Jumat, 26 Februari 2016

SISTEM IMUN NON SPESIFIK

SISTEM IMUN NON-SPESIFIK
            Merupakan kekebalan non-spesifik yang didapat sejak lahir dan bersifat non-selektif.
Maksudnya non-selektif adalah bahwa respon imun non-spesifik tidak perlu harus mengenal terlebih dahulu apa jenis mikroorganisme yang menyerang tubuh, makanya merupakan lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam tubuh.

            Respon imun non-spesifik meliputi :
·         Peradangan (Inflamasi)
Merupakan respon non-spesifik terhadap adanya invasi benda asing atau adanya kerusakan jaringan. Peradangan ini timbul akibat adanya mikroorganisme yang masuk dan juga karena kerusakan jaringan yang menyebabkan dilatasi dan peningkatan permiabilitas pembuluh kapiler dengan tujuan: mengisolasi dan menghancurkan senyawa asing dan mempersiapkan jaringan dalam proses penyembuhan
Tahap-tahap pada peradangan :
u  Pertahanan oleh makrofag setempat sebelum mekanisme lain dapat dimobilisasi
u  Vasodilatasi lokal yang dapat menginduksi sekresi histamin dari sel mastosit
u  Peningkatan aliran darah lokal
u  Timbul rasa panas setempat dan kemerahan
u  Peningkatan permiabilitas kapiler
u  Edema lokal akibat peningkatan tekanan osmotik koloid dalam cairan interstitium
u  Pengisolasian daerah radang oleh pembentukan bekuan cairan interstitium yang diaktifkan oleh tromboplastin jaringan
u  Proliferasi sel leukosit, monosit, dan makrofag
u  Destruksi mikroorganisme pencetus oleh sel leukosit
u  Sekresi mediator peradangan oleh fagosit

·         Interferon
Merupakan golongan protein non-spesifik yang mampu mempertahankan tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh virus.
Prosesnya dimulai saat virus menginfeksi sebuah sel, keberadaan asam nukleat virus dapat menginduksi perangkat genetic sel untuk membentuk interferon yang kemudian dikeluarkan ke dalam cairan ekstra seluler. Setelah dilepaskan, interferon akan berikatan dengan reseptor di membrane plasma sel-sel di sekitar atau bahkan sel-sel yang berjauhan yang dapat dicapai melalui peredaran darah dan memberi sinyal agar sel-sel tersebut mempersiapkan diri terhadap kemungkinan serangan virus.
Yang perlu diperhatikan bahwa interferon tidak memiliki efek anti-virus langsung, namun interferon dapat memicu pembentukan enzim-enzim penghambat virus oleh sel hospes. Interferon juga menginduksi sel lain mengeluarkan enzim yang dapat merusak messenger RNA virus dan menghambat sintesis protein, sehingga dapat menghambat replikasi virus.
·         Natural Killer Cells
Merupakan sel yang secara spontan mampu melisiskan dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus atau sel-sel kanker secara langsung pada saat pertama kali dikenali bahan asing. Cara kerja dan sasaran utama dari NK Cell ini serupa dengan sel T sitotoksik, namun perbedaannya adalah bahwa sel T sitotoksis hanya dapat mematikan sel-sel yang terinfeksi virus atau sel-sel kanker tertentu yang sudah dikenali terlebih dahulu, sedangkan NK Cell tidak perlu harus mengenali dahulu virus atau sel kankernya. Dan juga sel T sitotoksik memerlukan periode pematangan sebelum mampu melisiskan sel.
NK Cell membentuk lini pertahanan yang bersifat segera dan non-spesifik terhadap sel yang terinfeksi virus atau sel kanker sebelum sel T sitoksik yang lebih spesifik dapat berfungsi.
·         Sistem Makrofag dan Sel Fagosit lainnya
Yaitu respon kekebalan nonspesifik pertama kali dalam system retikuloendotelial.
Fungsi utama dari system ini adalah untuk memfagositosis senyawa asing atau zat yang berasal dari diri sendiri yang sudah tua atau mati dan berperan juga dalam proses peradangan. Pada beberapa jenis sel seperti makrofag dalam kelenjar getah bening berfungsi dalam mempresentasikan antigen kepada limfosit sebagai permulaan dari respon kekebalan. Makrofag berasal dari sel induk dalam sumsum tulang yang melalui monosit sebagai sel antara, yang kemudian mengalami proses kedewasaan.

Mekanisme Fagositosis
            Merupakan mekanisme perlawanan sel kekebalan terhadap invasi mikroorganisme di luar sel. Sel yang berperan adalah makrofag dan Leukosit Polimurfonuklear (PMN). Dan organ yang berperan penting adalah limpa sebagai jaringan limfoid terbesar, kelenjar timus sebagai tempat mengolah limfosit b, dan sumsum tulang sebagai tempat mengolah limfosit t.
Proses fagositosis dan penghancuran mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh
1.       Kemotaksis : sel fagosit bergerak  kea rah mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh akibat adanya rangsangan kimiawi
2.      Penempelan sel fagosit dengan mikroorganisme atau bahan asing lainnya.
3.      Ingestion : proses dimana sel fagosit memanjang seperti pseudopodia dan mengurung mikroorganisme
4.      Pembentukan fagosom : lapisan yang melapisi mikroorganisme yang sudah terkurung didalam sel fagosit, dan akan ditelan
5.      Digestion : dimana fagosom akan masuk ke dalam sitoplasma sel dan bergabung dengan lisosom sel melalui satu fusi sel yang membentuk satu sel yang besar yang disebut dengan fagolisosom yang mampu memusnahkan mikroorganisme yang mampu terperangkap didalamnya
6.      Terbentuk residu : hasil dari fagolisosom tadi menghasilkan zat-zat yang tidak dapat diuraikan oleh enzim tersebut dengan residu
7.      Mengeluarkan residu dari dalam sel fagosit


Apabila mikroorganisme berada di dalam sel (intraseluler), contoh bakteri tuberklosis, monosit dalam darah dan makrofag tidak mendapat rangsangan secara kemotaksis, maka kemampuan sitolitik rendah, sehingga diperlukan mekanisme lain untuk memusnahkan mikroorganisme tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar