Kamis, 25 Februari 2016

IMUNOLOGI

Imunologi : Ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas tubuh terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing (virus, bakteri protozoa atau parasit lainnya) yang masuk kedalam tubuh.
Sejarah Imunologi
Pada awalnya imunologi merupakan cabang dari mikrobiologi. Ketika itu, pada tahun 1546 seseorang bernama  Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan teknologi yang dimiliki ketika itu sehingga hal tersebut belum dapat diketahui secara pasti.
Kemudian pada tahun 1798, seorang ilmuwan bernama Edward Jenner menderita cacar. Ketika itu, dengan keterbatasan teknologi ia berusaha dengan semaksimal mungkin untuk membuat vaksin cacar yang sederhana.  Pada tahun 1880, Louis Pasteur menemukan penyebab penyakit infeksi dan dapat membiak mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit. Tidak lama setelah itu ditemukan vaksin rabies pada tahun 1885 dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yaitu alat bantu mikroskop. Setelah vaksin rabies ditemukan, banyak vaksain-vaksin lain yang dihasilkan setelahnya dan dikembangkan sedemikian rupa seperti vaksin TBC, vaksin BCG, dan lain-lain.





NonSpesifik
Spesifik
Waktu  respon
Lansung mengatasi adanya proses infeksi di tubuh
Butuh waktu untuk bereaksi terhadap invasi organisme
Spesifitas
Bereaksi baik dengan berbagai jenis organisme
bersifat antigen  spesifik. Spesifik untuk mikroba yang sudah mensensitasi sebelumnya
Respon Memori
Tidak menunjukkan adanya immunological memory
Mengenali jenis organisme asing ,bereaksi lebih cepat terhadap invasi organisme yang sama yang telah dikenali

Ø  Fungsi utama  sistem imun à mampu mebedakan sel tubuh sendiri(self)  dengan sel dari luar tubuh (non-self)
Ø  Keuntungan sistem imun : komponen bekerja intraseluler dan ekstra seluler, mengeliminasi infeksi seblum menjadi penyakit
Ø   kerugian : kerusakan sel akibat inflamasi,autoimun.

 









Elemen penting pada sistem imun nonspesifik :
1. Anatomi Tubuh sebagai barier terhadap infeksi
Faktor Fisik
Faktor fisik, yaitu lapisan luar dan lapisan epitel internal kulit dari tubuh kita, pergerakan intestinal dan silia yang terdapat pada saluran pernafasan merupakan barier fisik yang sulit untuk ditembus oleh sebagian besar zat yang dapat menginfeksi tubuh.
Faktor Kimia
         lisozim dan fosfolipase yang terdapat pada air mata, saliva dan sekret hidung mampu melisiskan dinding sel bakteri dan merusak membran sel bakteri.
         Cairan lambung yang terdiri dari HCl, enzim dan lendir bersifat asam  (pH 1.2-3.0) dapat merusak sebagian besar bakteri dan toksin bakteri kecuali Clostridium botulinum dan Staphylococcus aureus. Cairan vagina juga bersifat asam sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
         Darah juga mengandung zat yang bersifat antimikroba yaitu iron-binding protein atau transferin dengan cara mengurangi ketersediaan zat besi yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan bakteri.
Faktor Biologis
a.      Flora normal
         yaitu adanya flora normal pada kulit dan saluran pencernaan dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen dengan cara mensekresi senyawa toksik ataupun secara bersaing dengan bakteri patogen dalam memanfaatkan nutrisi yang ada dan perlekatannya pada lapisan sel.
         Jumlah bakteri  yang diizinkan pada tempat tertentu, contohnya pada kulit vagina tidak boleh ditemukan Candida albicans. Jika disaluran pencernaan flora normal usus adalah Escherichia coli, dan tidak boleh ditemukan Salmonella.

b.      Barrier Humoral terhadap Infeksi
Barrier bawaan sejak lahir (innate), jika bakteri lolos dari barrier ini akan mengaktifkan sistem imun non spesifik lainnya. Faktor – factor humoral akan sering ditemukan  pada daerah infeksi dan dalam serum.
·         Sistem Komplemen
Ketika sistem ini aktif, sistem ini akan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, dengan naiknya permeabilitas pembuluh darah ini maka akan mempermudah mobilisasi sel fagosit untukk memfagosit bakteri yang masuk.
·         Sistem Koagulasi
Sistem ini aktif tergantung keparahan dari kerusakan jaringan.  Pada sistem ini, tubuh mengeluarkan β-lisin melalui sel sel platelet untuk membentuk koagulasi bersama bakteri. Koagulasi ini dapat melisiskan bakteri gram positif
·         Laktoferin&transferin
Kedua protein ini akan menghambat tumbuhnya bakteri dengan mencegah penghantaran mineral – mineral yang dibutuhkan bakteri untuk mereplikasi dan memperbanyak diri.
·         Interferon
Protein yang menghambatreplikasi virus dalam sel hospes
·         Lisozim
Enzim yang dapat merusak dinding sel Bakteri
·         Interleukin
Antimikroba dan merangsang produksi berbagai protein pada fase akut, dan juga menginduksi demam

c.       Barier seluler terhadap infeksi
Hal ini merupakan proses penting di inflamasi untuk memobilisasi sel polimorfonuklear &makrofag ke tempat infeksi.
·         Neutrofil
Merupakan sel PMN (polimorfonuklear) yang berada pada situs infeksi, dan menelan mikroorganisme secara intrasel. Selama inflamasi, berperan di jaringan  kolateral yang rusak
·         Basofil
Mengeluarkan Histamin &heparin dan juga terlibat  manifestasi reaksi alergi
·         Eosinofil
 Mengeluarkan zat Kimiayang  menghanncurkan cacing,parasit. Berperan penting di  manifestasi reaksi alergi
·         Makrofag
Membunuh mikroorganisme secara intrasel&ekstrasel. Berperan juga dalam perbaikan jaringan dengan membentuk antigen precenting cell yang akan menginduksirespon imun spesifik
·         Monosit
Monosit nantinya akan jadi makrofag bersifat fagositik,besar dan terikat di jaringan
·         Natural Killer & Lymphokine activated killer
 membunuh virus dan sel tumor, dan tidak berperan dalam sistem inflamasi.










ANATOMI DAN FUNGSI JARINGAN LIMFOID



1.       Tonsil

Tonsil berada di daerah faring. Adenoid di dinding belakang tengah nasofariing.fungsi : produksi sel  limfosit, melawan  Infeksi di awal kehidupan. Tonsil produksi antibodi yang berperan dalam produksi imunoglobulinA yang mencegah infeksi jika mikroorganisme masuk melalui mulut, hidung,  kerongkongan.


2.      Kelenjar Timus

Kelenjar timus di belakang tulang dada. Mengatur daya  tahan tubuh terhadap penyakit. Pada orang dewasa, proliferasi dan diferensiasi sel T di kelenjar timpus.

3.      Kelenjar limfe


Kelenjar limfe : menyaring cairan limfe dari bahan asing,pembentukan limfosit dan menghancurkanmikroorganisme.


4.   Limpa



Limpa di kiri abdomen daerah hipogastrium kiri. Fungsi: penghasil sel darah untuk produksi eritrosit danleukosit terutama limfosit, tempat penghancuran eritrosit, dan mengahsilkan antibodi

5.    Pembuluh Limfe

Fungsi :
         Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi darah
         Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke dalam sirkulasi darah
         Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme
         Menghasilkan antibodi

6.      Bercak Peyer pada Usus



Fungsi :
         Merupakan agregat folikel limfoid di mukosa gastrointestinal yang ditemukan di seluruh jejunum dan ileum khususnya di ileum terminal
         Tempat prekursor sel B yang dapat memproduksi IgA
         GALT (Gust Associated Lymphoid Tissue) jaringan tersebar di mukosa saluran cerna

7.      Apendiks

Fungsi :
Apendiks tidak memiliki fungsi yang jelas, namun sebagian lainnya berpendapat bahwa apendiks memiliki fungsi dalam sistem limfatik


8.      Sumsum Tulang


Sumber:
Radji, Maksum. 2015. Imunologi dan Virologi Edisi Revisi. Jakarta: PT isfi penerbitan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar