebih hidrofilik.

  1. Metabolism Lipoprotein

a.    Jalur Metabolisme Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresikan bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen.

b.    Jalur Metabolisme Endogen
Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid dalam VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol dalam LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SRA) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat okdidasi seperti :
·      Meningkatnya jumlah LDL kecil padat (small dense LDL) seperti pada sindrom metabolik dan diabetes melitus.
·      Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol –HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL.

c.    Jalur Reverse Cholesterol Transport


Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini.

Patofisiologi Dislipidemia pada Diabetes Mellitus
                          Dislipidemia pada diabetes ditandai dengan meningkatnya kadar trigliserida dan menurunnya kadar HDL kolesterol. Kadar LDL kolesterol tidak banyak berbeda dengan yang ditemukan pada individu non diabetes, namun lebih didominasi oleh bentuk yang lebih kecil dan padat (small dense LDL). Partikel-partikel LDL kecil pada tini secara intrinsic lebih bersifat aterogenik dari pada partikel-partikel LDL yang lebih besar (buoyant LDL particles). Selanjutnya, karena ukurannya yang lebih kecil, kandungan di dalam plasma lebih besar jumlahnya, sehingga lebih meningkatkan risiko aterogenik. Trias dari abnormalitas profil lipid ini dikenal dengan istilah “dislipidemiadiabetik”. Kerusakan kerja insulin dan keadaan hiperglikemia akan menyebabkan perubahan lipoprotein plasma pada pasien dengan diabetes. Pada diabetes tipe 2, obesitas atau kekacauan metabolisme yang resisten terhadap insulin dapat menjadi penyebab dislipidemia, selain hiperglikemia itu sendiri. Penyebab utama dislipidemia diabetes adalah meningkatnya pelepasan asam lemak bebas dari sel-sel lemak yang resisten terhadap insulin. Peningkatan fluks asam lemak bebas ke dalam hati dalam kondisi adanya persediaan glukagon yang mencukupi mendukung produksi trigliserida, yang akan menstimulasi sekresi Apo B dan VLDL. Melemahnya kemampuan insulin untuk menghambat pelepasan asam lemak bebas mengakibatkan bertambahnya produksi VLDL hepatik yang berkaitan dengan derajat akumulasi lemak hepatik. Hiperinsulinemia juga mempengaruhi rendahnya kadar HDL. Peningkatan VLDL dan kadar trigliserida plasma menurunkan kadar HDL dan meningkatkan konsentrasi LDL melalui beberapa proses:
HDL-transported kolesteril ester diubah menjadi VLDL-transported trigliserida oleh kolesteril ester transfer protein (CETP), yang menghasilkan peningkatan jumlah aterogenik VLDL remnant yang kaya kolesterol dan HDL kaya TG. HDL yang diperkaya TG ini kemudian dihidrolisis oleh hepatic lipase (HL) atau lipoprotein lipase.
C.   Gejala
Dislipidemia tidak memiliki gejala tertentu, tapi dapat menuju penyakit vascular simptomatik, termasuk penyakit arteri coroner, stroke, dan penyakit arteri perifer. Kadar trigliserida yang tinggi (> 1000 mg/dL [> 11.3 mmol/L]) dapat menyebabkan pancreatitis akut. Kadar LDL yang tinggi dapat mengakibatkan arcuscorneae dan xanthoma pada tendon Achilles, siku, dan tendon lutut dan atas sendi metacarpophalangeal. Pasien dengan hypercholesterolemia familil homozigot dan memiliki gejala yang telah dijelaskan di atas dan xanthoma planar atau tuberous. Xanthoma planar adalah bercak datar atau sedikit membengkak berwarna kuning. Xanthoma tuberous adalah nodul yang tidak sakit dan biasanya berada pada permukaan ekstensor dari sendi. Pasien dengan kelebihan trigliserida yang parah dapat mengalami xanthoma eruptif pada punggung, siku, bokong, lutut, tangan, dan kaki. Pasien dengan dysbetalipoproteinemia  yang langka dapat mengalami xanthoma palmar dan tuberous. Hypertriglyceridemia yang parah (> 2000 mg/dL [> 22.6 mmol/L]) dapat mengakibatkan arteri dan vena pada retina berwarna putih seperti krim (lipemiaretinalis). Kadar lipid yang sangat tinggi dapat memberikan penampakan seperti susu pada plasma darah. Gejala yang ditunjukan dapat meliputi paresthesias, dypsnea, dan kebingungan.
D.   Diagnosis
Dislipidemia didiagnosa dengan mengukur serum lipid. Pengukuran rutin (profil lipid) termasuk kolesterol total (TC), trigliserida (TG), kolesterol HDL, dan kolesterol LDL. Kadar TG, TK dan HDL pada plasma/serum dapat diukur dengan menggunakan kit reagen komersial. Kit komersial berisi sejumlah enzim-enzim spesifik yang mengubah substrat menjadi kromofor, sehingga kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometri.
Komponen Lipid
Batasan (mg/dl)
Klasifikasi
 Kolesterol Total
< 200
 Yang diinginkan

200 – 239
 Batas tinggi

> 240
 Tinggi
 Kolesterol LDL
< 100
 Optimal

100 – 129
 Mendekati optimal

130 – 159
 Batas tinggi

160 – 189
 Tinggi

> 190
 Sangattinggi
 Kolesterol HDL
< 40
 Rendah

> 60
 Tinggi
 Trigliserida
< 150
 Normal

150 – 199
 Batas tinggi

200 – 499
 Tinggi

> 500
 Sangattinggi

Untuk mendeteksi dyslipidemia secara dini, setiap orang dewasa berumur lebih dari 20 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL. Sebaiknya pemeriksaan tersebut dimasukkan kedalam pemeriksaan kesehatan rutin berkala (check up). Jika hasilnya normal, perlu diulang setiap 5 tahun. Screening universal menggunakan profil lipid puasa (TC, TG, HDL, dan LDL) dilakukan pada anak-anak antara usia 9 dan 11 tahun (atau saat anak berusia 2 tahun jika memiliki sejarah keluarga penderita hyperlipidemia atau penyakit arterikoronerprematur.
Uji untuk penyebab sekunder dyslipidemia, termasuk pengukuran kadar gula puasa, enzim liver, kreatinin, thyroid-stimulating hormone (TSH), dan protein urin harus dilakukan pada kebanyakan pasien yang baru didiagnosa dyslipidemia dan ketika komponen dari profil lipid berubah menjadi buruk tanpa alasan.