Selasa, 02 Februari 2016

Anemia Defisiensi Fe

Definisi
     Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang (Bakta, 2006).

   Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).

Etiologi
  Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:

1) Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun
2) Faktor nutrisi
   Akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau bioavabilitas besi yang rendah.  Contoh makanan yang kaya akan zat besi adalah daging, telur, sayuran berdaun hijau.

3) Kebutuhan besi meningkat
  Kebutuhan besi dapat meningkan pada suatu keadaan tertentu misalnya seperti pada kondisi prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui.

4) Gangguan absorbsi besi
   Gangguan absorbsi besi dapat terjadi pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau ketika besi dikonsumsi bersama fosfat (obat-obatan), kandungan tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan pi), dan kalsium (susu dan produk susu. Tanin pada umumnya akan berikatan dengan logam seperti besi dan membentuk chelat yang sukar untuk dilepaskan.


Patofisiologi
Anemia defisiensi Fe umumnya terjadi secara bertahap melalui beberapa stadium, yaitu:
Stadium 1 
Pada stadium ini terjadi kehilangan zat besi melebihi asupannya sehingga menghabiskan cadangan Fe di dalam tubuh. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi)dalam darah berkurang secara progresif.
Stadium 2 
Pada stadium ini cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembuatan sel darah merah.
Stadium 3
Pada stadium ini mulai terjadi anemia. Sel darah merah normal tetapi jumlahnya lebih sedikit serta kadar hemoglobin dan hematokrit menurun.
Stadium 4
Pada stadium ini, sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan Fe dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik).
Stadium 5
Pada stadium ini defisiensi Fe dan anemia semakin memburuk dan akan timbul gejala-gejala kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.

Gejala Umum
Anemia defisiensi zat besi umunya ditemukan apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan bawah kuku.

Gejala khas yang ditemui pada keadaan ini adalah Atrofil papil lidah (papil lidah menghilang dan permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap). Keilosis (peradangan pada sudut mulut, bibir pecah-pecah). Koilonikia (kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok). Disfangia (nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring atrofi mukosa gaster).





Pemeriksaan Klinis Anemia Defisiensi Fe
¨CBC (Complete Blood Count):
  - Hb, MCV dan MCH yang rendah
    -MCV menurun à <80-100 fL
  -MCH menurunà< 70 fL
  -RDW meningkat yang menandakan adanya     anisositosis à >14 %.
  - Hb <12 g/dl (laki-laki), Hb < 10 g/dl (perempuan)
qRetikulosit rendah
qSaturasi transferin dibawah 10%,
qKadar serum ferritin <10μg/L (<16%)
qProtoporfirin eritrosit bebas meningkat yaitu 200 μg/dl
qTerjadi peningkatan TIBC [normal orang dewasa 240- 360μg/dl]
qKadar besi serum kurang dari 40μg/dl.


Referensi:
¨Diagnosis and management of iron deficiency anemia in the 21st century
¨Fuqua, Brie K., Christopher D. Vulpe, and Gregory J. Anderson. 2012. “Intestinal Iron Absorption.” Journal of Trace Elements in Medicine and Biology 26: 115–19.
¨Iron deficiency anemua by Dinaz Z. Naigamwalla




Tidak ada komentar:

Posting Komentar